Lonjakan Harga-Harga Sembako Hantui Kepri

id sembako, hantu, kepulauan, riau, tanjungpinang, inflasi, dolar, singapura, vietnam, thailand

Tanjungpinang (ANTARA News) - Harga dan stok komoditas sembilan bahan pokok merupakan permasalahan serius di Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan dengan Vietnam, Singapura, Malaysia dan Kamboja.

Dalam pada itu pula, Pemerintah Kepulauan Riau (Kepri) kesulitan mengatasi permasalahan tersebut, karena operasi pasar tidak serta merta dapat mengintervensi harga sembako yang dijual pedagang.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kepri Jon Arizal, Minggu 15 Agustus 2010, mengatakan, pemerintah tidak dapat menetapkan harga sembako, karena akan menyebabkan terjadinya kelangkaan.

Selama ini, kata dia, pemerintah hanya dapat menetapkan harga gula yang dibeli langsung dari petani.

"Kemungkinan pedagang menolak menjual harga sembako yang ditetapkan pemerintah, karena dapat merugikan mereka," ujar Jon.

Menurut dia, harga-harga sembako naik biasanya disebabkan cuaca yang buruk, bukan akibat permainan spekulan.

Cuaca yang buruk menyebabkan beberapa daerah penghasil sembako mengalami gagal panen, dan juga kesulitan dalam mendistribusikan komoditas tersebut ke berbagai daerah, termasuk Kepri.

"Permasalahan sembako yang dialami Kepri juga dihadapi masyarakat di berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Harga sembako yang mulai mengalami kenaikan sekitar 1,5 bulan lalu, kini kembali normal, meski beberapa komoditas seperti beras dan minyak goreng dirasakan masih tinggi.

Pemerintah Kepri akan terus berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk mengatasi permasalahan itu.

"Stok sembako aman, namun beberapa komoditas sembako masih tinggi," ungkapnya.

Dia mengemukakan, Kepri bukan daerah penghasil sembako. Selama ini sembako yang dinikmati masyarakat Kepri berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatra.

Bahkan sebagiannya kebutuhan masyarakat juga diimpor dari Malaysia serta Singapura. Hubungan perekonomian antara Kepri dengan kedua negara tetangga tersebut sudah terjalin sejak puluhan tahun lalu.

Jarak antara Kepri dengan kedua negara lebih dekat atau hanya menelan waktu sekitar satu jam perjalanan laut dengan menggunakan feri.

"Karena itu," kata dia, "Kepri tidak dapat berharap sepenuhnya memasok sembako dari dalam negeri."

Biaya distribusi sembako yang lebih murah dan proses kedatangan yang lebih cepat menyebabkan sebagian sembako yang dijual di Kepri berasal dari Malaysia dan Singapura.
    
Pemerintah pusat juga telah memberikan kebijakan khusus pada Kepri, yang merupakan wilayah maritim, yang berbatasan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pemerintah mengizinkan distributor Kepri mengimpor sembako secara legal untuk kebutuhan masyarakat.

"Pemerintah hanya membatasi impor gula," katanya.
          
Tidak efektif
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungpinang Efiyar M Amin, menyatakan, operasi pasar tidak efektif menekan harga sembako dan sayur-sayuran karena hanya berlaku sesaat.

Operasi pasar dinilainya cenderung hanya menghabiskan anggaran, tanpa hasil yang jelas.

"Harga sembako yang dijual di pasar tidak digoyang oleh operasi pasar yang dilakukan pemerintah," ujar Efiyar.

Pemerintah Tanjungpinang lebih tertarik menggelar pasar murah untuk menekan harga sembako dan sayur-sayuran ketimbang melakukan operasi pasar. Pemerintah berencana menggelar pasar murah di empat kecamatan pada 19 Agustus 2010 selama empat hari.

Pasar murah juga disadari Efiyar tidak dapat mengintervensi harga pasar, melainkan hanya dapat membantu masyarakat dalam memasuki Lebaran 1431 H.

Pemerintah tidak terlalu khawatir terhadap kenaikan harga-harga sembako dan sayur-mayur tersebut, melainkan lebih menjaga ketersediaan komoditas tersebut karena Kota Tanjungpinang bukan daerah penghasil sembako dan sayur-mayur.

"Pemerintah tidak memiliki cara untuk menurunkan harga sembako, karena Tanjungpinang bukan merupakan daerah penghasil," katanya.

Dia mengatakan, mulai Juli 2010 harga sembako merangkak naik hingga 30 persen menjelang bulan puasa. Sedangkan harga beberapa jenis sayuran naik mulai 50-100 persen sejak tiga pekan lalu.

Kenaikan harga sembako dan sayur-mayur disebabkan beberapa hal, antara lain kenaikan terjadi secara nasional, gagal panen di wilayah Sumatra, biaya distribusi yang tinggi dan kenaikan tarif dasar listrik.

Harga sembako dan sayur-mayur di Tanjungpinang dan beberapa kabupaten/kota di Kepulauan Riau cenderung mengalami kenaikan di atas rata-rata nasional, karena dibebani biaya distribusi.

"Namun sekarang harga sembako dan sayur-mayur sedikit mengalami penurunan," ujarnya.
 
Daftar digital
Lonjakan harga-harga sembako hampir setiap tahun terjadi, bahkan setiap pekan sehingga menghantui masyarakat yang seperti tidak terlindungi oleh pemerintah apalagi berdaya untuk menunjukkan perlawanan. 

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungpinang, memiliki cara dalam melindungi konsumen dalam menghadapi kenaikan harga sembako dan sayur-mayur dengan membangun papan harga digital yang dipajang di pintu masuk Pasar Bintan Centre Tanjungpinang.

"Harga sembako dan sayur-mayur itu yang kami buat itu dapat menjadi referensi bagi konsumen," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tanjungpinang Efiyar M Amin.

Pada beberapa hari lalu papan harga sembako tersebut diprotes pedagang karena tidak sesuai dengan harga semabko dan sayur-mayur y/ang dijual pedagang.
 
"Kami telah menyesuaikan harga bahan pokok di papan harga digital dengan harga bahan pokok yang ada di Pasar Bintan Center saat ini," kata Efiyar.

Menurut dia pihaknya telah mengecek ulang harga eceran terendah dan tertinggi bahan kebutuhan pokok di Pasar Bintan Center untuk ditampilkan dalam daftar harga di papan harga digital yang terpasang di pintu masuk pasar itu.

"Beberapa hari sebelumnya karena libur, makanya perubahan harga bahan pokok di papan harga itu baru bisa diubah Senin (2/8) siang," katanya.

Efiyar mengatakan, harga baru yang disesuaikan dengan harga pasar tersebut hampir semuanya mengalami kenaikan dari Rp100 sampai Rp5 ribu/kg.

"Walaupun harga mengalami kenaikan, namun stok bahan kebutuhan masih mencukupi," ujarnya.

Pedagang ayam potong di Pasar Bintan Center Tanjungpinang Jasli Khaidir mengatakan, perubahan harga eceran terendah dan tertinggi yang dilakukan Disperindag Tanjungpinang tersebut cukup melegakan pedagang, karena tidak akan terjadi selisih paham dengan pembeli.

"Kalau tidak diubah, mungkin kami setiap hari berdebat dulu dengan pembeli sebelum terjadi jual beli," katanya.
     
Koperasi sembako
Sekretaris Komisi II DPRD Provinsi Kepulauan Riau Rudy Chua meminta pemerintah membentuk koperasi sembako yang bertugas melayani dan menciptakan keseimbangan harga komoditas tersebut.

Rudy Chua, yang juga Dewan Kehormatan Apindo Kepulauan Riau (Kepri), mengatakan, pendirian koperasi sembako bukan untuk mencari keuntungan, melainkan membantu masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga sembako yang dijual di pasar.

"Koperasi itu harus diperkuat dengan regulasi dan otoritas untuk melakukan menyeimbangkan harga sembako yang cenderung mengalami kenaikan setiap tahun," ujar Rudy yang diusung Partai Perjuangan Indonesia Baru, di Tanjungpinang.

Dia mengatakan, Kebijakan itu layak dilakukan pemerintah di wilayah maritim yang bukan sebagai daerah penghasil sembako.

Kebijakan penanggulangan harga sembako dengan memberikan berbagai otoritas terhadap koperasi atau badan hukum milik pemerintah telah dilakukan Pemerintah Singapura.

Koperasi diberi hak untuk membeli dan menyimpan sembako, kemudian menjualnya kepada masyarakat dengan harga yang murah.

"Kebijakan itu layak diberlakukan khusus untuk wilayah maritim seperti Kepri yang berbatasan dengan beberapa negara seperti Malaysia, Singapura dan Vietnam dan Kamboja," katanya.

Koperasi hanya diberi kewenangan menjual sembako pada saat harganya mengalami kenaikan. Koperasi milik pemerintah tersebut dapat mengintervensi harga sembako yang dijual di pasar.

Biasanya kenaikan harga sembako dipengaruhi razia yang dilakukan pihak kepolisian, cuaca buruk yang menyebabkan petani mengalami gagal panen dan sulitnya mendistribusikan komoditas tersebut, perayaan hari besar keagamaan, serta permainan spekulan.

"Koperasi sembako yang dikelola pemerintah itu diberi hak untuk menyimpan sembako dalam jumlah yang banyak pada saat harganya murah. Kemudian menjualnya kepada masyarakat dengan harga murah ketika harga sembako yang dijual pedagang mengalami kenaikan," ungkapnya.
    
Inflasi
Kenaikan harga sembako di Kepri, khususnya di Tanjungpinang dan Batam mulai Juli 2010 tidak menyebabkan terjadinya inflasi secara besar-besar di daerah tersebut.

Badan Pusat Statistik Kepri menyatakan inflasi yang terjadi di Kota Tanjungpinang pada Juli 2010 sebesar 0,12 persen, terendah dibanding seluruh daerah di Indonesia. Sementara inflasi yang terjadi di Batam pada Juli 2010 sebesar 0,89 persen.

Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau (BPS Kepri) Mangaputua Gultom, mengatakan, inflasi tertinggi untuk wilayah Sumatra justru terjadi di Kota Bengkulu sebesar 3,03 persen.

"Inflasi di Tanjungpinang disebabkan indeks harga konsumen mengalami kenaikan dari 121,87 pada Juni 2010 menjadi 122,02 pada Juli 2010.

Sementara di Batam terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 116,27 pada Juni 2010 menjadi 117,30 pada Juli 2010 yang menyebabkan terjadinya inflasi sebesar 0,89 persen," kata Gultom di Tanjungpinang.

Perubahan harga pada 62 komoditas menjadi pemicu terjadinya inflasi di Tanjungpinang, karena 28 komoditas mengalami kenaikan harga yaitu, cabai merah, beras, daging ayam ras, bawang putih, rokok kretek filter, telor ayam ras, roti tawar, cabai hijau, cabai rawit, minuman ringan, rokok putih, rempela hati ayam, dan telepon seluler.

Sebaliknya, 34 komoditas lain mengalami penurunan harga antara lain, ikan selar, ikan tongkol, bayam, sotong kangkung, udang basah, bawang merah, emas perhiasan, jeruk, sawi hijau, keramik, cumi-cumi, batako, dan minyak goreng.

Sementara Batam mengalami inflasi sejak awal tahun 2010 sampai sekarang. Inflasi di Batam disebabkan perubahan harga pada 68 komoditas.

Sebanyak 50 komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu, cabai merah, jasa perpanjangan STNK, daging ayam ras, beras, bawang putih, telur ayam ras, bawang merah, kacang panjang, cabai hijau, jeruk, biaya sekolah dasar, gula pasir, biaya masuk sekolah menengah pertama, dan buku tulis bergaris.

Sebaliknya, sebanyak 18 komoditas  turun harga antara lain, sawi hijau, bayam, emas perhiasan, kangkung, ketimun, tomat buah, udang basah, ikan selar, sotong, terong panjang, dan buncis.

Begitulah hantu kenaikan harga-harga seperriu juga di provinsi-provinsi lain, belum pupus di dalam masyarakat Kepri, bahkan provinsi ini turun-naik harga barang-barang seringkali terpengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura dan konsumen hanya mandah. Pasrah saja. (NP/*Btm1)

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE