Ribuan Masyarakat Berkumpul di Areal Makam Bukit Batu

id Ribuan, Masyarakat, Berkumpul, di Areal, Makam, Bukit Batu

Ribuan Masyarakat Berkumpul di Areal Makam Bukit Batu

Masyarakat Kampung Bintan Buyu, Kabupaten Bintan merayakan peringatan 27 Rajab dengan membawa telur dan nasi kunyit di areal pemakaman Megat Sri Rama, Selasa (27/5). (antarakepri.com/Evy R Syamsir)

Bintan (Antara Kepri) - Ribuan masyarakat Kampung Bintan Buyu, Kab. Bintan, Selasa pagi berkumpul di areal makam Bukit Batu yang merupakan makam keramat dari jejak sejarah Melayu Pulau Bintan sambil membawa bunga telur dan nasi kunyit.

"Ini tradisi kami yang telah berlangsung lama. Tiap tanggal 27 Rajab kami ke makam Bukit Batu membawa telur dan nasi kunyit," ujar Asnah (57) seorang warga  Bintan Buyu.

Ia datang bersama keluarganya membawa 30 telur yang diberi hiasan setangkai bunga tiap butirnya dan telur diwarnai merah serta satu mangkuk nasi kunyit.

Menurut dia, ada juga masyarakat yang membawa hingga 100 butir telur. Usai berdoa bersama di areal makam, telur dan nasi kunyit yang dibawa lalu dimakan bersama.

"Jika ada yang berniat baik maka mereka akan mengantar telur dan nasi kunyit kemari," ucap Asnah.

Abdul Zaman (79) yang merupakan juru kunci makam Bukit Batu menjelaskan, tradisi membawa telur dan nasi kunyit ke areal makam telah terjadi sejak zaman Jepang. Sedangkan keberadaan makam telah ada sejak masa keemasan Kerajaan Bintan.
 
Terdapat enam makam yang batu nisannya dari batu alam dibungkus dengan kuning. Diareal tersebut bermakam keluarga dari kerajaan Bintan yakni Megat Sri Rama, Dang Sri Bani, Dang Serene, Dang Menini dan Dang Pok.

"Orang tua-tua dulu berniat dan karena niat mereka terlaksana maka diantarlah telur dan nasi kunyit ke makam Bukit Batu yang dikenal sebagai makam keramat. Makam tersebut telah lama ada dan peninggalan kerajaan Melayu," ujar Abdul Zaman yang akrab disapa Pak Atan.

Ia menjelaskan, pada zaman Jepang menjajah Indonesia, anak-anak muda di kampung Bintan Buyu banyak yang ditangkap dan dibawakan ke Siam dijadikan sebagai romusha.

"Para orang tua dan masyarakat yang anaknya dijadikan romusha bermusyawarah jika  anak-anak mereka pulang dengan selamat maka mereka sepakat mengantar sepiring pulut dan sebutir telur ke atas (areal makam). Usai perang,   11 orang pemuda yang dibawa Jepang dapat kembali ke kampung dengan sehat walafiat," kata Pak Atan.

Maka, sejak saat itulah tradisi mengantar telur dan pulut dilakukan masyarakat saban 27 Rajab.

Kini kegiatan yang telah menjadi tradisi tersebut dilakasankan tiap tahun. Masyarakat yang datang tidak hanya dari Pulau Bintan tapi juga dari Batam bahkan luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

"Mereka umumnya datang kemari membawa niat baik," ujar Pak Atan. (Antara)

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE