Karimun (Antara Kepri) - Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau mencatat sebanyak 310 kasus demam berdarah dengue selama 2014, jauh tinggi dibandingkan 2013 yang hanya 84 kasus.
"Kasus DBD awal bulan ini bertambah 13, sedangkan jumlah keseluruhan sejak Januari, 310 kasus," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Karimun Rachmadi di Tanjung Balai Karimun, Rabu.
Rachmadi mengatakan, dari 310 kasus tersebut, tujuh di antaranya korban meninggal dunia pada Januari, Juli, Agustus dan September. Ketujuh korban meninggal dunia, kata dia enam balita dan anak-anak dan satu dewasa.
Ia menjelaskan 310 kasus itu paling banyak ditemukan di Kecamatan Karimun sebanyak 129 kasus, Tebing 67, Meral 63, Kundur 28, Meral Barat 17, Kundur Barat 3, Kundur Utara 2 dan Kecamatan Moro 1 kasus.
"Langkah-langkah intensif sudah kita lakukan, berkoordinasi dengan berbagai sektor, terutama untuk menggerakkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk, dengan mengubur, menguras, menutup tempat-tempat atau wadah yang dapat menampung air hujan," kata dia.
Ia juga mengatakan Dinkes telah melaksanakan program menabur bubuk abate kepada warga masyarakat untuk ditabur dalam bak-bak air.
Kepala Dinkes Karimun, Sensissiana dalam satu kesempatan mengatakan, status Kejadian Luar Biasa untuk DBD ditetapkan sejak Juli 2014 menyusul tingginya penularan wabah yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti, terutama di Pulau Karimun Besar yang termasuk daerah endemik wabah DBD.
"Kami telah menjalin kerja sama lintas sektor, mulai dari memberdayakan kader posyandu, perangkat pemerintahan di kecamatan, kelurahan/desa hingga RW dan RT untuk melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti menyosialisasikan Gerakan 3M, menabur bubuk abate," katanya.
Ia mengimbau warga masyarakat segera memeriksakan diri atau keluarganya jika mengalami gejala DBD untuk mencegah kematian.
Gejala DBD, jelas Sensissiana, antara lain demam panas tinggi dua sampai tujuh hari, nyeri perut, pendarahan berupa bintik-bintik merah di kulit, mimisan, gusi berdarah, syok, lemah, kulit dingin dan basah dan pingsan.
"Korban DBD yang meninggal dunia pada umumnya sudah kritis karena lambat mendapat pertolongan medis. Tidak ada biaya untuk memeriksakan diri ke puskesmas atau RSUD," kata dia.
Berdasarkan data Dinkes, kasus DBD pada 2011 tercatat sebanyak 117 dengan dua penderitanya meninggal dunia. Pada 2012 sebanyak 76 dengan 1 korban meninggal dunia. Sedangkan 2013 sebanyak 84 kasus dengan dua korban meninggal dunia. (Antara)
Editor: Nurul Hayat
Berita Terkait
KPK panggil lima KJPP terkait dugaan korupsi pengadaan lahan Tol Trans Sumatera
Rabu, 27 Maret 2024 18:34 Wib
Seorang mahasiswa Universitas Jambi korban Ferienjob di Jerman akhirnya buka mulut
Selasa, 26 Maret 2024 16:48 Wib
KPK periksa 10 saksi kasus pungli Rutan KPK
Selasa, 26 Maret 2024 16:20 Wib
PT Timah siapkan 700 kuota mudik gratis ke Babel dan Kepri
Selasa, 26 Maret 2024 10:33 Wib
Polres Bintan Kepri periksa 13 anak pelaku perundungan siswi SMP
Sabtu, 23 Maret 2024 17:38 Wib
Kejati Kepri sita barang bukti kasus korupsi BPR Bestari
Jumat, 22 Maret 2024 7:34 Wib
Hasbi Hasan bantah pernyataan dirinya terima uang Rp3 miliar dan tas mewah
Kamis, 21 Maret 2024 14:46 Wib
Panji Gumilang dijatuhi satu tahun penjara dalam kasus penodaan agama
Rabu, 20 Maret 2024 16:52 Wib
Komentar