BKKBN: Bonus Demografi Bisa Jadi Ancaman

id BKKBN,Bonus,Demografi,Ancaman,kepri

Batam (Antara Kepri) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Fasli Jalal mengatakan bonus demografi akan menjadi ancaman bagi Indonesia jika tidak bisa memanfaatkannya dengan baik.

Hal tersebut disampaikan Fasli, Minggu, saat menyampaikan kuliah umum dihadapan ratusan mahasiswa Universitas Batam dengan tema "Bonus Demografi dan Masa Depan Bangsa".

Fasil mengatakan, sebenarnya Indonesia telah memasuki periode bonus demografi sejak 2012 dan diperkirajan berlangsung hingga 2045.

"Hal tersebut ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibanding usia nonproduktif (dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun)," kata dia.

Dengan kondisi tersebut selanjutnya akan terjadi jendela peluang (window of opportunity), atau kondisi ketika angka ketergantungan berada pada tingkat terendah, yaitu 44 per 100 pekerja, yang diperkirakan akan terjadi selama 10 tahun mulai dari 2020.

Namun dikarenakan tingkat fertilitas (angka kelahiran hidup) yang stagnan selama 10 tahun terakhir, kata dia, jendela peluang diperkirakan akan terjadi dalam durasi empat tahun saja, dengan kisaran angka ketergantungan 47 per 100.

"Itu diperkirakan akan terjadi pada 2028 hingga 2031 saja," kata Fasil.

Fasil mengatakan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar Indonesia dapat menikmati bonus demografi tersebut diantaranya angkatan kerja yang berlimpah tersebut harus berkualitas, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, maupun kompetensi profesionalnya.

Syarat lain, kata dia, suplai tenaga kerja produktif yang besar harus diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai, sehingga pendapatan perkapita meningkat dan penduduk Indonesia dapat menabung sehingga akan meningkatkan tabungan di tingkat keluarga dan nasional.

"Selanjutnya jumlah anak yang sedikit dan dengan pendidikan yang lebih baik akan memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga," kata dia.

Dengan berkurangnya jumlah anak umur 0-15 tahun karena program KB, anggaran yang semula disediakan untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan mereka dapat dialihkan untuk peningkatan SDM pada kelompok umur 15 tahun ke atas agar mampu bersaing meraih kesempatan kerja, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

"Namun, meskipun jumlah penduduk produktif lebih banyak dari pada masyarakat nonproduktif, jika sumber daya manusianya lemah dan tidak berkualitas, maka akan terjadi bencana karena akan banyak masyarakat usia produktif yang menganggur dan terpaksa jadi beban negara," kata Fasil.

Jika itu terjadi, maka, Indonesia tidak akan menikmati bonus demografi untuk tumbuh dan sejahtera, namun justru masalah sosial besar yang akan terjadi. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE