Dinas Kesehatan Karimun Tambah Tenaga Jumantik

id Dinas,Kesehatan,Karimun,pemantau,jentik,nyamuk,dbd,demam,berdarah,tenaga,Jumantik

Karimun (Antara Kepri) - Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau menambah juru pemantau jentik atau jumantik untuk pencegahan dini terhadap wabah demam berdarah dengue (DBD).

"Tahun ini ada penambahan 5 jumantik. Jadi jumlah menjadi 30 orang," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Karimun Rachmadi di Tanjung Balai Karimun, Minggu.

Lebih separuh dari jumantik sebanyak itu, menurut Rachmadi, ditugaskan di Pulau Karimun Besar yang merupakan daerah paling rawan dan paling banyak terkena serangan DBD.

Menurut dia, penambahan jumantik diharapkan dapat mengoptimalkan tugas-tugas pemantauan jentik untuk dibasmi sebelum tumbuh menjadi nyamuk dewasa.

Petugas jumantik tersebut, menurut dia direkrut dari kalangan warga masyarakat, seperti ketua RT dan RW yang tentu lebih mengenal lingkungannya.

Jumlah 30 orang tersebut, menurut dia belum sebanding dengan luas wilayah, apalagi Karimun memiliki ratusan pulau kecil dan besar, berpenghuni maupun tidak.

"Kalau dihitung-hitung memang belum cukup. Tapi tentu sesuai ketersediaan anggaran serta pemetaan wilayah mana yang menjadi prioritas pemantauan," ucapnya.

Dia menjelaskan, jumantik bertugas memantau lingkungan terhadap jentik-jentik, tidak hanya untuk mengantisipasi serangan DBD, tetapi juga untuk wabah malaria dan chikukungunya.

"Jumantik juga bertugas menebar bubuk abate untuk membasmi jentik-jentik. Dan tentunya ikut membantu pemerintah menyosialisasikan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan gerakan 3M, mengubur, menguras dan menutup wadah-wadah yang dapat menampung air hujan," ucapnya.

Selain menambah jumantik, ia mengatakan tahun ini pengadaan bubuk abate juga lebih banyak dibandingkan 2014, sebagai langkah antisipasi agar tidak kehabisan persediaan," tuturnya.

Lebih lanjut ia berharap warga masyarakat juga berperan aktif memantau jentik-jentik serta melaporkannya kepada petugas kesehatan, atau bisa juga meminta bubuk abate ke puskesmas dan posyandu.

"Pencegahan wabah DBD tidak akan terlaksana tanpa partisipasi masyarakat. Gerakan pemberantasan sarang nyamuk harus tumbuh dan terus dilakukan oleh masyarakat," kata dia.

Disinggung soal status Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diberlakukan untuk wabah DBD sejak Juli 2014, Rachmadi mengatakan sudah dicabut menjelang akhir 2014.

"Pencabutan status KLB dilakukan karena kasus DBD mulai berkurang. Namun demikian, kita tetap siaga dan mengajak masyarakat juga berbuat demikian," kata dia.

Dijelaskannya, kasus DBD sepanjang 2014 tercatat sebanyak 390 kasus, dengan korban meninggal dunia sebanyak delapan orang.

Ia memerinci, kasus BBD pada Januari 2014 sebanyak 9 kasus, Februari 6 kasus, Maret 3, April 6, Mei 16, Juni 34, Juli 58, Agustus 59, September 117, Oktober 45, November 19 dan Desember 18 kasus.

Sedangkan kasus DBD selama 2014 berdasarkan kecamatan, berdasarkan data yang ia himpun, di Kecamatan 149 kasus, Meral 96, Meral Barat 21, Tebing 82, Kundur 29, Moro 6, Kundur Barat 3, Kundur Utara 2 dan Kecamatan Durai sebanyak 2 kasus.

"Untuk kasus DBD pada awal Januari 2015, kita belum mendapat laporan atau nihil. Dan kita berharap jangan ada lagi warga yang terserang wabah itu," ucap Rachmadi. (Antara)

Editor: Miskudin Taufik

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE