Pengamat: Pelemahan Rupiah Tekan Industri Batam

id Pengamat,Pelemahan,Rupiah,Tekan,Industri,Batam

Batam (Antara Kepri) - Pengamat ekonomi Suyono Saputro mengatakan kondisi rupiah yang terus melemah hingga menyentuh angka Rp13 ribu per dolar Amerika bisa menekan industri di batam, Kepulauan Riau, yang kebutuhan impornya masih besar.

"Pelemahan rupiah memang positif untuk menggenjot ekspor dan menyempitkan defisit neraca perdagangan. Namun bila depresiasi rupiah dalam waktu yang lama bisa menyulitkan dunia usaha, maka dampaknya malah menekan pertumbuhan ekonomi Batam dan Kepri. Pelemahan rupiah menekan industri Batam," kata dosen Universitas Putera Batam itu di Batam, Rabu.

Perusahaan yang membeli bahan baku menggunakan dolar AS, kata dia, tentu akan merasakan dampak pelemahan rupiah ini karena beban usaha meningkat.

"Perusahaan yang masih membutuhkan impor sebagai bahan bakunya, akan mengalami perubahan margin biaya belanja perusahaan dalam struktur biaya," kata Suyono.

Meski begitu, dia berpendapat untuk sejumlah pembelian bahan baku seperti gas oleh PT PLN Batam belum berpengaruh terhadap biaya belanja perseroan dengan catatan dampak pelemahan rupiah dalam jangka waktu pendek.

"Apalagi harga gas yang dibeli dalam dolar sudah dipatok pada rate tertentu dengan jangka waktu tertentu dengan penjual gas. Jadi tidak berpengaruh," kata dia.

Namun ia menyatakan yang harus diwaspadai adalah jika Indonesia mengindikasikan toleransi pelemahan dalam waktu yang lama.

"Jika toleransi terlalu lama akan mempengaruhi seluruh struktur ekonomi yang dimulai dengan kenaikan suku bunga acuan BI sebagai reaksi mengimbangi pelemahan rupiah," kata Suyono.

Hal tersebut, kata dia, akan berdampak pada pembiayaan sektor riil jadi melambat kemudian diikuti pelemahan konsumsi masyarakat.

"Dampaknya juga merambat ke penurunan konsumen properti dan kelesuan sektor konstruksi. Bisa dibayangkan besarnya dampak dari pelemahan rupiah ini jika terjadi dalam waktu yang lama," kata dia.

Ia berharap, segera ada upaya agar rupiah turun pada kisaran Rp10.000 per dolar AS dalam waktu dekat meski itu diakui akan sulit tercapai.

Meski begitu, Suyono berpendapat posisi rupiah saat ini tidak bisa disamakan dengan kondisi 1998, karena fundamental ekonomi Indonesia sudah jauh berbeda dan saat itu politik tidak stabil. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE