Jalan Panjang Menuju Terang

id Jalan,Panjang,Menuju,Terang,listrik,demo,pln,tanjungpinang,pemadaman

TANJUNGPINANG dahulu dengan sekarang tidak jauh beda. Walaupun sudah 13 tahun lalu ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Kepulauan Riau, wajah Tanjungpinang tetap sama, tidak selalu terang.

Bumi gelap di kota berjuluk Gurindam itu ironisnya berdekatan dengan dua negara maju yang sejak bertahun-tahun lalu sudah melupakan kegelapan.

Malaysia dan Singapura, dua tetangga Indonesia yang tampak terang benderang diintip dari pesisir Desa Penghujan, Bintan, kabupaten tertua di Kepri, tetapi bernasib sama dengan Tanjungpinang.

Cahaya terang berwarna-warni dari lampu-lampu menghiasi bangunan tinggi menjulang langit di Singapura dan Malaysia kontras dengan kondisi Pulau Bintan, terutama sejak sebulan terakhir.

Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan sampai sekarang belum terbebas dari pemadaman listrik. Setiap hari pemadaman listrik sedikitnya terjadi dua kali selama berjam-jam.

Barang-barang elektronik tidak dapat dipakai kadang pada pagi hari, sore hari, dan malam hari. Pelajar harus mengerjakan tugas, belajar ditemani dengan cahaya kecil dari lilin.

"Saya sangat marah dengan PT PLN. Kasihan masyarakat," kata Gubernur Kepri H.M. Sani di Gedung Daerah Tanjungpinang, Selasa.

Bukan hanya Sani, orang nomor satu di Tanjungpinang pun hanya bisa mengelus-ngelus dada melihat kotanya gelap gulita pada saat malam. Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah kecewa dengan kinerja PT PLN.

"Ini bukan pertama kali terjadi di Tanjungpinang," katanya.

Bagaimana dengan Kabupaten Bintan? Wakil Bupati Bintan Khazalik mengatakan bahwa permasalahan yang terjadi di daerah pemerintahannya bukan hanya permasalahan pemadaman listrik, melainkan ada ribuan warga yang tinggal di sejumlah desa belum pernah menikmati listrik dari PLN.

"Ada sekitar 30 desa yang menggunakan genset sebagai sumber energi. Genset hanya dihidupkan pada malam hari," ucapnya.

Gubernur Kepri H.M. Sani telah melaporkan permasalahan listrik tersebut kepada PT PLN pusat. Janji manis PT PLN itu tidak selalu direalisasikan, tetapi Sani sudah terlanjur menyampaikan kepada masyarakat.

Gubernur Ikut Demonstrasi

Batas kesabaran sekitar 1.000 warga Kota Tanjungpinang dan Bintan mungkin sudah habis. Mereka melakukan aksi unjuk rasa di halaman Kantor PT PLN Kepulauan Riau (Kepri), kecuali Tanjungpinang, kemarin.

Tidak ada pujian yang keluar dari mulut para pedemo. Mereka memaki pihak PLN karena dianggap tidak mampu menangani permasalahan listrik di Pulau Bintan.

Barang-barang elektronik yang rusak pun dihempas di depan Kantor PLN yang beralamat di Jalan Bakar Batu Tanjungpinang. Sejumlah aset milik PLN pun dirusak massa yang sulit dikendalikan aparat yang berwenang.

"Kesabaran masyarakat sudah habis. Masyarakat dirugikan, peralatan elektronik rusak dan pelajar tidak dapat belajar pada malam hari," kata Andi Cori F., koordinator aksi.

Lebih mengejutkan lagi, dalam aksi itu tiba-tiba muncul Gubernur Kepri H.M. Sani. Usianya sudah 73 tahun, tetapi semangat berjalan di lokasi aksi, tanpa protokoler.

Sani pun diangkat sejumlah pedemo ke atas mobil dinas kepolisian. Dia berorasi.

"Ini (pemadaman listrik) sudah berlangsung lama. Perusahaan Listrik Negara (PLN) harus segera menyelesaikan permasalahan ini, kasihan masyarakat," kata Sani dalam orasinya.

Sani mengatakan bahwa pihaknya sudah tidak bisa berkata-kata lagi untuk mendesak PT PLN memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.

"Sudah terlalu sering saya ingatkan. Sudah saya sampaikan keluhan masyarakat Tanjungpinang ke PLN pusat, tetapi hasilnya masih seperti ini," katanya.

Setelah Sani, di lokasi aksi muncul Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah. Lis mendampingi Sani, dan juga melakukan orasi.

Ia mengatakan bahwa Kantor Kanwil PT PLN Riau-Kepri pindah ke Tanjungpinang sebab Kantor PLN Tanjungpinang tidak bisa mengambil keputusan.

"Perseroan Terbatas (PT) PLN harus membuat kantor wilayah di Tanjungpinang kalau serius mengurus permasalahan ini," katanya.

Demo seperti ini, lanjut dia, sudah berulang-ulang. Akan tetapi, PT PLN Tanjungpinang tidak bisa mengambil keputusan.

"Kami mendesak PLN membentuk Kanwil di Tanjungpinang," ujarnya.

Aksi demonstrasi itu memanas. Polisi pun mengambil sikap untuk mengamankan Manajer Area PT Kepri kecuali Batam Mahjudin.

Di Mapolres Tanjungpinang, Mahjudin diminta pedemo untuk membacakan perjanjian yang harus dilakukan PT PLN. Perjanjian itu dibacakan di hadapan Kapolres Tanjungpinang AKBP Dwita Kumu Wardana.

Salah satu perjanjian yang disampaikan Mahjudin, yakni memadamkan listrik untuk perkantoran pemerintah.

"Saya Mahjudin, Manajer PLN Wilayah Kota Tanjungpinang. Dengan ini saya berjanji dan tidak akan mengingkari janji saya kepada masyarakat Kota Tanjungpinang," ucap Mahjudin dengan melampirkan surat pernyataan di hadapan AKBP Dwita Kumu.

Mahjudin juga berjanji tidak akan menghidupkan listrik pada kantor-kantor pemerintahan selama 24 jam.

"Saya tidak menghidupkan lampu jalan selama 24 jam. Saya tidak akan menghidupkan lampu-lampu tempat hotel, hiburan malam, dan industri selama 24 jam," ucap Mahjudin.

Selain itu, Mahjudin juga berjanji akan mematikan lampu masyarakat Kota Tanjungpinang satu kali sehari maksimal selama 3 jam.

"Saya tidak akan melayani permohonan pemasangan baru," katanya.

Manajer Dipukul

Suasana mencekam terjadi di Gedung Daerah Tanjungpinang Selasa siang. Massa makin lama makin banyak menunggu hasil pembahasan permasalahan listrik antara Gubernur Kepri H.M. Sani dan pihak PLN serta tokoh masyarakat.

Rapat pun digelar tertutup dengan jumlah peserta rapat terbatas. Rapat berlangsung panas. Namun, masih dapat dikendalikan Sani.

Seusai rapat, peristiwa mengejutkan pun terjadi. Manajer Teknik PT PLN (persero) Wilayah Riau dan Kepri Pintor Rumapea dipukul massa seusai rapat.

Rahang kiri Pintor dipukul saat massa mengerumuninya di halaman Gedung Daerah Tanjungpinang. Sejumlah aparat keamanan langsung mengamankan Pintor ke dalam Gedung Daerah.

Sementara itu, salah seorang warga yang diduga memukul Pintor sempat diamankan anggota kepolisian sebelum dilepaskan.

"Saya masih pusing," kata Pintor kepada sejumlah wartawan yang berhamburan mendekatinya saat sedang mewawancai Gubernur Kepri H.M. Sani.

Pintor tidak menjawab saat ditanya apakah akan melaporkan penganiayaan terhadap dirinya kepada pihak kepolisian. Dia terus-menerus memegang rahang kirinya yang memerah.

"Saya masih pikir-pikir, sekarang masih pusing. Saya ini hanya diundang menghadiri rapat," ucap Pintor.

Sejumlah anggota polisi mengawal Pintor saat menuju mobil dinasnya. Belasan warga masih mengejarnya.

Mobil yang ditumpangi Pintor pun dilempar oleh massa. Mobil itu terus melaju meninggalkan Gedung Daerah Tanjungpinang.

Janji

Perseroan Terbatas PLN Riau dan Kepri kecuali Batam berjanji mulai 6 April 2015 tidak ada pemadam listrik lagi setelah dilakukan langkah-langkah dalam mengatasi permasalahan listrik di Tanjungpinang.

Manajer Teknik PT PLN Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) Pintor Rumapea saat rapat dengan Gubernur Kepri H.M. Sani di Gedung Daerah Tanjungpinang tadi sore menjelaskan bahwa PT PLN pada hari ini menambah pembangkit listrik sebesar 3 megawatt.

"Dengan penambahan kapasitas listrik itu, pemadaman bergilir bisa diminimalisasi hanyak maksimal 3 jam setiap hari," katanya.

Menurut dia, PT PLN juga akan menambah pembangkit dengan secara bertahap. Setelah menambah mesin pembangkit listrik 3 megawatt, PLN juga akan kembali menambah pembangkit 1 megawatt pada tanggal 21 Maret 2015.

"Tidak hanya itu, PLN juga akan menambah pembangkit 1,6 megawatt pada tanggal 3 April," ucapnya.

Selanjutnya, PLN akan menyewa baru pembangkit 6 megawatt pada tanggal 6 April. Dengan adanya penambahan pembangkit tersebut, PLN menjanjikan tidak akan ada pemadaman bergilir lagi untuk perumahan masyarakat.

"Dalam kesepakatan ini PLN sudah sepakat untuk tidak melayani penambahan daya dan pemasangan baru. Intinya kita mau masalah listrik ini bisa selesailah," kata Gubernur Kepri Muhammad Sani kepada wartawan usai pertemuan. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE