Tingkat Hunian Hotel di Karimun 40 Persen

id Tingkat,okupansi,Hunian,Hotel,Karimun,kamar,wisata,phri

Karimun (Antara Kepri) - Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Kabupaten Karimun Kepulauan Riau menyatakan, tingkat okupansi atau hunian hotel di daerah ini rata-rata dalam satu hari hanya sekitar 40 persen.

"Rata-rata kamar yang disewa tamu secara umum, baik warga daerah ini maupun daerah lain, setiap harinya hanya 40 persen dari total kamar tersedia. Sangat rendah dan menunjukkan kondisi perhotelan di Karimun ibarat 'hidup segan mati tak mau'," kata Ketua BPC PHRI Karimun, Khaidir, di Tanjung Balai Karimun, Rabu.

Khaidir menyebutkan tingkat okupansi hotel untuk wisatawan mancanegara, terutama dari Singapura dan Malaysia, hanya berkisar 20 persen setiap hari.

"Kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak lama. Pengusaha hotel kebanyakan hanya bertahan meski kamar hotel banyak yang kosong," ujarnya pula.

Dia menjelaskan, rendahnya okupansi hotel itu turut dipengaruhi tidak adanya objek wisata yang mampu memikat wisatawan dalam maupun luar negeri.

Sejumlah objek wisata, seperti Pantai Pelawan, Pantai Pongkar dan Air Terjun Pongkar belum mampu mendongkrak tingkat hunian hotel. 

Menurut dia, objek-objek wisata itu belum memiliki nilai jual karena tidak dikemas dengan baik.

"Pengunjung pantai kebanyakan warga lokal. Wisatawan asing lebih memilih ke Batam karena pariwisatanya sudah dikemas dengan baik," katanya pula.

Dia tidak menampik wisatawan mancanegara yang datang dan menginap bukan untuk mengunjungi objek-objek wisata, tetapi ingin menghabiskan masa liburan bersama wanita penjaja seks komersial di daerah ini.

"Itu kenyataan. Kebanyakan mereka mencari hiburan bersama wanita penjaja seks komersial," ujarnya.

Ia mengungkapkan, masalah ketersediaan daya listrik juga menjadi penyebab rendahnya pendapatan sektor perhotelan.

Hingga saat ini, hotel-hotel masih harus menyalakan genset sejak sore hingga pukul 23.00 WIB.

"Krisis listrik memang tidak separah dulu, tapi hotel-hotel tetap menyalakan genset pada malam hari karena PLN masih kekurangan daya, akibatnya beban biaya operasional tetap tinggi untuk menyalakan genset," katanya.

Menurut dia, sejumlah hotel, terutama hotel berbintang tetap melakukan promosi dengan menggandeng biro perjalanan wisata.

Namun, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara masih relatif kecil, karena tidak ada objek wisata yang memiliki nilai jual atau menarik.

"Objek wisata air panas di Tanjung Hutan juga belum mampu mendorong kunjungan wisatawan. Sarana transportasi ke sana belum mendukung," ujarnya lagi.

Menurut dia, kerja sama semua pemangku kepentingan sangat diperlukan untuk menggairahkan kembali sektor perhotelan di daerah ini.

"Semua sektor, mulai dari sektor pariwisata, sarana, dan infrastruktur harus dibenahi. Kemudian perlu upaya promosi secara bersama-sama," katanya pula. (Antara)

Editor: Budisantoso Budiman

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE