Batam (Antara Kepri) - Pelaku usaha ritel modern di Kota Batam masih menahan kenaikan harga jual meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (AS) terus melemah dan harga bahan bakar minyak di pasar fluktuatif.
"Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar dan kenaikan harga BBM bersubsidi akan menimbulkan gejolak di sektor ritel modern. Namun kami tidak bisa serta merta menaikkan harga jual ke konsumen meski sebenarnya peritel dalam kondisi terjepit," kata Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Kepri Orwy Watuseke di Batam, Selasa.
Ia mengatakan, pada dasarnya semua retailer sangat tergantung harga pokok dari pihak perusahaan supplier.
"Kalau dari supplier naik, harga akan naik. Tapi saat ini kami tidak bisa naikin harga sembarangan," kata dia.
Alasan peritel tidak bisa langsung menaikkan harga seenaknya, kata Orwy, karena rangkaian pola kerja di sektor tersebut terkait dengan banyak hal seperti periode pembelian, target margin harga jual dan harga barang.
Untuk kasus saat ini, kata dia, salah satu pertimbangan belum naiknya harga di pasar berdasarkan pertimbangan bahwa barang tersebut dipasok rata-rata pada awal tahun.
"Hal ini membuat pengelola gerai ritel masih memakai harga lama hingga stok habis terjual," kata dia.
Namun demikian, Orwy juga menyatakan harga jual di gerai bisa naik jika supplier mengajukan perubahan harga dalam purchase order mengikuti harga dari produsen akibat depresiasi nilai tukar rupiah dan kenaikan BBM.
"Bisnis ritel bergantung pada banyak pelaku bisnis, khususnya produsen. Sehingga kalau produsen memberlakukan harga baru, peritel tidak punya pilihan selain menaikkan harga jual," kata Orwy.
Saat ini sejumlah ritel di Batam antara lain Hypermart dengan perusahaan PT Matahari Putra Prima Tbk, Carrefour dengan PT Trans Retail Indonesia dan Giant Ekspres. Kemudian juga terdapat pasar ritel modern seperti Top 100, OG Home, dan JC Supermarket.
Sebelumnya, Dewan Pembina Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Kota Batam Amat Tantoso mengatakan depresiasi rupiah bisa menekan para importir dan melambungkan harga-harga barang impor meski ada strategi yang sudah disiapkan untuk menjaga pasokan.
Namun, kata dia, sampai saat ini pengusaha importir bahan kebutuhan pokok belum sampai menghentikan aktivitas impornya. (Antara)
Editor: Rusdianto
Berita Terkait
Pelni Batam tambah kapasitas 2.000 penumpang saat angkutan mudik lebaran
Kamis, 28 Maret 2024 15:35 Wib
MTI Kepri minta Kemenhub sikapi kenaikan tarif kapal ferry Batam-Singapura
Kamis, 28 Maret 2024 15:26 Wib
Pemkot Batam berkomitmen untuk tingkatkan kualitas pengelolaan pemda lewat MCP
Kamis, 28 Maret 2024 15:00 Wib
Rudi: Industri digital jadi mesin penggerak ekonomi baru
Kamis, 28 Maret 2024 13:22 Wib
Perusahaan manufaktur Tiongkok rencana kembangkan usaha di Batam
Kamis, 28 Maret 2024 12:58 Wib
Harga emas Antam naik lagi
Kamis, 28 Maret 2024 10:00 Wib
200 peserta mudik gratis di Batam ke Jakarta naik KM Kelud
Rabu, 27 Maret 2024 19:14 Wib
Presiden upayakan bantuan beras lanjut hingga akhir tahun
Rabu, 27 Maret 2024 18:44 Wib
Komentar