Bupati Karimun Dinilai Kurang Peka Krisis Air

id Bupati,Karimun,Kurang,Peka,Krisis,Air

Karimun (Antara Kepri) - Beberapa warga Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, menilai Bupati Nurdin Basirun kurang peka dalam menyelesaikan krisis air bersih yang terjadi pada setiap musim kemarau.

"Setiap tahun bupati berjanji akan menghubungkan beberapa waduk, tapi realisasinya mana? Buktinya sampai sekarang pasokan air bersih masih mengandalkan Waduk Bati dengan volume air yang sangat terbatas," kata seorang warga Arjo di Tanjung Balai Karimun, Kamis.

Ia menyayangkan keputusan bupati untuk menghadiri kongres PDI Perjuangan yang berlangsung pada 8-12 April 2015 di Denpasar, Bali. Sementara, kata dia, masyarakat mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih, menyusul tidak mengalirnya air bersih dari Waduk Bati yang dikelola Perusda.

"Seharusnya bupati itu cari lori (truk) air, lalu airnya dibagi-bagikan kepada masyarakat yang sedang kesulitan mendapatkan air bersih," ungkapnya dengan nada kesal.

Menurut dia, tinjauan Bupati ke Waduk Bati pekan lalu tidak akan menyelesaikan persoalan jika tidak ditindaklanjuti dengan aksi nyata, misalnya membangun jaringan pipa ke waduk-waduk lain agar persediaan air bersih terjamin meski musim kemarau.

"Setiap tahun bupati selalu meninjau Waduk Bati ketika warga kesulitan air bersih, tapi tinjauan hanya tinjauan tanpa ada tindaklanjutnya," ucapnya.

Warga lain Sofyan mengatakan, bupati sebagai kepala daerah seharusnya memprioritaskan anggaran untuk konektivitas antarwaduk, misalnya Waduk Bati dengan Waduk Sentani, atau membangun jaringan pipa ke Waduk di Desa Pongkar, Kecamatan Tebing.

"Anggaran itu bisa berbentuk penyertaan modal untuk Perusda, khusus untuk konektivitas antarwaduk itu. Masalah air adalah kebutuhan dasar, kita tidak bisa hidup kalau tidak ada air," ucapnya.

Tokoh masyarakat yang juga Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Karimun Abu Samah menambahkan, konektivitas antarwaduk sangat mendesak agar krisis air tidak terjadi berulang-ulang.

"Waduk bekas galian timah cukup banyak, bangun jaringan pipa ke waduk-waduk itu sehingga tidak lagi bergantung pada Waduk Bati. Ini sangat mendesak agar krisis air tidak lagi terjadi saat musim kering," ucapnya.

Krisis air mulai melanda warga Pulau Karimun Besar, seperti di Tanjung Balai Karimun dan Meral sejak awal 2015. Warga terpaksa membeli air dari lori-lori air yang berkeliling menjual air ke permukiman penduduk. Air yang dijual lori-lori itu sebagian berasal dari waduk-waduk bekas galian timah, seperti waduk depan RSUD Karimun,dan sebagian lagi bersumber dari sumur bor milik warga.

"Harga air lori mahal, tapi kami terpaksa beli karena kran di kamar mandi tidak mengeluarkan air sejak tiga bulan lalu," ucap seorang warga Kolong, Susanti.

Susanti mengatakan, dirinya membeli air dari lori-lori itu untuk kebutuhan mencuci dan mandi. "Kalau untuk minum kami beli air galon, kami ragu minum air lori karena tidak terjamin kebersihannya," ucapnya.

Direktur Utama Perusda Karimun Devanan Syam dalam satu kesempatan mengaku belum mampu memenuhi kebutuhan pasokan air bersih para pelanggan. "Kami sudah berupaya menghubungkan Waduk Bati dengan Waduk Dang Merdu, tapi belum maksimal karena kecepatan aliran air dalam pipa melambat," ucapnya.

Sementara, kata Devanan, pembangunan jaringan pipa ke waduk-waduk lain membutuhkan biaya yang relatif besar sehingga tidak bisa direalisasikan dalam waktu singkat. (Antara)

Editor: A Jo Seng Bie

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE