Mansyur, Sang Veteran Konfrontasi Ganyang Malaysia

id Sejarah,Sang,Veteran,Konfrontasi,Ganyang,Malaysia,mansyur

Mansyur, Sang Veteran Konfrontasi Ganyang Malaysia

Mansyur, Veteran Konfrontasi Ganyang Malaysia (antarakepri.com/Saud MC)

Saya pribadi jelas tidak menyangka bakal selamat dan bisa tiba di Pasir Panjang, tempatnya pangkalan TNI untuk mengganyang Malaysia
DI usianya yang memasuki 72 tahun, Mansyur bukan lagi seorang prajurit yang berapi-api menembus medan perang beranginkan peluru. Namun, peristiwa penugasannya sebagai relawan konfrontasi Ganyang Malaysia, masih melekat erat dalam ingatan.

Kala itu, Mansyur yang tidak mampu menamatkan jenjang pendidikan SMA, di tanah kelahirannya Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, tertekan dengan kondisi pemberontakan Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI/TII).

Sehingga, di tahun 1962 pemberontak DI/TII di Sulawesi Selatan yang dipimpin Kahar Muzakkar, membuat cita-cita Mansyur menjadi tentara semakin kuat.

Maka, melalui bintara, suami dari Rodiah (60) ini masuk dalam militer dengan memilih Korps Komando Operasi (KKO) di Surabaya yang sekarang dikenal sebagai Korps Marinir AL.

Tanpa melupakan pendidikan, ia kembali melanjutkan jenjang SMA-nya melalui sistem paket di Surabaya.

Berhasil mendapatkan ijazah, Mansyur yang menyandang Sersan Dua, kala itu ditugaskan menjadi sukarelawan menjalankan misi konfrontasi.

Berada di bawah Komando Operasi Tinggi (KOTI) ia pun ditugaskan dan berkumpul bersama sukarelawan lainnya di Pulau Rupat Provinsi Riau untuk dikirim ke Malaysia.

"Tak lama dari Pulau Rupat, kami semua masuk ke Pontian Malaysia," ujarnya.

Namun menjelang subuh, Mansyur dan regunya yang mendarat di pulau tersebut dihujani peluru oleh tentara sewaan dari India (Kurga).

Hingga pecahlah keheningan oleh dentuman senjata dan peluru buta menerobos celah gelap yang saling berlawanan di Pulau Pontian Kecil.

Namun, kejutan Kurga membuat amunisi yang dibawa sukarelawan semakin menipis dan hampir habis hingga terhentilah sejenak perlawanan dengan langkah mencari persembunyian karena ia berfikir perjuangan tidak bisa diteruskan dengan kondisi seperti itu.

"Pada saat itu sukarelawan banyak yang mati dan tertangkap, serta ada juga yang berhasil melarikan diri, termasuk saya" ujar ayah dua anak itu.

Mansyur yang memilih kembali ke pesisir berhasil menghindar dari laras senjata yang berapi, hingga menghilang dalam rimba negeri yang diganyang tersebut.

Pemburuan terhadap dirinya pun dilakukan hingga hampir sebulan dalam rimba, Mansyur, Sairin, Lim Hong dan Kubak menyelinap kembali ke perkampungan dan mengambil sampan curian untuk meloloskan diri.

Dan berlanjutlah empat marinir tersebut, mendayung dalam gelap malam, tanpa lampu, tanpa kompas dengan hanya melihat bias matahari untuk pulang ke Bunda Pertiwi Indonesia.

Pelarian yang terjadi hampir pada 17 Agustus 1964 tersebut semakin mencemaskan Mansyur ketika selama 18 jam mendayung membelah Selat Malaka, sampan curian tersebut tanpa disadari kandas dibibir pantai.

Akan tetapi kecemasan itu hilang tiba-tiba, karena ternyata pantai tempat kandasnya perahu curian Serda Mansyur bersama tiga Kopral lainnya, adalah Pasir Panjang, Tanjung Balai Karimun.

"Saya pribadi jelas tidak menyangka bakal selamat dan bisa tiba di Pasir Panjang, tempatnya pangkalan TNI untuk mengganyang Malaysia," tegas Manysur.

Berkat peristiwa itu, Mansyur dinobatkan menjadi veteran dan mendapat penghargaan dari mantan Presiden Indonesia kedua Alm Soeharto.

Meskipun masih banyak peristiwa yang enggan disampaikannya, namun sebagai manusia yang memiliki kebanggaan membela Tanah Air, ia berharap generasi muda dapat meneruskan dan mengisi kemerdekaan serta perjuangan demi majunya Indonesia yang lebih baik. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE