Aktivitas Masyarakat Kepri Terganggu Asap

id Aktivitas,penerbangan,sekolah,pariwisata,Masyarakat,Kepri,Terganggu,Asap,niko,panama

Aktivitas Masyarakat Kepri Terganggu Asap

Sejumlah kapal cepat sandar di dermaga Sekupang, Batam beberapa waktu lalu. Otoritas pelabuhan setempat melarang kapal-kapal penumpang berlayar karena jarak pandang berkurang akibat kabut asap. (antarakepri.com/Larno)

Sampai sekarang saya tidak bisa ke Batam, karena Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru lumpuh akibat asap. Bahkan kapal menuju Batam maupun Tanjungpinang tidak dapat berlayar
DALAM beberapa tahun terakhir, permasalahan kabut asap yang mencemari udara di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi topik hangat yang dibicarakan masyarakat setiap tahun.

Sumber asap bukan berasal dari Kepri, melainkan dari sejumlah provinsi tetangga seperti Riau, Jambi, Bangka Belitung, dan Sumatera Selatan.

Sejumlah orang yang tidak bertanggung jawab telah melakukan pembakaran hutan untuk membuka lahan. Akibatnya, asap yang dihasilkan tidak hanya mencemari udara di wilayah mereka melainkan menyebar hingga ke daerah lain termasuk Kepri, bahkan sampai ke negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Asap yang mencemari udara menghambat penglihatan. Ketebalan asap dalam udara sejak hampir dua bulan menyebabkan jarak pandang terganggu.

"Jarak pandang di Tanjungpinang (ibu kota Kepri) pernah mencapai 700 meter. Ini mengganggu penerbangan, transportasi darat dan laut," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Tanjungpinang Dhira Utama.

Saat jarak pandang tidak mencapai 1.000 meter, pesawat tidak dapat mendarat maupun terbang. Dalam beberapa kali penerbangan, pesawat dari Jakarta menuju Tanjungpinang mengalami penundaan pendaratan.

Sementara di Bandara Hang Nadim Batam, meski terkadang kondisi udara cukup kondusif, tetapi otoritas bandara terpaksa membatalkan penerbangan untuk rute Pekanbaru, Palembang dan Jambi.

Pembatalan disebabkan asap tebal yang menyelimuti udara pada tiga daerah tersebut.

"Sampai sekarang saya tidak bisa ke Batam, karena Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru lumpuh akibat asap. Bahkan kapal menuju Batam maupun Tanjungpinang tidak dapat berlayar," kata Rico, salah seorang warga Pekanbaru.

Sejumlah penerbangan di Natuna dan Anambas dengan tujuan Batam pun dibatalkan akibat asap.

"Kondisi udara hari ini belum normal, tetapi cukup kondusif, seperti jarak pandang di Tanjungpinang mencapai 4.500 meter," kata Dhira Utama.

Penyakit Pernapasan

Pemerintah Kota Tanjungpinang tidak memiliki alat pengukur polusi udara. Selama "musim asap", Pemkot Tanjungpinang menggunakan hasil pengukuran polusi asap dalam udara yang dilakukan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Batam.

Pemerintah Batam sudah menyimpulkan dan mengumumkan udara di kota industri itu sangat tidak sehat.

Sementara Pemkot Tanjungpinang menyatakan udara dalam kondisi sangat tidak sehat setelah sekitar sebulan asap mencemari udara di kota itu. Kesimpulan itu diumumkan kepada publik melalui media massa setelah BTKL Batam melakukan pengukuran indeks udara, yang dipusatkan di Terminal Sei Carang Tanjungpinang.

Polutan Standart Indeks (PSI) menunjukkan kualitas udara di Tanjungpinang berada di angka 205 yang berarti udara Ibukota Provinsi Kepri saat ini dalam kondisi sangat tidak sehat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Rustam mengatakan jika polutan standar indek udara berada di rentang angka 100-200, maka kualitas udara masuk dalam kategori tidak sehat.

"Apabila berada di angka 201-300, maka kualitas udara itu masuk ke dalam kategori sangat tidak sehat, seperti yang saat ini menyelimuti Kota Tanjungpinang. Lebih dari pada angka tersebut, kualitas udara masuk dalam kriteria berbahaya untuk kesehatan," ucapnya.

Mengingat kualitas udara saat ini berada jauh dari indeks udara normal pada polutan indeks kisaran 0-50, Rustam mengimbau agar masyarakat Tanjungpinang menggunakan masker ketika berada di luar rumah atau di lapangan sebagai upaya untuk menghindari terjadinya paparan asap secara langsung.

"Untuk orang tua lanjut usia, bayi, balita maupun penderita penyakit kronis, baiknya berada di dalam rumah, termasuk anak-anak," tegasnya.

Rustam mengimbau pihak sekolah mengurangi kegiatan olahraga, baris berbaris yang dilakukan di luar kelas.

"Untuk pembagian masker, kami sendiri hanya bersifat gratis. Tapi kami mengharapkan masyarakat berswadaya untuk masker tersebut," ucapnya.

Menurut dia, jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada bulan Agustus mencapai 3.276 orang, sedangkan pada September turun menjadi 2.734 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Batam Chandra Rizal mengatakan bahwa selama September 2015 tercatat 5.820 orang menderita ISPA akibat terpapar debu dari asap kebakaran hutan.

"(Penderita) ISPA pada bulan ini 5.820 orang, pada bulan lalu sebanyak 5.343 orang. Ini meningkat dari normal, yang biasanya sekitar 3.000 orang," katanya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana menyatakan kualitas udara di Kabupaten Natuna dan Kepulauan Anambas paling buruk di antara kabupaten kota lain di Kepri.

"Paling parah itu Natuna dan Anambas, lebih dari Batam. Hal ini akibat terpapar kabut asap kebakaran hutan," kata Tjetjep Yudiana.

Tidak hanya masalah kesehatan, persoalan kabut asap pun telah mengganggu proses belajar mengajar siswa.

Dinas Pendidikan Tanjungpinang pada 29 September 2015 mengambil kebijakan meliburkan para siswa akibat asap tebal yang menyelimuti kota tersebut. Kebijakan itu dilakukan secara mendadak saat seluruh siswa sudah tiba di sekolah.

"Kebijakan ini harus diambil untuk menjaga kesehatan para pelajar. Hanya diliburkan sehari," katanya.

Berdasarkan catatan BMKG Tanjungpinang jarak pandang di kota itu hanya 700 meter.

"Asap masuk ke ruang belajar siswa," katanya.

Dinas Pendidikan Tanjungpinang menyerahkan kebijakan meliburkan pelajar kepada pihak sekolah. Namun pihak sekolah dan orang tua siswa harus berkoordinasi agar para siswa tidak melakukan aktivitas yang tidak penting di luar rumah.

Hal yang sama juga dilakukan Pemerintah Karimun, Batam dan Bintan. Dinas Pendidikan setempat terpaksa meliburkan para pelajar akibat asap tebal.

Hambat Pariwisata

Asap tebal juga dikhawatirkan mengganggu kegiatan pariwisata bertaraf internasional di Tanjungpinang, Bintan dan Batam. Di Tanjungpinang pada akhir bulan ini akan diselenggarakan Festival Dragon Boat, yang sebagian pesertanya dari luar negeri.

"Mudah-mudahan permasalahan asap ini segera tuntas," kata Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang Juramadi Esram.

Dragon Boat merupakan "event" bertaraf internasional yang dilaksanakan setiap tahun di Tanjungpinang. Kegiatan ini juga dipromosikan ke berbagai negara untuk meningkatkan kunjungan wisman.

"Saya sudah minta bantuan Kemenpar untuk mempromosikan Festival Dragon Boat ke berbagai negara," kata Penjabat Gubernur Kepri Agung Mulyana.

Sementara di Batam, dua kegiatan pariwisata yang seharusnya dilaksanakan pada September dan bulan ini, terpaksa dibatalkan. Dua kegiatan tersebut seperti Rally sepeda Nongsa Challenge dan Charity Barkley

"Dua 'event' internasional gagal, orang asing sensitif dengan masalah kesehatan," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Batam Yusfa Hendri.

Akibatnya, Batam kehilangan potensi kedatangan 500 orang wisatawan mancanegara yang seharusnya datang dalam kegiatan itu.

"EO dari Singapura sudah rapat, karena situasi cuaca yang tidak juga membaik di Singapura dan Batam, maka dibatalkan," kata dia.

Aktivitas Pemerintahan

Pulau Bintan (Kabupaten Bintan dan Kota Tanjungpinang) memiliki tiga pemerintahan yakni Pemerintah Kepri, Tanjungpinang dan Bintan.

Pusat Pemerintahan Kepri berada di Pulau Dompak, Tanjungpinang, sedangkan Pemkot Tanjungpinang di Senggarang. Sementara Pemkab Bintan berpusat di Bintan Buyu.

"Asap tebal terjadi pada pagi dan sore hari dan Asap sudah memasuki kantor pemerintahan," kata Asisten I Pemprov Kepri Reni Yusneli.

Para pegawai diimbau untuk menggunakan masker, terutama yang menggunakan sepeda motor. Saat berada di ruang kerja juga sebaiknya menggunakan masker untuk mengantisipasi berbagai penyakit yang disebabkan asap.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang Rustam juga mengimbau pegawai untuk mengenakan masker. Senggarang merupakan dataran tinggi sehingga asap lebih pekat.

"Jika diperlukan gunakan asap agar terhindar dari berbagai penyakit pernafasan," katanya.

Sementara Penjabat Bupati Bintan Dolli Boniara mengimbau seluruh elemen masyarakat menggunakan masker.

"Jangan sampai asap mengganggu pekerjaan, tetap harus jaga kesehatan," ucapnya.

Dampak kabut asap memang telah menyebabkan berbagai gangguan di tengah masyarakat. Karena itu, masyarakat mengharapkan pemerintah pusat dan daerah bersama-sama mengatasi bencana asap yang melanda sebagian wilayah Indonesia itu. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE