Dongeng Snow City Singapura untuk Kutub Utara

id Dongeng,salju,Snow,City,Singapura,pemanasan,global,Kutub,Utara

Dongeng Snow City Singapura untuk Kutub Utara

Sarah, berperan sebagai orang Inuit menyapa pengunjung Snow City dengan kuis seputar Kutub Utara. (antarakepri.com/josengbie)

Pesan lingkungan kini kami sampaikan melalui lima sekawan The Arctic Avengers
PENGELOLA Snow City di Jurong East, Singapura, selain menyajikan sarana rekreasi bersalju, kini menghadirkan dongeng lima sekawan untuk mengajak pengunjung berperan melestarikan Kutub Utara dengan mengurangi perilaku penyebab pemanasan global.

"Mereka membutuhkan bantuan Anda," demikian pesan moral dari dongeng tentang Oki, bocah Inuit yang bersama Ila (anjing), Nooka (beruang), Koko (serigala), dan Suku (burung hantu) bersehati melindungi rumah bersama dari bahaya perubahan iklim akibat pemanasan global.

Dikisahkan, Oki memancing ikan, tetapi tersesat ketika hendak pulang. Ia berjumpa dengan Ila yang membantunya menemukan jalan ke rumah. Di perjalanan mereka bertemu dengan Nooka yang sedang mencari tempat tinggal baru, sebab rumahnya meleleh akibat pemanasan global.

Bertiga mereka berkawan. Di perjalanan, tiba-tiba padang salju yang mereka injak bergetar dan retak, memunculkan bongkasan es baru. Oki dan Ila terpisah dari Nooka.

Oki kemudian berteriak minta tolong. Dari kejauhan Koko mengamati situasi dan menyarankan Oki melemparkan joran ke arah Nooka. Nooka menangkap alat pancing itu dan menarik Oki dan Ila hingga selamat kembali ke daratan.

Koko memutuskan bergabung. Dalam perjalanan menuju rumah Oki, mereka berempat berjumpa dengan Suku yang dengan kemampuan matanya menuntun mereka dalam gelap malam. Tiba di rumah Oki, Suku memutuskan bergabung.

Lima sekawan itu menyebut diri "The Arctic Avengers", dan berjanji melindungi rumah bersama (Kutub Utara) dari ancaman dampak perubahan iklim yang fenomenanya kerap kali berupa badai salju, lelehan bongkah es, dan keretakan lapisan salju.

General Manager Snow City Norazani Shaiddin di Jurong East, Singapura, kepada wartawan, Senin (30/11) menyatakan bahwa wahana rekreasi edukatif yang dikelolanya sudah 15 tahun menjadikan Kutub Utara sebagai tema pembawa seruan mengurangi pemakaian plastik dan bahan bakar dari fosil.

Sampah plastik yang dibuang sulit hancur di darat dan laut, sementara gas bahan bakar dari fosil berdampak buruk bagi lingkungan hidup karena menjadi sumber laju pemanasan global dan perubahan iklim yang  mengancam kelestarian Kutub Utara dan Selatan.

Bila es di kedua kutub itu meleleh dalam skala dahsyat, paras laut akan meninggi dan airnya menenggelamkan banyak pulau dan pantai dunia.

"Pesan lingkungan kini kami sampaikan melalui lima sekawan The Arctic Avengers," kata Norazani, mengenai kemasan terbaru Snow City sehabis empat bulan direnovasi.

Suasana baru dihadirkan di gedung Kota Salju itu. Tulisan selamat datang (welcome) disandingkan dengan "tungahugit" dan masuk (enter) dengan "isiqtuq" dari bahasa orang Inuit.

Di ruang pertama yang bersuhu minus 14 derajat Celcius, pengunjung disediakan replika iglo, rumah sementara orang Inuit (bagian dari bangsa Eskimo) saat musim dingin.

Hanya dua musim di Singapura, tetapi di Snow City hujan salju dapat dialami setiap hari, begitu pula untuk merasakan sensasi meluncur dengan ban di atas 150 ton salju buatan.

Pengunjung bukan hanya bisa bersuka ria, melainkan berkesempatan mengenali pakaian khas orang Inuit dan mendapat pengetahuan baru, misalnya temperatur terendah di Kutub Utara adalah minus 68 derajat Celsius, setara dengan empat kali suhu ruang pembeku di lemari es.

Snow City berada satu kompleks dengan Singapore Science Centre (SSC). Pengunjung SSC per tahun rata-rata 1,3 juta orang, sedangkan yang ke Snow City rata-rata 190 ribu orang.

Menurut Norazani, 60 persen turis asing ke Snow City adalah orang Indonesia. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE