BERAWAL dari keikhlasannya menjadi relawan pengajar, Lensi Fluzianti kini dikenal sebagai pahlawan buta aksara Suku Laut Selat Kongky Desa Penaah Kecamatan Senayang.
Sedikitnya 32 muridnya dari keluarga Suku Laut di tempat tersebut, kini mereka mulai mengenal baca tulis.
Niatnya memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak Suku Laut di wilayah pesisir itu, sudah ia jalani selama satu tahun terakhir. Tanpa penghasilan dan fasilitas mengajar yang memadai, tak menyurutkan tekad Lensi untuk membagi ilmunya pada mereka yang membutuhkan.
Wanita kelahiran Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu itu, mengakui upaya itu datang setelah dirinya merasa terpanggil, saat melihat para Suku Laut Selat Kongky Kabupaten Lingga yang jauh dari dunia pendidikan.
Bukan karena tidak punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, namun menurut Lensi, belum ada usaha dari pihak terkait memberikan pemahaman kepada suku pedalaman ini tentang pentingnya pendidikan. Terlebih kepada anak-anak mereka.
Saat ini, Lensi sudah mendapatkan perhatian yang cukup baik dari semua masyarakat Suku Laut Selat Kongky tersebut. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua Suku Laut tersebut sudah sangat antusias mengikuti program belajar dari Lensi.
Setiap hari Senin sampai dengan Jum'at, Lensi yang juga mengajar sebagai guru relawan di PAUD Desa Penaah, menyempatkan diri mengajari orang-orang suku laut yang pemukiannya berada di seberang laut Desa Penaah, sepulangnya mengajar.
Proses belajar mengajarnya cukup sederhana, hanya duduk bersama di pelantar pemukiman warga, yang telah dilengkapi dengan papan tulis bekas pemberian Kades Penaah. Para murid diberikan beberapa lembar HVS dan pensil sebagai alat tulisnya.
Memang sangat sederhana sekali. Namun, itu sudah cukup membantu Lensi untuk mentransfer pelajaran dasar kepada murid-muridnya. Selain itu, Lensi bersama tiga relawan lainnya berbagi peran sebagai pengajar pendidikan agama, berhitung serta pelajaran dasar lainnya.
Di tengah usahanya tersebut, Lensi juga mengaplikasikan idenya untuk membangun sebuah taman bacaan bagi anak-anak di desa hinterland Penaah. Saat ini, Lensi sibuk mengumpulkan buku-buku bekas dan majalah anak-anak. Meski baru beberapa saja yang terkumpul, Lensi terus berusaha mencari sumbangan buku dari teman-temannya.
Hanya beberapa hal yang ia harapkan saat ini yaitu, ada orang-orang yang berjiwa besar yang dapat membantunya menyediakan fasilitas belajar mengajar untuk suku laut tersebut.
Selain itu, dia juga berharap pemerintah memberinya dukungan baik moril maupun materil, agar sejumlah ide-ide lain yang ia simpan untuk mengentaskan buta aksara Suku Laut tersebut, dapat terakomodir. (Antara)
Editor: Rusdianto
Berita Terkait
Peneliti BRIN paparkan keajaiban zaman es terakhir di Sundaland
Senin, 25 Maret 2024 15:21 Wib
12 fakta mengenai gempa Bawean
Minggu, 24 Maret 2024 18:04 Wib
Masih terjadi 193 kali gempa susulan di Tuban
Minggu, 24 Maret 2024 5:02 Wib
Nelayan temukan tiga mayat di laut Aceh Jaya yang diduga warga Rohingya
Sabtu, 23 Maret 2024 16:01 Wib
Gempa susulan bermagnitudo 6,5 di timur laut Tuban dirasakan hingga Kota Malang
Jumat, 22 Maret 2024 16:52 Wib
Yaman nyatakan terus serang kapal di Laut Merah hingga perang Gaza dihentikan
Rabu, 20 Maret 2024 5:23 Wib
Gulkarmat evakuasi empat korban bangunan roboh di Jakarta Selatan
Sabtu, 16 Maret 2024 14:00 Wib
KKP umumkan lokasi hasil sedimentasi laut yang bisa dimanfaatkan, termasuk Natuna
Sabtu, 16 Maret 2024 6:05 Wib
Komentar