Mencegah Merebaknya Demam Berdarah di Karimun

id Mencegah Merebaknya DBD di Karimun,demam,berdarah,nyamuk,aedes

Mencegah Merebaknya Demam Berdarah di Karimun

Petugas Dinas Kesehatan Karimun melakukan fogging atau pengasapan di Kelurahan Teluk Air beberapa waktu lalu. Fogging dilakukan setelah ada kasus DBD di lingkungan tersebut. (antarakepri.com/Rusdianto)

Semua pegawai diwajibkan ikut Gerakan Sabtu Bersih, tidak lama-lama. Hanya dua jam untuk gotong royong membersihkan lingkungan
DEMAM berdarah dengue (DBD) bukan penyakit baru, termasuk di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, yang berbatasan dengan negara tetangga, sejak lama termasuk daerah endemis DBD.

Sejak awal Januari 2016, wabah DBD menyita perhatian petugas kesehatan di berbagai daerah. Bahkan, sejumlah daerah sudah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah bertambahnya warga terjangkit DBD, dan berusaha keras menghindari korban meninggal dunia.

Di Kabupaten Karimun, upaya mencegah penularan DBD mulai dilakukan lebih intensif sekitar pekan kedua Januari 2016, setelah jumlah yang positif terjangkit DBD bertambah banyak.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Karimun, jumlah penderita DBD, hingga pekan pertama Februari 2016 meningkat mencapai 140 kasus, tidak ada korban meninggal dunia.

Jika dirinci per kecamatan, kasus DBD Januari-Februari 2016 terbanyak di Kecamatan Tebing dengan 51 kasus, 12 kasus di Kelurahan Tebing dan 9 kasus di Kelurahan Teluk Uma, di Kecamatan Meral 18 kasus.

Selanjutnya di Kecamatan Moro 21 kasus dengan 13 kasus di Desa Nyiur Permai, di Kecamatan Kundur 20 kasus, dengan 11 kasus di Kelurahan Tanjungbatu.

Kemudian di Kecamatan Karimun sebanyak 15 kasus, Meral Barat 7 kasus, Kecamatan Buru dan Kundur Barat masing-masing 4 kasus.

Kasus DBD sejak Januari hingga awal Februari 2016 itu, jauh lebih tinggi dibandingkan periode Januari-Februari 2015 sebanyak 59 orang.

Sebagai daerah endemis DBD, kasus DBD di Karimun terjadi setiap tahun. Pada 2011 tercatat 112 kasus, 2012 76 kasus, 2013 sebanyak 84 kasus, 2014 sebanyak 390 kasus dengan delapan korban meninggal dunia, dan pada 2015 mencapai 368 orang, dengan tujuh korban meninggal dunia.

Rincian kasus selama 2015 itu, antara lain di Kecamatan Meral sebanyak 109 orang, Karimun 73 orang, Kundur 72 orang, Moro 45 orang, Tebing 34 orang, Meral Barat 17 orang, Durai 8 orang, Kundur Barat 5 orang, Buru 4 orang dan Kecamatan Kundur Utara 1 orang.

Pemkab Karimun dua tahun berturut-turut, 2014 dan 2015 telah menetapkan status KLB untk wabah DBD.

Hindari KLB    

Pemerintah Kabupaten Karimun sejak akhir Januari 2015 mulai memberikan perhatian penuh terhadap wabah DBD, sejak jumlah kasus mulai meningkat signifikan untuk menghindari status KLB untuk DBD.    

Bupati Karimun Aunur Rafiq langsung mengumpulkan semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk membicarakan langkah-langkah pencegahan menghindari status KLB DBD, salah satunya dengan mengiatkan kembali Gerakan Sabtu Bersih.

"Semua pegawai diwajibkan ikut Gerakan Sabtu Bersih, tidak lama-lama. Hanya dua jam untuk gotong royong membersihkan lingkungan," kata Aunur Rafiq dalam rapat bersama SKPD akhir pekan terakhir Januari 2016.

Aunur Rafiq mengatakan, Gerakan Sabtu Bersih tidak hanya untuk mewujudkan Karimun yang bersih, tetapi untuk mencegah berbagai penyakit, terutama wabah DBD.

"Pejabat dan pegawai harus jadi contoh bagi masyarakat. Dan, masyarakat juga kami imbau untuk bersama-sama membersihkan lingkungan," ucapnya.

Para camat diharapkan menyiapkan agenda gotong royong di wilayahnya, 'leading sector'-nya Badan Kebersihan dan Pertamanan dan Badan Lingkungan Hidup, kata Rafiq yang pada Sabtu (6/2) juga turun langsung dalam Gerakan Sabtu Bersih tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Karimun Sensissiana mengatakan, pihaknya tidak menginginkan status KLB untuk DBD kembali ditetapkan seperti dua tahun sebelumnya.    

"Jangan sampai KLB lagi. Kami berupaya untuk menghindari KLB DBD, namun harus disertai dengan peran aktif warga masyarakat," kata Sensissiana.

Status KLB ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu berdasarkan peraturan pemerintah. KLB adalah kejadian atau penyakit luar biasa dengan jumlah kasus yang sangat banyak, dan meningkat dua kali lipat dalam waktu tertentu.

Upaya yang paling efektif untuk menghindari status KLB untuk DBD, menurut dia, adalah dengan menggiatkan Gerakan 4M Plus oleh seluruh warga masyarakat.

Gerakan 4M Plus adalah gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menutup, menguras, mengubur dan memantau wadah yang dapat menampung air hujan, serta menabur serbuk abate.

Nyamuk aedes aegypti, vektor penularan DBD berkembang biak atau bertelur pada air jernih pada wadah-wadah yang dapat menampung air hujan.

"Mari bersihkan lingkungan. Saya juga ikut gotong royong memotivasi masyarakat," kata dia.

Penyebaran serbuk abate kepada warga untuk ditabur pada bak atau tempat air juga terus dilakukan lebih gencar. Warga bisa mendapatkan serbuk abate di puskesmas-puskesmas secara gratis.  

Sosialisasi, imbauan dan ajakan kepada warga masyarakat untuk melakukan gerakan 4M Plus melalui media seperti radio dan surat kabar.

Kegiatan menabur bubuk abate, menurut Sensissiana juga diharapkan dapat membasmi jentik sebelum tumbuh menjadi nyamuk dewasa.

Warga masyarakat ia minta ikut menjadi pelopor bersih-bersih lingkungan sehingga setiap keluarga tergugah untuk melakukan hal yang sama, membersihkan rumah dan lingkungannya.

"Upaya pemerintah mencegah penularan DBD akan sia-sia jika warga tidak peduli dengan lingkungan. Membiarkan wadah berisi air hujan sampah berhari-hari, jentik akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa kalau wadah-wadah air tidak dibersihkan dalam satu pekan," kata Sensissiana.

Pelopor PSN

Organisasi kemasyarakatan, pemuda dan kelompok masyarakat juga diharapkan menjadi pelopor Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), seperti yang dilakukan ormas Laskar Melayu Bersatu (LMB).

Salah satu ormas yang terpanggil melakukan kegiatan pencegahan DBD adalah Laskar Melayu Bersatu (DBD).  Sejumlah massa LMB bersama anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI bagi-bagi serbuk abate kepada 500 kepala keluarga di kawasan padat penduduk yang rawan wabah DBD, Kelurahan Sei Lakam Barat, Kecamatan Karimun pekan lalu.

"Kami merasa terpanggil sekaligus untuk membangkitkan kesadaran warga agar berperan mencegah KLB DBD," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah LMB Kabupaten Karimun Datuk Panglima Muda Azman Zainal.

Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Tanjung Balai Karimun Azmi mengatakan, pihaknya meningkatkan sosialisasi pencegahan DBD, serta mengintensifkan penyebaran serbuk abate.

"Peranan ormas seperti LMB sangat membantu kami, baik untuk menyebar abate dan terpenting adalah menjadi pelopor Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk," Azmi.

Mengenai penanganan pasien DBD, menurut Sensissiana yang juga menjabat Pelaksana Tugas RSUD Karimun, masih normatif sesuai prosedur medis, baik di puskesmas atau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

"Kan belum KLB, dan kami tidak ingin status KLB DBD," ucapnya.

Kepala Bidang Pelayanan RSUD Karimun Suharyanto mengatakan, sementara biaya penanganan pasien DBD belum digratiskan, namun mereka dapat menggunakan jaminan kesehatan seperti BPJS untuk membayar biaya perobatan.              

"Kebanyakan pasien DBD menggunakan BJPS Kesehatan. Jarang yang membayar secara pribadi," kata Suharyanto.

Warga masyarakat disarankan secepatnya ke dokter, puskesmas atau RSUD jika mengalami gejala terjangkit DBD, antara lain demam tinggi mendadak dengan suhu mencapai 40 derajat Celsius pada anak atau balita.

Kemudian, rasa sakit di belakang mata, pendarahan ringan dari hidung atau mimisan, nyeri sendi, otot dan tulang, kurang nafsu makan, mual dan muntah, dan kadang batuk dan pilek.

Untuk menghindari KLB DBD, Dinkes Karimun juga melakukan fogging atau pengasapan pada kawasan terjangkit DBD, serta meningkatkan kegiatan pemantauan jentik melalui juru pemantau jentik (jumantik) yang direkrut dari warga masyarakat, terutama RT atau RW. (Antara)

Editor: Andi Mujayatno

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE