Kementan Persiapkan Lingga Jadi Rujukan Pertanian Modern

id Kementan,Persiapkan,Lingga,Jadi,Rujukan,Pertanian,Modern

Kementan Persiapkan Lingga Jadi Rujukan Pertanian Modern

Caption: Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman, didampingi Bupati Lingga Alias Wello saat kunjungan kerjanya ke Lingga sekaligus mencanangkan program pencetakan 10.000 Hektar Sawah Organik di Kepri, Kamis (8/10). (Antarakepri/Ardhi)

Lingga sudah pasti berubah, pemerintah daerah harus betul-betul siap. Semua sektor akan saling terintegrasi. Produknya bukan hanya beras, tapi banyak turunan lainnya
PERHATIAN serius Kementrian Pertanian RI terhadap pembangunan sektor ketahanan pangan khusus organik di Kabupaten Lingga Kepulauan Riau, cukup beralasan. Karena Lingga saat ini dipersiapkan menjadi sebuah daerah rujukan pertanian modern.

Dr Ir Sam Herodian, Staf khusus Menteri Pertanian RI, dalam agenda kunjungan kerja sekaligus memantau progres pelaksanaan program cetak sawah di Bukit Langkap, Rabu (19/10) mengatakan, Lingga merupakan daerah yang dalam mimpi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman, sebagai daerah penyedia produk ekspor pangan khususnya beras organik untuk pasar Singapura.

"Kami tidak ingin Lingga jadi seperti Jawa. Disini kami harapkan memiliki sawah dengan konsep paling modern di Indonesia, yang nanti jadi rujukan pertanian masadepan di Indonesia," kata dia.

Saat ini Kementan telah membuat kerjasama dengan beberapa kementrian terkait, termasuk Kementrian Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, guna mendukung pencapaian konsep tersebut.

Lingga, umumnya Kepri sebagai provinsi yang berbatasan langsung dengan negara-negara Asia Tenggara, akan segera muncul sebagai daerah penyedia produk pangan ekspor Indonesia.

Pembangunan sektor pertanian di Lingga dalam konsep Kementrian Pertanian ini, juga sudah mendapat perhatian serius Presiden RI Joko Widodo.

"Presiden memprioritaskan sektor ketahanan pangan sebagai pekerjaan nomor satu pemerintah. Jadi akan tetap dibiayai pangan ini. Sehingga dana dari kementrian lain, sebagiannya didedikasikan untuk pertanian. Itu perintah Presiden," ungkap kakak kandung Kapolda Kepri tersebut.

Mentan, kata dia, sangat mengharapkan keseriusan seluruh elemen di daerah, membangun skenario pencapaian cita-cita pertanian tersebut dengan lebih jelas. Karena mimpi Mentan, tahun depan sudah bisa melihat Lingga dengan tampilan yang baru.

"Lingga sudah pasti berubah, pemerintah daerah harus betul-betul siap. Semua sektor akan saling terintegrasi. Produknya bukan hanya beras, tapi banyak turunan lainnya," tuturnya.


Persiapan

Ditengah perjalanan pembangunan pencetakan sawah seluas 1.400 Ha, Kementrian Pertanian RI sudah memasukkan program SID lahan baru seluas 2.000 Ha untuk Lingga dalam APBN Perubahan 2016.

Program SID tersebut kembali akan dilanjutkan lagi di tahun 2017 mendatang, dengan luas yang tanpa batasan.

Sedangkan untuk 1.400 Hektare lahan yang saat ini sedang berjalan dan diharapkan selesai dicetak pada akhir tahun 2016 mendatang, disampaikan Sam, akan mendapat suport 100 persen terkait kebutuhan bibit dan pupuk organiknya.

Kementrian, menginginkan, pencetakan sawah tersebut berukuran 25 Hektare per petakan. Setiap petakan memiliki akses jalan untuk pemasaran dan irigasi.

Petakan seluas itu, merupakan konsep sawah modern yang memudahkan peralatan dan mesin pertanian (Alsintan) masuk kedalam area petakan. Bahkan dengan luas 25 Hektare per petakan, mampu memperkecil biaya produksi petani.

"Dengan konsep ini, kita bisa jual beras Rp 3.400 perkilo, lupakan konsep Jawa, itu sudah kuno. Nanti dibuat dalam satu petakan itu bisa saja dengan 5 sertifikat lahan atau lebih. Intinya petakan sawah ini abadi, walaupun ada masyarakat yang jual lahannya, petakan itu tetaplah sawah," ungkapnya.

Dia juga meminta pemerintah daerah secepatnya mengurus status kepemilikan lahan-lahan masyarakat, agar tidak menjadi masalah yang akan timbul dibelakang hari.



Integrasi Program Cetak Sawah

Sawah sebagai dasar program ketahanan pangan, menurut Staf Khusus Menteri Pertanian RI tersebut, secara otomatis memberikan peluang kepada sektor usaha baru seperti peternakan, perikanan dan industri mikro kecil menengah tumbuh berkembang.

Karena memproduksi padi, tidak hanya akan menghasilkan beras saja, tapi juga produk turunan lain seperti gabah, jerami, dedak, dan sebagainya.

Program persawahan Lingga telah dikonsep untuk saling terintegerasi dengan sektor-sekor lainnya. Kedepan, pemerintah daerah juga akan menjalankan program integritasnya seperti perkebunan, perternakan, perikanan, industri pupuk, pakan ternak, biskuit, kreakers dan lainnya.

Kementrian Pertanian, menurut Sam, memiliki sejumlah program yang seharusnya dapat ditangkap pemerintah daerah guna menghidupkan sektor-sektor usaha lain.

Sepeti pertanian jagung, lanjutnya, saat ini kementrian telah mefokuskan peningkatan produktivitas jagung di Indonesia.

"Tahun ini, Indonesia mampu menekan angka kebutuhan impor jagung hingga 60 persen. Ini prestasi luar biasa, karena tahun-tahun sebelumnya selalu naik 5 persen," ungkap Sam.

Untuk itu, pemerintah cukup serius meningkatkan produktivitas jagung dengan memberikan bantuan kepada daerah-daerah di Indonesia memperluas area perkebunan jagungnya.

"Kalau Lingga mau berkebun jagung, kita siapkan berapapun luasnya," tuturnya.

Selain itu, target swasembada daging sapi pemerintah, juga bisa diserap oleh Lingga kedepannya. Dengan ketersediaan pakan ternak dari limbah produksi beras, sangat menunjang untuk Lingga menjalankan program swasembada daging tersebut.

"Kementrian tahun ini menyediakan banyak sekali bibit Insemenasi Buatan (IB) untuk sapi. Target mentan, semua sapi janda wajib hamil. Lingga bisa mendapatkan program itu," terangnya.

Hal ini disambut antusias pemerintah Kabupaten Lingga. Karena sebelumnya pemerintah telah merencanakan program pemanfaatan pulau-pulau kosong yang jumlahnya ratusan di kabupaten tersebut untuk dijadikan area peternakan skala industri.

Pemerintah daerah beranggapan, dengan memanfaatkan pulau-pulau kosong, pertumbuhan sapi lebih steril dan limbahnya mampu dikendalikan. Sehingga bermanfaat dan tidak akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungam sekitar.

Untuk perkebunan sendiri, Bupati Lingga melalui trobosannya telah memulai program perkebunan buah-buahan.

Alias Wello memanfaatkan lahan seluas 50 hektar lebih di Tanah Putih Singkep Barat untuk berinvestasi dibidang perkebunan buah.

"Saya sudah membawa 8.000 bibit buah-buahan jenis mangga, jambu kristal, jeruk dan sebagainya, untuk di tanam di Tanah Putih Singkep Barat. Ini sebagai trobosan untuk memunculkan minat masyarakat berinvestasi di perkebunan buah-buahan," kata Bupati tersebut.

Alias Wello, berharap Lingga tidak hanya dikenal sebagai daerah penghasil pangan, tapi juga sebagai produsen buah-buahan kedepannya. (Antara)

Editor: Evy R Syamsir

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE