Pengamat: Pilkada Tanjungpinang 2018 Bisa "Kotak Kosong"

id Pengamat,Pilkada,Tanjungpinang,2018,Kotak,Kosong,incumbent,petahana,lis,darmansyah,syahrul,wali,kota,pemilihan

Pengamat: Pilkada Tanjungpinang 2018 Bisa "Kotak Kosong"

Pengamat politik Kota Tanjungpinang Endri Sanopaka. (antarakepri.com/Aji)

Ada yang coba-coba menititip nama di beberapa poling media untuk melihat respons masyarakat, tapi tetap yang jadi pembicaraan ya pasangan incumbent, berkaitan apakah akan tetap berpasangan ataupun berpisah
Tanjungpinang (Antara Kepri) - Pengamat Politik Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Endri Sanopaka menganalisa sejauh ini peta politik menjelang Pilkada Kota Tanjungpinang 2018 bisa diwarnai "kotak kosong" melawan calon petahana atau incumbent.

"Bisa jadi Pilkada Kota Tanjungpinang nanti hanya ada satu pasangan calon, yang berarti pasangan tersebut akan melawan kotak kosong," kata Endri di Tanjungpinang, Jumat.

Sejauh ini, menurut Endri, belum ada figur yang berani terang-terangan menyatakan diri siap maju di Pilwako 2018. Pasangan incumbent masih peringkat pertama.

Namun dari peta politik Pilwako Tanjungpinang, akademisi ini sudah melihat beberapa figur yang sepertinya masih mencoba mencari respons publik, di antaranya mencoba memperkenalkan diri.

"Ada yang coba-coba menititip nama di beberapa poling media untuk melihat respons masyarakat, tapi tetap yang jadi pembicaraan ya pasangan incumbent, berkaitan apakah akan tetap berpasangan ataupun berpisah," katanya.

Dari pengamatannya mengenai situasi politik nantinya, bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang masih tetap pada Lis Darmansyah.

Sementara, Wakil Wali Kota Tanjungpinang Syahrul, menurut Endri, bisa saja maju pada Pilwako nanti. Pasalnya, keduanya pada Februari 2018 tidak lagi menjabat, sehingga keduanya menjadi bakal calon yang kuat untuk maju dan perlu kerja ekstra.

Lis Darmansyah dan Syahrul masih belum dapat dipastikan akan maju berpasangan di Pilwako Tanjungpinang 2018. Namun jika berpisah menurut Endri hal itu memberikan kesempatan untuk kandidat lainnya maju.

"Berarti kalau berpisah keduanya akan dalam posisi tidak punya kekuasaan, dan ini peluang bagi figur lain untuk ikut bertarung di Pilwako 2018, posisinya sama semua," katanya.

Endri menjelaskan Lis Darmansyah yang sudah memiliki kendaraan politik jauh lebih mudah bekerja dibandingkan dengan Syahrul dan bakal calon lainnya yang belum memiliki partai

"Apalagi diluar PDIP, yang lainnya harus berkoalisi untuk dapat mengantarkan pasangan calonnya ke Komisi Pemilihan Umum (KPU)," ungkapnya.

Beberapa nama kandidat sudah ada di beberapa poling media, hal itu menurut Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji Fisabillah ini merupakan rangkaian untuk melihat respons masyarakat.

"Tapi tetap yang jadi pembicaraan ya pasangan incumbent, berkaitan apakah akan tetap berpasangan atau pun berpisah," katanya.

Masalah terbesar bagi pansangan incumbent jika belum memiliki partai, kata Endri adalah melobi beberapa partai politik menjadi satu koalisi untuk mengantarkan pasangan calon.

"Belajar dari yang terjadi di Provinsi Kepri sekarang, saat menentukan wagub kan juga sulit," ujarnya.

Alumni S2 Universiti Utara Malaysia (UUM) ini juga mencemaskan Strategi politik menjelang Pilwako 2018 nanti ketika incumbent menggunakan strategi memborong partai politik, dan kemudian memunculkan calon boneka untuk menjegal figur lain. Hal itu melihat adanya aturan yang berlaku saat ini.

"Maka bisa saja akan terjadi borong partai politik dan kemudian figur lain kehabisan kendaraan dan gagal maju, maka akan terjadi pertarungan melawan kotak kosong, dan yang bisa dilakukan itu menurut saya ya incumbent yang kebetulan punya kendaraan," ungkapnya.

Endri mengumpamakan beberapa partai politik mencoba untuk berbalas pantun menjelang akhir masa jabatan calon incumbent nantinya, di antaranya harus memilih apakah berani untuk melepas kursi yang saat ini tengah diduduki.

Berbeda dengan posisi kader PDI Perjuangan Lis Darmansyah yang tengah menjabat. Saat ini menurut Endri, Lis didukung oleh kebijakan parpol yang menginstruksikan agar pasangan incumbent tetap didukung.

"Untuk melanjutkan, dan ini terbukti pada pilkada 2017 calon incumbent rata-rata didukung kembali meskipun akhirnya kalah seperti di Banten kan," ujarnya. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE