Irawan Sang Jenderal Pengagum Raja Haji Fisabililllah

id Irawan, Sang Jenderal Pengagum Raja Haji Fisabillah, Danlantamal IV Tanjungpinang

Irawan Sang Jenderal Pengagum Raja Haji Fisabililllah

Komandan Lantamal IV Laksamana Pertama Tanjungpinang S Irawan memberi keterangan pers terkait modus penyeludupan BBM ilegal baru-baru ini (Niko)

Doa saya terkabul. Indah bukan? Dermaga ini seperti pelabuhan internasional, banyak kapal
Di ruang seluas 40 meter persegi itu, seorang pria tegap berdiri di depan kaca jendela, memandangi Dermaga Yos Sudarso di Markas Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IV/Tanjungpinang.

Ia berharap, semoga selama menjabat sebagai orang nomor satu di Lantamal IV kondisi dermaga berubah, dipenuhi dengan kapal seperti dermaga internasional.

Irawan, demikian sapaan akrabnya, pada 1 Februari 2017, genap setahun menjabat sebagai Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang. Ia kembali berdiri di depan jendela kaca bening. Kondisi kini sudah berubah. Harapannya setahun lalu ternyata bukan hanya sekadar angan-angan.

Sebanyak 38 kapal bersandar di Dermaga Yos Sudarso. Kapal-kapal itu sebagai barang bukti hasil tangkapan aksi kejahatan yang dilakukan di perairan Kepulauan Riau maupun yang berbatasan dengan negara tetangga.

Ia pun tersenyum di hadapan wartawan yang menyaksikan adegan saat beberapa jam dilantik, dan setelah setahun menjabat sebagai Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang.

"Doa saya terkabul. Indah bukan? Dermaga ini seperti pelabuhan internasional, banyak kapal," katanya.

Pria lulusan Akademi AL Angkatan ke-33 itu, sejak ia masih berpangkat mayor, terkenal berani dan garang di kalangan anggota TNI AL, dan juga penjahat.

Sepak terjang Irawan dalam mengungkap dan menangkap pelaku kejahatan di perairan Kepri membuat namanya berkibar seiring dengan kinerja baik Tim Western Fleet Quick Response (WFQR), pasukan khusus yang dikendalikannya dalam memberantas kejahatan.

Penangkapan terhadap perompak, pengungkapan kasus kejahatan asuransi dan aksi Tim WFQR yang dalam memberantas penyelundupan barang dan orang tidak serta-merta mendapat dukungan dari semua pihak. Irawan pun mulai "digoyang" dengan berbagai cara. Banyak yang merasa gerah dengan aksi Irawan.

Ia merasakan, dan mengetahui siapa saja yang merasa terganggu dengan aksi yang dilakukan Tim WFQR. Namun, ia enggan membeberkannya secara jelas.

Ketidaksenangan kelompok tertentu kepada Irawan sebenarnya diketahui sejumlah pihak, termasuk beberapa wartawan. Mereka bukan hanya dari kalangan pengusaha, melainkan juga oknum aparat pemerintahan.

Namun Irawan hanya tersenyum tipis saat mengetahuinya.

Irawan mengakui, tidak sedikit pula yang berupaya melobi, minta agar kapal tangkapan Tim WFQR dilepaskan. Ada pula yang memintanya untuk tidak "sapu bersih" kegiatan ilegal di perairan. Namun, Irawan tetaplah Irawan yang dulu, tidak pernah goyah, bahkan semakin berani menghajar satu per satu penjahat di perairan Kepri.

Ia menegaskan di dadanya melekat Merah Putih. Ia tidak ingin seperti lilin, yang memberi penerangan kepada orang lain, tetapi tubuhnya hancur.

Beberapa pelaku kejahatan menggunakan cara lain, lebih kasar. Tim WFQR dituduh melepas segel Bea dan Cukai pada kapal yang berhasil ditangkap. Ia pun dilaporkan ke pusat, dan informasi itu beredar luas.

Irawan pun tidak gentar menghadapinya, karena apa yang dituduhkan itu tidak benar.

"Saya bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara, jadi tidak ada beban. Saya harus terus bekerja sesuai perintah Panglima Koarmabar dan ketentuan yang berlaku," tegasnya.
 
Raja Haji Fisabilillah
Laksamana Pertama S Irawan tergolong prajurit yang keras dan berani, tetapi menyukai syair Melayu yang lembut.

Karya seni yang disukainya sejak menjabat sebagai Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang selalu berhubungan dengan Raja Haji Fisabillah, salah seorang Pahlawan Nasional asal Kepri.

Baginya, Raja Haji Fisabillah adalah pemimpin yang handal dan berani. Raja Haji Fisabillah cerdik dalam mengatur strategi perang melawan tentara Belanda.   
   
Foto Raja Haji Fisabillah pun dipajang dengan rapi di salah satu pintu masuk ruang utama Markas Lantamal IV. Senjata yang mirip digunakan Raja Haji Fisabillah juga dipajang di kotak kaca di dekat pintu masuk ruang utama.

"Dia (Raja Haji Fisabillah) adalah pemimpin yang berani, kuat, tangguh, dan cerdas. Dia hebat," ucap Irawan sambil mendengar lagu kebangsaan Indonesia dengan volume kecil.

Di bangunan kokoh Markas Lantamal IV/Tanjungpinang yang berhadapan dengan laut juga tertera tulisan besar Raja Haji Fisabilillah. Nama pahlawan ini pun semakin populer di kalangan anggota TNI AL.

"Sejarah membuktikan Kerajaan Melayu itu kuat, salah satu tokohnya, Raja Haji Fisabillah," ujarnya.     
Tetapi, jenderal sang pengagum Raja Haji Fisabillah itu mulai 21 April 2017 tidak lagi menjabat sebagai Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang. Ia mendapat posisi baru sebagai Kepala Dinas Pengamanan Angkatan Laut.
        
Irawan berharap apa yang sudah dilakukannya untuk kepentingan masyarakat Kepri dan negara, dilanjutkan oleh pemimpin Lantamal IV yang baru.   

Apresiasi
Berbagai apresiasi diberikan kepada Tim WFQR Lantamal IV/ Tanjungpinang yang dikomandoi Irawan. Apresiasi dan ucapan terima kasih bukan hanya dari pejabat pemerintahan, melainkan juga Pemerintah Singapura dan Malaysia karena berhasil mengamankan Selat Malaka yang terkenal berbahaya.

Bahkan pengamat hubungan internasional, Sayed Fauzan berpendapat personel Lantamal IV Tanjungpinang berhasil menyelamatkan "muka" Indonesia di perairan Selat Malaka, yang selama ini dikenal dunia sebagai wilayah yang rawan kejahatan.

"Komitmen Tim WFQR dalam memberantas kejahatan di Selat Malaka sebagai bukti mesin pertahanan keamanan Indonesia kuat, meski AL dalam keterbatasan alutsista dan anggaran," katanya.

Sayed yang juga Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji berpendapat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

Karena itu, "pembersihan" pelaku kejahatan di Selat Malaka tidak hanya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, melainkan sebagai bukti komitmen sebagai bagian dari komunitas dunia.

"Tim WFQR Lantamal IV berhasil memberi efek getar baik kepada pelaku kejahatan di Selat Malaka maupun di Provinsi Kepulauan Riau. Efek getar itu membuat pelaku kejahatan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan, karena merasa tim itu ada di mana-mana," katanya.

Sayed mengatakan kesuksesan Lantamal IV/Tanjungpinang dalam melaksanakan tugas pokok seharusnya mendapat dukungan seluruh pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah.

Kinerja positif yang dilakukan Tim WFQR memberantas kejahatan transnasional di Selat Malaka dan wilayah lainnya dalam satu tahun terakhir itu sudah seharusnya menjadi contoh bagi institusi lainnya yang berhubungan dengan kejahatan di wilayah perairan.

"Puluhan pelaku kejahatan ditangkap dalam berbagai kasus selama setahun itu bukan kerja biasa, melainkan butuh energi besar dan integritas yang tinggi. Ini hadiah besar bagi negara, yang harus ditingkatkan terus-menerus," ujarnya.

Internasional Fusion Centre Singapura mencatat tahun 2015 ada 300 lebih kasus  kejahatan di Selat Malaka. Rata-rata kejahatan di Selat Malaka berhubungan dengan aksi perompakan.

Internasional Fusion Centre Singapura pun memberi apresiasi kepada Tim WFQR Lantamal IV karena berhasil membersihkan kejahatan di Selat Malaka.

Baru-baru ini pun Malaysian Maritime Enforcement Agency memberi apresiasi kepada Tim WFQR Lantamal IV/Tanjungpinang.(Antara)

Editor:A.J.S Bie

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE