OJK: Pertumbuhan Pasar Modal Kepri Positif

id otoritas,jasa,keuangan,pertumbuhan,ekonomi,kepri,positif

OJK: Pertumbuhan Pasar Modal Kepri Positif

Logo OJK (Foto: antaranews)

Ini ditunjukan dari peningkatan jumlah investor yang membuka rekening efek melalui perusahaan efek/SubRekening Efek (SRE), dalam lima tahun terakhir hingga pada Juni 2017 terdapat 5.766 SRE meningkat 14,38 persen dibanding Desember 2016
Batam (Antara Kepri) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan pasar modal di Provinsi Kepulauan Riau mengalami perkembangan baik yang dilihat dari peningkatan jumlah investor yang membuka rekening efek.
         
"Ini ditunjukan dari peningkatan jumlah investor yang membuka rekening efek melalui perusahaan efek/SubRekening Efek (SRE), dalam lima tahun terakhir hingga pada Juni 2017 terdapat 5.766 SRE meningkat 14,38 persen dibanding Desember 2016," kata Kepala Kantor OJK Kepri, Uzersyah dalam siaran pers di Batam, Kepri, Rabu.
         
Nilai transaksi pada 2016 menunjukan pencapaian signifikan sebesar Rp3,45 triliun dan nilai transaksi 2017 sampai dengan Juni sudah mencapai Rp1,66 triliun.
         
Ia menyatakan masyarakat memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh sembilan kantor cabang perusahaan efek di Kepri untuk berinvestasi saham di pasar modal.
         
Sementara itu, perlambatan ekonomi Kepri turut dirasakan oleh sektor perbankan.
         
Meski begitu, OJK menilai perbankan mengalami perkembangan yang cukup baik hingga April 2017 dengan pertumbuhan aset di angka 6,46 persen (yoy) dan pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 7,11 persen (yoy).
         
Saat ini Kantor OJK Kepri mengawasi 43 BPR dan 39 bank dengan posisi keuangan pada April 2017 masing2 aset Rp56,34 triliun, DPK Rp47,92 triliun dan kredit Rp37,34 triliun.
         
Selain mengawasi perbankan, kantor OJK Kepri juga melaksanakan pengawasan terhadap kantor cabang atau pemasaran industri keuangan nonbank (IKNB).
         
Saat ini terdapat 91 entitas dengan 158 kantor yang telah memperoleh izin operasional dari OJK.
         
Menurut Uzer, masyarakat lebih banyak menggunakan produk IKNB untuk konsumsi, ditunjukkan oleh data piutang pembiayaan 75,48 persen atau setara Rp1,74 miliar digunakan untuk pembiayaan multi guna perkembangan, dengan rasio Non Performing Financing Nasional pada April 2017 berada pada posisi 3,24 persen.(Antara)

Editor: Dedi

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE