Tanjungpinang (ANTARA) -
Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau menyatakan pengusaha pariwisata di kawasan khusus yang ditetapkan sebagai "travel bubble" atau gelembung perjalanan tetap optimistis sektor pariwisata bangkit di tengah ancaman COVID-19.
Kepala Dispar Kepri Buralimar di Tanjungpinang, Selasa mengatakan, pelaku usaha pariwisata di Lagoi, Kabupaten Bintan dan Nongsa, Kota Batam tetap semangat menyosialisasikan program "travel bubble" kepada agen travel dan asosiasi pariwisata di Singapura karena merasa optimistis program itu mampu membangkitkan sektor pariwisata yang sempat terpuruk selama pandemi.
Keyakinan pelaku usaha pariwisata di Lagoi dan Nongsa tersebut disertai dengan kesiapan kawasan khusus yang akan digunakan sebagai tempat wisata yang aman dan nyaman bagi turis Singapura.
"Kami mohon semua pihak mendukung program ini untuk membangkitkan perekonomian Kepri," ujarnya.
Buralimar berpendapat isu omicron di tengah masyarakat terlalu berlebihan, bahkan terkesan kurang berimbang. Informasi yang diproduksi terkait omicron menjadi seperti momok yang menakutkan, padahal yang lebih penting itu penerapan protokol kesehatan dan menjaga imunitas tubuh.
Informasi terkait pasien yang sembuh dari virus itu juga kurang terpublikasi sehingga menimbulkan kesan yang menakutkan. Kondisi ini pula mempengaruhi pelaku usaha pariwisata, yang baru saja mendapat angin segar dari Presiden RI dan Perdana Menteri Singapura terkait kebijakan "travel bubble" yang mulai diluncurkan 24 Januari 2022.
Ketakutan massal potensial mempengaruhi sektor pariwisata, yang juga berharap wisatawan domestik berkunjung ke kawasan pariwisata. Padahal Kepri memiliki pengalaman pahit sejak gelombang pertama dan kedua COVID-19 pada Maret 2020-Agustus 2021.
Dari pengalaman itu, kata dia seharusnya seluruh pihak bergandeng tangan untuk tetap mendukung sektor pariwisata agar berjalan normal dengan tetap memprioritaskan penerapan prosedur kesehatan yang tepat di kawasan pariwisata sebagai upaya mencegah penularan COVID-19.
"Sektor ekonomi harus berjalan. Kita punya pengalaman selama dua tahun pandemi, ekonomi terpuruk, salah satunya disebabkan sektor pariwisata mati suri," ucapnya.
Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau menyatakan pengusaha pariwisata di kawasan khusus yang ditetapkan sebagai "travel bubble" atau gelembung perjalanan tetap optimistis sektor pariwisata bangkit di tengah ancaman COVID-19.
Kepala Dispar Kepri Buralimar di Tanjungpinang, Selasa mengatakan, pelaku usaha pariwisata di Lagoi, Kabupaten Bintan dan Nongsa, Kota Batam tetap semangat menyosialisasikan program "travel bubble" kepada agen travel dan asosiasi pariwisata di Singapura karena merasa optimistis program itu mampu membangkitkan sektor pariwisata yang sempat terpuruk selama pandemi.
Keyakinan pelaku usaha pariwisata di Lagoi dan Nongsa tersebut disertai dengan kesiapan kawasan khusus yang akan digunakan sebagai tempat wisata yang aman dan nyaman bagi turis Singapura.
"Kami mohon semua pihak mendukung program ini untuk membangkitkan perekonomian Kepri," ujarnya.
Buralimar berpendapat isu omicron di tengah masyarakat terlalu berlebihan, bahkan terkesan kurang berimbang. Informasi yang diproduksi terkait omicron menjadi seperti momok yang menakutkan, padahal yang lebih penting itu penerapan protokol kesehatan dan menjaga imunitas tubuh.
Informasi terkait pasien yang sembuh dari virus itu juga kurang terpublikasi sehingga menimbulkan kesan yang menakutkan. Kondisi ini pula mempengaruhi pelaku usaha pariwisata, yang baru saja mendapat angin segar dari Presiden RI dan Perdana Menteri Singapura terkait kebijakan "travel bubble" yang mulai diluncurkan 24 Januari 2022.
Ketakutan massal potensial mempengaruhi sektor pariwisata, yang juga berharap wisatawan domestik berkunjung ke kawasan pariwisata. Padahal Kepri memiliki pengalaman pahit sejak gelombang pertama dan kedua COVID-19 pada Maret 2020-Agustus 2021.
Dari pengalaman itu, kata dia seharusnya seluruh pihak bergandeng tangan untuk tetap mendukung sektor pariwisata agar berjalan normal dengan tetap memprioritaskan penerapan prosedur kesehatan yang tepat di kawasan pariwisata sebagai upaya mencegah penularan COVID-19.
"Sektor ekonomi harus berjalan. Kita punya pengalaman selama dua tahun pandemi, ekonomi terpuruk, salah satunya disebabkan sektor pariwisata mati suri," ucapnya.