Natuna (ANTARA) - Wakil Bupati Natuna Kepulauan Riau Rodhial Huda mendorong agar sistem pendidikan yang ada saat ini ditelaah kembali, terutama yang terkait dengan UU Perlindungan Anak.
"Sistem pendidikan saat ini terkesan terlalu memaksakan kehendak kita orang dewasa, bukan kebutuhan anak itu sendiri, perilaku amburadul, anak sekarang memang pintar namun menata akhlak menjadi lebih baik, itu lebih penting, miris kita melihat perilaku amburadul", kata Wakil Bupati Natuna, Rodhial Huda saat menghadiri acara pelepasan murid kelas 6 di SD Negeri 007 Ranai Darat, Bunguran Timur, Natuna, Sabtu (21/5).
Menurutnya, penerapan pidana bagi para pelaku kekerasan terhadap anak secara khusus diatur dalam UU Perlindungan Anak tidak ada kaitannya dengan sistem pendidikan, namun secara tidak langsung mempengaruhi sistem pendidikan itu sendiri.
"Selama ini banyak pihak dinilai salah menafsirkan undang-undang kekerasan, dan pada akhirnya mengekang guru dan orang tua dalam mendidik anak, saya pikir perlu duduk bersama antara semua pihak terkait hal ini," kata dia menyarankan.
Ia membandingkan penerapan undang-undang kekerasan terhadap anak di Amerika sangat jauh berbeda dengan apa yang dipahami oleh masyarakat di Indonesia.
"Mungkin anti kekerasan kita salah persepsi, di Amerika bukan anti kekerasan tetapi anti penganiayaan, menganiaya, semua ada kriteria, karena itu perlu adanya diskusi bersama dan kita rumus ulang, jika kita merasa memiliki tanggung jawab atas generasi mendatang," ujarnya.
Ia juga menceritakan sistem pendidikan yang diterapkan saat Ia masih bersekolah perlu dicontoh karena adanya hubungan antara pendidikan di sekolah dan kondisi lingkungan saling mendukung.
"Pendidikan yang baik ada kerja sama antara orang tua dan murid, lingkungan sekitar juga sekarang terkesan tidak peduli dengan anak orang lain, kita hanya peduli dengan anak sendiri, ingin menyelamatkan anak kita saja, kurang peduli dengan anak orang lain," ungkapnya.
Menurutnya, harus ada saling peduli sesama agar secara sistematis lingkungan secara tidak langsung mengawasi perilaku anak dimana pun mereka berada.
"Agar tidak ada kegiatan menyimpang, semua mengawasi, saling mengawasi, mempersempit kegiatan menyimpang oleh anak, jika semua orang tua peduli maka ruang gerak anak untuk nakal lebih sempit," kata Wakil Bupati.
Pada kesempatan tersebut, Ia juga mengajak peran komite sekolah melalui kesepakatan semua pihak terkait, termasuk kepolisian untuk menyamakan persepsi agar sistem pendidikan berjalan baik di Natuna.
"Sistem pendidikan dahulu yang kita anggap kuno, mari kita telaah ulang, pada hal tingkat SD hanya dituntut baca, nulis dan berhitung, jika memperkaya ilmu itu gampang, ilmu dasar itu yang paling penting, jangan kita bebankan anak kita dengan ilmu yang belum mereka butuhkan," kata Rodhial Huda.
Wakil Bupati Natuna juga menyinggung terkait arah pembangunan di bidang pendidikan sudah selayaknya bukan berorientasi pada pembangunan infrastruktur saja, namun mengedepankan pembangunan manusia.
"Selalu mendengar dan melihat hanya sekedar slogan membangun SDM, tetapi realisasinya tetap mengedepankan fisik, infrastruktur saja, bangun gedung yang lebih utama, membangun gedung itu gampang, di luar negeri belajar malah bukan di gedung, sekolah kita malah mengutamakan gedung, minta gedung yang megah, tapi saat ini yang kita lihat bukan itu yang kita butuhkan," ujarnya.
Selama ini, menurut Rodhial, semua program usulan pembangunan berupa bangunan. Sehingga program apapun yang masuk ke daerah baik tingkat desa hingga usulan kabupaten selalu berupa fisik bangunan.
"Hanya memikirkan proyek, sehingga di masjid pun kita selalu berpikir fisik, uang tong masjid selalu arahnya ke bangun fisik, coba dialokasikan untuk peningkatan SDM ulamanya," kata dia.
"Ke depan anak kita ini siapkan generasi yang kuat, jika generasi yang kita tinggal lemah maka itu tanggung jawab bersama," tambah Rodhial.
Ia mengakui apa yang disampaikan mungkin menyinggung, namun itu realitas yang terjadi harus cepat disadari oleh semua pihak.
"Terkadang apa yang sampaikan tidak sedap, namun inilah realitas kita saat ini, mari kita tertawakan diri kita sendiri, karena banyak hal yang lucu - lucu yang kita lakukan, mari saatnya kita merenungkan apa yang kita lakukan, agar ke depan lebih baik", tegasnya.
"Cara berpikir kita yang salah, kita daerah tropis tapi malah memilih bangunan ala kebarat baratan, ber-AC, mati listrik panik, padahal orang terdahulu sudah mengajarkan kita hidup sehat, secara alami," kata dia.
Begitu juga, lanjut Rodhial, memilih jurusan pendidikan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.
"Nanti posisi diisi orang dari luar, kita sakit hati," katanya.
"Sistem pendidikan saat ini terkesan terlalu memaksakan kehendak kita orang dewasa, bukan kebutuhan anak itu sendiri, perilaku amburadul, anak sekarang memang pintar namun menata akhlak menjadi lebih baik, itu lebih penting, miris kita melihat perilaku amburadul", kata Wakil Bupati Natuna, Rodhial Huda saat menghadiri acara pelepasan murid kelas 6 di SD Negeri 007 Ranai Darat, Bunguran Timur, Natuna, Sabtu (21/5).
Menurutnya, penerapan pidana bagi para pelaku kekerasan terhadap anak secara khusus diatur dalam UU Perlindungan Anak tidak ada kaitannya dengan sistem pendidikan, namun secara tidak langsung mempengaruhi sistem pendidikan itu sendiri.
"Selama ini banyak pihak dinilai salah menafsirkan undang-undang kekerasan, dan pada akhirnya mengekang guru dan orang tua dalam mendidik anak, saya pikir perlu duduk bersama antara semua pihak terkait hal ini," kata dia menyarankan.
Ia membandingkan penerapan undang-undang kekerasan terhadap anak di Amerika sangat jauh berbeda dengan apa yang dipahami oleh masyarakat di Indonesia.
"Mungkin anti kekerasan kita salah persepsi, di Amerika bukan anti kekerasan tetapi anti penganiayaan, menganiaya, semua ada kriteria, karena itu perlu adanya diskusi bersama dan kita rumus ulang, jika kita merasa memiliki tanggung jawab atas generasi mendatang," ujarnya.
Ia juga menceritakan sistem pendidikan yang diterapkan saat Ia masih bersekolah perlu dicontoh karena adanya hubungan antara pendidikan di sekolah dan kondisi lingkungan saling mendukung.
"Pendidikan yang baik ada kerja sama antara orang tua dan murid, lingkungan sekitar juga sekarang terkesan tidak peduli dengan anak orang lain, kita hanya peduli dengan anak sendiri, ingin menyelamatkan anak kita saja, kurang peduli dengan anak orang lain," ungkapnya.
Menurutnya, harus ada saling peduli sesama agar secara sistematis lingkungan secara tidak langsung mengawasi perilaku anak dimana pun mereka berada.
"Agar tidak ada kegiatan menyimpang, semua mengawasi, saling mengawasi, mempersempit kegiatan menyimpang oleh anak, jika semua orang tua peduli maka ruang gerak anak untuk nakal lebih sempit," kata Wakil Bupati.
Pada kesempatan tersebut, Ia juga mengajak peran komite sekolah melalui kesepakatan semua pihak terkait, termasuk kepolisian untuk menyamakan persepsi agar sistem pendidikan berjalan baik di Natuna.
"Sistem pendidikan dahulu yang kita anggap kuno, mari kita telaah ulang, pada hal tingkat SD hanya dituntut baca, nulis dan berhitung, jika memperkaya ilmu itu gampang, ilmu dasar itu yang paling penting, jangan kita bebankan anak kita dengan ilmu yang belum mereka butuhkan," kata Rodhial Huda.
Wakil Bupati Natuna juga menyinggung terkait arah pembangunan di bidang pendidikan sudah selayaknya bukan berorientasi pada pembangunan infrastruktur saja, namun mengedepankan pembangunan manusia.
"Selalu mendengar dan melihat hanya sekedar slogan membangun SDM, tetapi realisasinya tetap mengedepankan fisik, infrastruktur saja, bangun gedung yang lebih utama, membangun gedung itu gampang, di luar negeri belajar malah bukan di gedung, sekolah kita malah mengutamakan gedung, minta gedung yang megah, tapi saat ini yang kita lihat bukan itu yang kita butuhkan," ujarnya.
Selama ini, menurut Rodhial, semua program usulan pembangunan berupa bangunan. Sehingga program apapun yang masuk ke daerah baik tingkat desa hingga usulan kabupaten selalu berupa fisik bangunan.
"Hanya memikirkan proyek, sehingga di masjid pun kita selalu berpikir fisik, uang tong masjid selalu arahnya ke bangun fisik, coba dialokasikan untuk peningkatan SDM ulamanya," kata dia.
"Ke depan anak kita ini siapkan generasi yang kuat, jika generasi yang kita tinggal lemah maka itu tanggung jawab bersama," tambah Rodhial.
Ia mengakui apa yang disampaikan mungkin menyinggung, namun itu realitas yang terjadi harus cepat disadari oleh semua pihak.
"Terkadang apa yang sampaikan tidak sedap, namun inilah realitas kita saat ini, mari kita tertawakan diri kita sendiri, karena banyak hal yang lucu - lucu yang kita lakukan, mari saatnya kita merenungkan apa yang kita lakukan, agar ke depan lebih baik", tegasnya.
"Cara berpikir kita yang salah, kita daerah tropis tapi malah memilih bangunan ala kebarat baratan, ber-AC, mati listrik panik, padahal orang terdahulu sudah mengajarkan kita hidup sehat, secara alami," kata dia.
Begitu juga, lanjut Rodhial, memilih jurusan pendidikan terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah.
"Nanti posisi diisi orang dari luar, kita sakit hati," katanya.