Ponorogo, Jatim (ANTARA) - Kepolisian Resor Ponorogo, Jawa Timur, mengungkapkan jumlah santri yang menjadi korban dugaan penganiayaan di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, lebih dari satu orang, tidak hanya AM (17). Kapolres Ponorogo Ajun Komisaris Besar Polisi Catur Cahyono menegaskan pihaknya masih terus melakukan penyelidikan dan telah memeriksa tujuh orang saksi.
"Total ada tiga santri termasuk korban AM, namun yang dua santri luka-luka," kata Kapolres kepada wartawan di Ponorogo, Selasa.
Pihaknya telah memeriksa dua santri, dua dokter, serta tiga ustadz Ponpes Gontor 1 dalam kasus itu.
Kasus dugaan kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan seorang santri meninggal dunia itu ditindaklanjuti Polres Ponorogo setelah menerima pengaduan dari Ponpes Modern Darussalam Gontor yang diwakili seorang ustadz.
Dari pemeriksaan awal diperoleh bukti petunjuk bahwa pemicu terjadinya tindakan kekerasan fisik yang dialami korban AM dan dua orang santri lainnya karena kesalahpahaman dengan santri senior.
Kasus penganiayaan santri asal Palembang, Sumatera Selatan, yang terjadi di Ponpes Modern Darussalam Gontor itu terungkap pertama kali dari unggahan pengacara Hotman Paris di kanal medsos Instagramnya, "HOTMAN 911", saat menerima pengaduan dari ibunda korban yang menemuinya.
Dalam video singkat tersebut, Hotman Paris langsung meminta Kapolda Jatim untuk melakukan penyelidikan atas pelaporan seorang ibu yang datang bersama keluarga mengadu soal kematian tidak wajar anaknya.
Jenazah AM dipulangkan dan dimakamkan pada tanggal 22 Agustus 2022. Namun, ibunda korban, Siti Soimah, menduga kematian putranya tidak wajar.
Sementara itu. pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Gontor Ponorogo mengakui adanya dugaan penganiayaan terhadap santri AM (17) oleh sesama santri yang mengakibatkan remaja asal Palembang itu meninggal dunia.
"Berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, memang ditemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal," kata juru bicara Ponpes Darussalam Gontor Ustadz Noor Syahid.
Keterangan resmi itu disampaikan Noor Syahid secara daring melalui rekaman video yang disebar ke awak media maupun kanal resmi PP Darussalam Gontor, menanggapi berita viral tentang kematian tak wajar santri AM.
"Kami dari pihak keluarga besar Pondok Modern Darusalam Gontor, dengan ini memohon maaf sekaligus belangsungkawa atas meninggalnya ananda AM," ujar Noor Syahid di awal pidato pernyataan resmi PP Modern Darussalam Gontor.
Pihak Ponpes Gontor sejauh ini telah mengambil tindakan tegas terhadap para terduga pelaku, dengan mengeluarkan santri yang terlibat penganiayaan.
"Pada hari yang sama almarhum wafat, kami juga langsung mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi tegas kepada santri yang diduga terlibat. Yaitu dengan mengeluarkan yang bersangkutan secara permanen dari Pondok Modern Darussalam Gontor, dan memulangkannya ke orangtua masing-masing," ujar Noor.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jumlah santri korban penganiayaan di Ponpes Gontor lebih satu orang
"Total ada tiga santri termasuk korban AM, namun yang dua santri luka-luka," kata Kapolres kepada wartawan di Ponorogo, Selasa.
Pihaknya telah memeriksa dua santri, dua dokter, serta tiga ustadz Ponpes Gontor 1 dalam kasus itu.
Kasus dugaan kekerasan atau penganiayaan yang mengakibatkan seorang santri meninggal dunia itu ditindaklanjuti Polres Ponorogo setelah menerima pengaduan dari Ponpes Modern Darussalam Gontor yang diwakili seorang ustadz.
Dari pemeriksaan awal diperoleh bukti petunjuk bahwa pemicu terjadinya tindakan kekerasan fisik yang dialami korban AM dan dua orang santri lainnya karena kesalahpahaman dengan santri senior.
Kasus penganiayaan santri asal Palembang, Sumatera Selatan, yang terjadi di Ponpes Modern Darussalam Gontor itu terungkap pertama kali dari unggahan pengacara Hotman Paris di kanal medsos Instagramnya, "HOTMAN 911", saat menerima pengaduan dari ibunda korban yang menemuinya.
Dalam video singkat tersebut, Hotman Paris langsung meminta Kapolda Jatim untuk melakukan penyelidikan atas pelaporan seorang ibu yang datang bersama keluarga mengadu soal kematian tidak wajar anaknya.
Jenazah AM dipulangkan dan dimakamkan pada tanggal 22 Agustus 2022. Namun, ibunda korban, Siti Soimah, menduga kematian putranya tidak wajar.
Sementara itu. pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Gontor Ponorogo mengakui adanya dugaan penganiayaan terhadap santri AM (17) oleh sesama santri yang mengakibatkan remaja asal Palembang itu meninggal dunia.
"Berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, memang ditemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan korban meninggal," kata juru bicara Ponpes Darussalam Gontor Ustadz Noor Syahid.
Keterangan resmi itu disampaikan Noor Syahid secara daring melalui rekaman video yang disebar ke awak media maupun kanal resmi PP Darussalam Gontor, menanggapi berita viral tentang kematian tak wajar santri AM.
"Kami dari pihak keluarga besar Pondok Modern Darusalam Gontor, dengan ini memohon maaf sekaligus belangsungkawa atas meninggalnya ananda AM," ujar Noor Syahid di awal pidato pernyataan resmi PP Modern Darussalam Gontor.
Pihak Ponpes Gontor sejauh ini telah mengambil tindakan tegas terhadap para terduga pelaku, dengan mengeluarkan santri yang terlibat penganiayaan.
"Pada hari yang sama almarhum wafat, kami juga langsung mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi tegas kepada santri yang diduga terlibat. Yaitu dengan mengeluarkan yang bersangkutan secara permanen dari Pondok Modern Darussalam Gontor, dan memulangkannya ke orangtua masing-masing," ujar Noor.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jumlah santri korban penganiayaan di Ponpes Gontor lebih satu orang