Teheran (ANTARA) - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, mengatakan serangan brutal yang dilakukan pasukan Zionis di Kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah baru-baru ini merupakan satu genosida paling mengerikan yang dialami manusia di era modern.
Menurut Kantor Berita Iran IRNA, Hamas pada Senin malam mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyoroti kekejaman Israel yang masih berlangsung di Gaza, khususnya di Kota Deir al-Balah.
Mengusir warga Palestina di bawah gempuran besar-besaran dan memaksa mereka untuk pergi ke sebuah daerah kecil tanpa layanan kemanusiaan dan menghentikan layanan Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs merupakan bentuk genosida baru yang dilakukan pendudukan Zionis seperti halnya Nazi Jerman, tulis pernyataan tersebut.
Hamas lagi-lagi mendesak komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga terkaitnya agar menghentikan genosida di Gaza dan mengharuskan rezim pendudukan menyudahi kejahatan terhadap warga sipil Palestina.
Komunitas internasional harus membantu mengirim bahan bakar dan peralatan medis yang diperlukan agar Al-Aqsa Martyrs Hospital bisa kembali beroperasi dan segera bertindak mengadili dan menghukum penjahat perang Israel, katanya.
Pernyataan itu menyusul perintah evakuasi rezim Zionis bagi warga yang tinggal di lingkungan bagian timur laut Kota Deir al-Balah dan perintah penutupan satu-satunya rumah sakit pemerintah di sana.
Kelompok bantuan internasional dan PBB juga telah membunyikan peringatan atas pemindahan secara paksa hampir 250.000 warga Palestina dan penutupan 25 pengungsian di Kota Deir al-Balah serta empat sumur air baru yang dibutuhkan 70 persen penduduk di sana.
Sumber: IRNA-OANA
Hanya 11 persen...
Juru Bicara Kantor Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Jens Laerke mengatakan hanya 11 persen wilayah Jalur Gaza yang terhindar dari perintah evakuasi.
Laerke yang menyampaikan pernyataan tersebut pada pengarahan PBB di Jenewa mencatat bahwa Israel sejak Jumat telah mengeluarkan tiga perintah evakuasi untuk lebih dari 19 lingkungan di Gaza utara dan di Deir al-Balah dengan lebih dari 8.000 orang tinggal dan berlindung di lokasi pengungsian.
Jumlah perintah evakuasi besar-besaran pada Agustus saja meningkat menjadi 16, kata Laerke, seraya menambahkan bahwa hal tersebut berdampak pada staf PBB dan kemanusiaan, organisasi non-pemerintah serta penyedia layanan beserta keluarga mereka.
“Relokasi ini dilakukan dalam waktu yang sangat singkat dan dalam kondisi yang berbahaya. Rekan-rekan petugas kemanusiaan kami di lapangan sangat khawatir dengan perintah yang dikeluarkan pada hari Minggu ini,” katanya.
Laerke juga mengatakan bahwa penyeberangan perbatasan Kerem Shalom secara teknis terbuka untuk dimasuki, namun terlalu berbahaya bagi organisasi bantuan untuk benar-benar pergi ke sana dan mengambil bantuan apa pun yang diturunkan di seberang perbatasan.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hamas: Genosida Israel di Gaza yang paling mengerikan di era modern
Menurut Kantor Berita Iran IRNA, Hamas pada Senin malam mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyoroti kekejaman Israel yang masih berlangsung di Gaza, khususnya di Kota Deir al-Balah.
Mengusir warga Palestina di bawah gempuran besar-besaran dan memaksa mereka untuk pergi ke sebuah daerah kecil tanpa layanan kemanusiaan dan menghentikan layanan Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs merupakan bentuk genosida baru yang dilakukan pendudukan Zionis seperti halnya Nazi Jerman, tulis pernyataan tersebut.
Hamas lagi-lagi mendesak komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga terkaitnya agar menghentikan genosida di Gaza dan mengharuskan rezim pendudukan menyudahi kejahatan terhadap warga sipil Palestina.
Komunitas internasional harus membantu mengirim bahan bakar dan peralatan medis yang diperlukan agar Al-Aqsa Martyrs Hospital bisa kembali beroperasi dan segera bertindak mengadili dan menghukum penjahat perang Israel, katanya.
Pernyataan itu menyusul perintah evakuasi rezim Zionis bagi warga yang tinggal di lingkungan bagian timur laut Kota Deir al-Balah dan perintah penutupan satu-satunya rumah sakit pemerintah di sana.
Kelompok bantuan internasional dan PBB juga telah membunyikan peringatan atas pemindahan secara paksa hampir 250.000 warga Palestina dan penutupan 25 pengungsian di Kota Deir al-Balah serta empat sumur air baru yang dibutuhkan 70 persen penduduk di sana.
Sumber: IRNA-OANA
Hanya 11 persen...
Juru Bicara Kantor Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Jens Laerke mengatakan hanya 11 persen wilayah Jalur Gaza yang terhindar dari perintah evakuasi.
Laerke yang menyampaikan pernyataan tersebut pada pengarahan PBB di Jenewa mencatat bahwa Israel sejak Jumat telah mengeluarkan tiga perintah evakuasi untuk lebih dari 19 lingkungan di Gaza utara dan di Deir al-Balah dengan lebih dari 8.000 orang tinggal dan berlindung di lokasi pengungsian.
Jumlah perintah evakuasi besar-besaran pada Agustus saja meningkat menjadi 16, kata Laerke, seraya menambahkan bahwa hal tersebut berdampak pada staf PBB dan kemanusiaan, organisasi non-pemerintah serta penyedia layanan beserta keluarga mereka.
“Relokasi ini dilakukan dalam waktu yang sangat singkat dan dalam kondisi yang berbahaya. Rekan-rekan petugas kemanusiaan kami di lapangan sangat khawatir dengan perintah yang dikeluarkan pada hari Minggu ini,” katanya.
Laerke juga mengatakan bahwa penyeberangan perbatasan Kerem Shalom secara teknis terbuka untuk dimasuki, namun terlalu berbahaya bagi organisasi bantuan untuk benar-benar pergi ke sana dan mengambil bantuan apa pun yang diturunkan di seberang perbatasan.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hamas: Genosida Israel di Gaza yang paling mengerikan di era modern