Tanjungpinang (ANTARA) - Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau mengembangkan posyandu kesehatan elektronik atau aplikasi e-PoK untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memantau kesehatan anak.

Ketua Pengabdian Masyarakat Poltekkes Tanjungpinang Melly Damayanti mengatakan aplikasi e-PoK dapat meningkatkan partisipasi ibu dalam melakukan pemantauan dan stimulasi pertumbuhan serta perkembangan anak.

"Aplikasi e-Pok telah dirancang dengan menerapkan sistem lima langkah posyandu," kata Melly saat melakukan sosialisasi optimalisasi pemanfaatan aplikasi e-PoK kepada ibu dan anak di Kelurahan Kampung Bugis, Tanjungpinang, Senin.

Ia menyebut dalam aplikasi itu disediakan berbagai fitur yang dapat memberikan informasi tentang kesehatan. Selain itu, juga tersedia fitur chat room, fitur reminder jadwal imunisasi, vitamin A dan obat cacing.

Dia berharap aplikasi e-PoK bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus membantu dalam memecahkan masalah masyarakat, terutama di bidang kesehatan.

"Artinya, kemajuan teknologi dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan kesehatan," ujarnya.

Melly melanjutkan alasan menggelar sosialisasi e-PoK di Kampung Bugis, karena di kawasan itu masih banyak masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai.

Selain itu, kelurahan ini juga masih tergolong cukup jauh dari pusat kota, sehingga puskesmas di sini menjadi salah satu dari dua puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang ada di Tanjungpinang.

Dalam kesempatan ini, Melly bersama tim juga mensosialisasikan kepada masyarakat Kampung Bugis bahwa masa balita merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, di antaranya pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental maupun sosial.

Oleh karena itu, kata dia, penting bagi orang tua untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak selama berada di masa balita.

"Proses tumbuh kembang yang baik pada masa balita memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup di masa dewasa," ujarnya.

Ia mengungkapkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tanjungpinang tahun 2021, pada Kelurahan Kampung Bugis terdapat balita dengan status gizi kurang sebesar 2,8 persen, balita stunting 1,8 persen, serta balita kurus 0,1 persen.

Hanya sekitar 68,2 persen balita yang melakukan penimbangan secara rutin di fasilitas kesehatan setempat, sehingga deteksi dini dan stimulasi menjadi tidak maksimal.

Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut antara lain tidak rutinnya pemantauan tumbuh kembang, pemenuhan nutrisi, stimulasi tumbuh kembang yang tidak maksimal, serta kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu balita tentang pertumbuhan dan perkembangan balita.

Orang tua terutama ibu memiliki peran yang lebih besar dalam pertumbuhan dan perkembangan balita, karena lebih sering berinteraksi dengan anak sejak lahir dan memiliki waktu yang lebih lama untuk berinteraksi dan memberikan stimulasi.

"Partisipasi dan peran ibu sangat menunjang kesehatan anak, sehingga ibu harus memiliki informasi dan ketrampilan dalam menunjang kesehatan anak, terutama dalam mendeteksi dini dan memberikan stimulasi tumbuh kembang pada usia balita," ujar Melly.



 

Pewarta : Ogen
Editor : Yuniati Jannatun Naim
Copyright © ANTARA 2024