Tanjungpinang (Antara Kepri) - Pemerhati lingkungan Muzakir Arsyad menyatakan pendalaman Sei Pulai, salah satu sumber air masyarakat Tanjungpinang, Kepulauan Riau, keliru sebab menutup mata air di pinggir-pingir sungai tersebut.
"Saat pendalaman Sei Pulai, ada yang salah dilakukan, karena semestinya tanah yang dikeruk dari tengah, bukan menutup lubang arteri mata air di pinggir-pinggir," tambahnya di Tanjungpinang, Jumat.
Muzakir mengatakan pemerintah mengeruk Sei Pulai karena sejak beberapa bulan ini tidak terjadi hujan. Pengerukan Sei Pulai juga dilakukan beberapa tahun lalu untuk mendapatkan mata air agar debit air bertambah.
Namun yang tidak disadari saat pengerukan tidak memperhatikan mata air yang sudah ada sejak lama. Pihak kontraktor terkesan mengerjakan proyek itu asal-asalan.
Bahkan, lanjutnya, PDAM Tirta Kepri dalam dua tahun terakhir tidak melakukan pendalaman Sei Pulai sesuai karakteristik lahan, dan perlindungan mata air.
"Pihak kontraktor seharusnya memperhatikan itu sehingga mata air tidak rusak. Perlu dilakukan kajian terkait masalah itu dan kondisi tanah di Pulau Bintan yang tinggi kadar bauksitnya," katanya yang juga pensiunan pegawai PT Antam.
Dia menjelaskan Waduk Sei Pulai dibangun tahun 1960-an oleh PT Antam. Sei Pulai dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Tanjungpinang, namun selama proses pengerjaannya pada saat itu tidak pernah menggali di bibir waduk karena terdapat mata air.
Sei Pulai termasuk waduk tadah hujan, tapi juga memiliki memiliki arteri mata air sendiri yang terbentuk sejak lama.
"Saya tahu persis proses pembuatan Waduk Sei Pulai oleh PT Antam. Pembuatan waduk juga tidak merusak ekosistem dan karakteristik kondisi Sei Pulai," ujarnya. (Antara)
Editor: Rusdianto
"Saat pendalaman Sei Pulai, ada yang salah dilakukan, karena semestinya tanah yang dikeruk dari tengah, bukan menutup lubang arteri mata air di pinggir-pinggir," tambahnya di Tanjungpinang, Jumat.
Muzakir mengatakan pemerintah mengeruk Sei Pulai karena sejak beberapa bulan ini tidak terjadi hujan. Pengerukan Sei Pulai juga dilakukan beberapa tahun lalu untuk mendapatkan mata air agar debit air bertambah.
Namun yang tidak disadari saat pengerukan tidak memperhatikan mata air yang sudah ada sejak lama. Pihak kontraktor terkesan mengerjakan proyek itu asal-asalan.
Bahkan, lanjutnya, PDAM Tirta Kepri dalam dua tahun terakhir tidak melakukan pendalaman Sei Pulai sesuai karakteristik lahan, dan perlindungan mata air.
"Pihak kontraktor seharusnya memperhatikan itu sehingga mata air tidak rusak. Perlu dilakukan kajian terkait masalah itu dan kondisi tanah di Pulau Bintan yang tinggi kadar bauksitnya," katanya yang juga pensiunan pegawai PT Antam.
Dia menjelaskan Waduk Sei Pulai dibangun tahun 1960-an oleh PT Antam. Sei Pulai dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Tanjungpinang, namun selama proses pengerjaannya pada saat itu tidak pernah menggali di bibir waduk karena terdapat mata air.
Sei Pulai termasuk waduk tadah hujan, tapi juga memiliki memiliki arteri mata air sendiri yang terbentuk sejak lama.
"Saya tahu persis proses pembuatan Waduk Sei Pulai oleh PT Antam. Pembuatan waduk juga tidak merusak ekosistem dan karakteristik kondisi Sei Pulai," ujarnya. (Antara)
Editor: Rusdianto