MUI Tanjungpinang sebut budaya Melayu jadi perisai halangi aliran sesat

id MUI Tanjungpinang, budaya melayu perisai halangi,aliran sesat

MUI Tanjungpinang sebut budaya Melayu jadi perisai halangi aliran sesat

Ketua MUI Tanjungpinang, Fauzi (Nikolas Panama)

Tanjungpinang (ANTARA) - Majelis Ulasan Indonesia (MUI) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, berpendapat Budaya Melayu mampu menjadi perisai untuk menghalangi ajaran aliran sesat dan perilaku yang tidak baik.

Ketua MUI Tanjungpinang Fauzi, di Tanjungpinang, Sabtu mengatakan pepatah Budaya Melayu, yakni  "Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah", mengandung makna adat yang ditopang syariat Islam harus berdasarkan Alquran dan Hadits.

Karena itu, menurut dia, penguatan nilai-nilai Budaya Melayu, yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, dibutuhkan. Ajaran yang terkandung dalam beragam budaya lokal, yang mengandung nilai-nilai kebaikan juga harus dilestarikan dan ditanamkan kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda.

Sebagai contoh, gubahan Gurindam 12, maha karya Raja Ali Haji, merupakan kearifan lokal yang semestinya diperkenalkan kepada para pelajar dan masyarakat luas agar tidak terpengaruh dengan ajaran sesat yang dikembangkan kelompok tertentu, dan juga sebagai benteng untuk menghindari diri dari perilaku yang tidak baik.

Menurut dia, Gurindam 12 bukan sekadar seni sastra, melainkan mengandung makna yang baik untuk kehidupan masyarakat dan pemerintahan.

"Dari pasal 1-12 Gurindam 12 itu memiliki nilai-nilai positif dan nasihat, yang sesuai ajaran islam," katanya.

Bunyi Pasal 1, "Barang siapa tiada memegang agama,
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
Maka ia itulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri. Barang siapa mengenal dunia,
Tahulah ia barang yang teperdaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
Tahulah ia dunia mudarat", mengandung makna mendalam agar umat islam bertaqwa.

"Bahkan diajar pula bagaimana kita mendengar, berucap dan bertingkah laku yang baik pada Pasal 3 Gurindam 12," ujarnya.

Selama ini, Gurindam 12 tidak terlalu dikenal para generasi muda. Gurindam 12 pernah diperkenalkan kepada para pelajar SD di Tanjungpinang, namun tidak berkelanjutan, padahal program itu cukup baik.

"Saya berharap Budaya Melayu sebagai kearifan lokal menjadi bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya sekadar pajangan," tuturnya.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE