Batam (ANTARA News) - Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kota Batam pada 2011 meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Batam, Nurmadiah di Batam, Rabu mengatakan, hingga pertengahan 2011 pihaknya menerima 80 aduan KDRT. Padahal, sepanjang 2010, Pemkot hanya menerima 40 aduan.
"Angka KDRT meningkat drastis tahun ini, aduan yang kami terima banyak sekali," kata Nurmadiah.
Menurut dia, tingginya KDRT di Batam dipicu suami yang memiliki simpanan perempuan lain yang menimbulkan percekcokan dalam rumah tangga.
Kebanyakan, kata dia bercerita, para suami datang ke Batam seorang diri untuk mencari pekerjaan. Setelah beberapa lama, istrinya datang untuk mengunjunginya, dan setiba di Batam mengetahui suami telah memiliki perempuan lain.
"Suami sudah memiliki perempuan lain, ini menimbulkan percekcokan karena suami merasa terganggu hingga terjadi KDRT," kata Nurmadiah.
Badan Pemberdayaan Perempuan, kata dia, menyarankan para istri yang merasa ditindas disarankan untuk pulang ke kampung halaman.
Sebelum dipulangkan ke daerah masing-masing, Badan Pemberdayaan Perempuan menampung para istri korban KDRT di penampungan.
Di penampungan, korban KDRT diberikan kekuatan mental dan pelatihan kerja sebagai modal kemampuan di kampung halaman.
"Pelatihan diberikan agar mereka bisa mandiri di kampungnya," kata Nurmadiah.
Istri Wakil Wali Kota Batam Marlin Agustina Rudi turun langsung memberikan pencerahan dan kekuatan kepada korban KDRT, kata dia.
Sementara itu, kasus perdagangan anak di Kota Batam bagai gunung es, terlihat sedikit di permukaan padahal banyak terjadi.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Kota Batam Setyasih Priherlina mengatakan sindikat penjualan anak amat rapi menutupi kejahatannya sehingga sulit dideteksi.
Terakhir, tiga orang anak asal Kabupaten Jayapura diduga dijual ke Australia melalui Batam. Tiga anak perempuan itu telah disekap selama enam bulan di Batam.
Setyasih mengatakan selain Jayapura dan Papua, juga banyak anak asal Karawang yang dijual ke luar negeri melalui Batam.
Anak-anak di bawah umur itu dijual untuk dijadikan pekerja atau diangkat anak, kata dia.
Modus lainnya, dengan membuat hamil pekerja seks komersial di Batam, untuk kemudian anaknya dijual ke Malaysia atau Singapura.
"Mucikarinya jahat, mereka dibuat nyaman dan tidak berdaya, sehingga begitu anaknya lahir langsung dibawa pergi," kata dia.
Para mucikari, kata dia, meminta anak pekerja seks dijual untuk menutupi biaya perawatan selama hamil. (ANT-YJN/N005/Btm2)
Berita Terkait
Kebakaran kembali landa sejumlah rumah di Jakarta
Jumat, 29 Maret 2024 5:05 Wib
Presiden Filipina bersumpah membalas China dalam sengketa Laut China Selatan
Kamis, 28 Maret 2024 18:15 Wib
Pelni Batam tambah kapasitas 2.000 penumpang saat angkutan mudik lebaran
Kamis, 28 Maret 2024 15:35 Wib
MTI Kepri minta Kemenhub sikapi kenaikan tarif kapal ferry Batam-Singapura
Kamis, 28 Maret 2024 15:26 Wib
Pemkot Batam berkomitmen untuk tingkatkan kualitas pengelolaan pemda lewat MCP
Kamis, 28 Maret 2024 15:00 Wib
Rudi: Industri digital jadi mesin penggerak ekonomi baru
Kamis, 28 Maret 2024 13:22 Wib
Perusahaan manufaktur Tiongkok rencana kembangkan usaha di Batam
Kamis, 28 Maret 2024 12:58 Wib
15 rumah di Natuna diterjang angin kencang
Kamis, 28 Maret 2024 7:05 Wib
Komentar