Forum Pemberdayaan Pesantren Terbitkan Buku Dakwah Harmonis

id Forum, Pemberdayaan, Pesantren, Terbitkan, Buku, Dakwah, Harmonis

Tanjungpinang (Antara Kepri) - Forum Pemberdayaan Pesantren Provinsi Kepulauan Riau menerbitkan buku perdana tentang dakwah dan pembangunan keharmonisan umat beragama.
        
"Buku ini lahir merepons berbagai kelompok fundamentalis yang bersikap intoleran, agresif, ekstrem, dan radikal terhadap agama lain maupun pemeluknya dengan berbagai alasa," kata  Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren Kepulauan Riau (Kepri) Rizaldy Siregar, di sela-sela bedah buku "Dakwah Santun, Wujudkan Masyarakat Tamadun", di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pembangunan Tanjungpinang, Senin.
       
Ia mengatakan, buku itu mengemukakan tentang harmonisasi kehidupan beragama yang perlu dilakukan oleh semua pihak.
       
Membangun sebuah harmonisasi kehidupan beragama, mutlak untuk dilakukan karena Indonesia adalah negara yang majemuk, terdiri dari berbagai suku dan agama.
       
Keberagaman seyogyanya merupakan sebuah rahmat dan jangan menjadi jurang pemisah, katanya.
       
Sebagai sebuah negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, kata dia, Indonesia juga memiliki keragaman budaya, suku, dan agama. Kondisi ini memunculkan tantangan harmonisasi kehidupan dalam negara yang sangat serius untuk diperhatikan.
       
"Sejarah mencatat, sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki berbagai aliran kepercayaan seperti animisme, dinamisme, agama Hindu dan Buddha yang lebih dulu mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Kehadiran Islam sebagai agama yang baru tentunya mendapatkan pertentangan yang keras dari masyarakat pribumi, karena Islam sendiri merupakan nilai baru bagi masyarakat Indonesia kala itu," ujarnya, di hadapan ratusan mahasiswa.
       
Berkat keindahan akhlaq para penyebar risalah Tuhan inilah yang kemudian mampu menumbuhkan simpati masyarakat pribumi. Nilai dan ajaran Islam disampaikan dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, toleransi, keteladanan, dan persatuan sehingga masyarakat memahami dan mencintai keindahan nilai Islam tersebut.
       
Inilah faktor yang menyebabkan Islam secara sinergis dan harmonis masuk dan diterima di Indonesia.
       
Seiring berjalannya waktu, keharmonisan Islam dalam diri bangsa Indonesia sudah mulai carut-marut dengan munculnya berbagai kelompok-kelompok fundamentalis yang sangat kental dengan sikap intoleran, agresif, ekstrem, dan radikal terhadap agama maupun pemeluk agama lain dengan berbagai alasan dan misi yang jauh berbeda dengan dakwah yang diwariskan oleh Rasullullah SAW dan para penduhulu penyebar agama di tanah air.
       
"Itu adalah sebagian cuplikan resume buku yang kami buat," ujarnya.
       
Rizaldy menambahkan, kegiatan kekerasan serta aksi radikal sangat kontras dengan karakteristik dakwah yang diwariskan Rasullullah dan para penyebar agama di Tanah Air terdahulu yang lembut, bijaksana, damai, toleran, penuh keteladanan, dan mengedepankan persatuan.
       
"Perlunya menggaungkan kembali penerapan dakwah yang santun sebagai wujud misi ajaran Islam. Banyak sekali dakwah secara radikal yang mengatas namakan dakwah Islamiyah, hal ini akan semakin memperburuk citra Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai perdamaian," ujarnya.
        
Kegiatan itu, juga menghadirkan narasumber pembanding yaitu H Muhammad Idris DM. Kehadiran narasumber pembanding ini, menjadikan suasana diskusi bedah buku semakin menarik.
       
Idris DM mengatakan, Allah menobatkan umat Islam sebagai khairu ummah, sebaik-baik umat yang tampil di tengah-tengah manusia untuk dan untuk memperoleh kebahagiaan, mengimformasikan bentuk-bentuk kebajikan dan menghilangkan serta menghindarkan seluruh bentuk-bentuk kemaksiatan dan kemungkaran.
       
"Selaku hamba Allah, dituntut untuk menyampaikan dakwah dan melaksanakan kebaikan-kebaikan," katanya.
       
Ia menambahkan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi faktor utama dalam membentuk wajah dunia di masa depan. Hal ini yang menjadi hambatan dan tantangan yang harus di hadapi para dai pada masa sekarang dan masa depan.
       
"Para dai harus mampu melakukan pembenahan metode dan cara menyampaikan dakwah. Seperti menggunakan media teknologi informasi, jejaring sosial dan lain sebagainya," ujarnya.(Antara)

Editor: Dedi

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE