Lingga (Antara Kepri) - Hutan bakau yang mengelilingi Pulau Temiang di Kabupaten Lingga kondisinya kini rusak parah karena aktivitas dapur arang yang berada di daerah itu.
"Kami ingin membudidaya ketam bakau tempat kami dikenal sebagai daerah bakau, namun pengusaha dapur arang yang rusak Pulau Temiang. Pulau kami dulu dikelilingi bakau," ujar Amin seorang warga Temiang saat berdialog dengan Tim Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri yang melakukan penyuluhan ke kawasan pulau-pulau pesisir di Kabupaten Lingga.
Amin yang hadir bersama puluhan masyarakat nelayan untuk berdialog bersama Tim DKP yang dipimpin Kepala Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan DR. Eddiwan mengungkapkan keinginannya untuk membudidayakan ketam bakau mengingat daerahnya memiliki hutan bakau walau kini rusak karena aktivitas dapur arang.
"Ketam bakau cocok ditempat kami dan kami pernah menerima pelatihan untuk besarkan ketam bakau, bagusnya kerja kelompk yang melibatkan masyarakat pulau-pulau kecil lainnya disekitar kami seperti Pulau Benan, Dusanak, Duyung dan Temiang," ujarnya.
Selain itu ia juga mempertanyakan ikan peliharaan bubunya yang rentan mati. "Apakah salah dengan kayu bubunya? Kmai tak tau kayu yang cocok", ujar Amin
Menanggapi pertanyaan warga Kabid Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan DKP Kepri Eddiwan mengatakan, ada cara murah budidaya kepiting yakni hutan bakau.
"Hutan bakau merupakan kuncinya agar dapat jadi lumbung kepiting," ujar Eddi.
Ia menyarankan untuk mencari satu kawasan hutan bakau yang masih alami. Masukkan dalam peraturan desa bakau di kawasan tersebut jangan ditebang.
"Daerah bakau itu dilindungi maka makin banyak kepiting. Jika rumahnya selalu dirusak maka ia (kepiting) habis. Tak hanya kepiting tapi juga udang," tutur Eddiwan.
Pakar bio teknologi ini mengatakan harus ada zonasi yang terdiri dari daerah tangkap dan daerah perlindungan. Zanasi perairan desa itu harus diajukan ke pemerintah daerah agar masuk dalam tata ruang bahwa ada konservasi bakau dan pemerintah kabupaten juga harus bersikap tegas.
Ia menjelaskan, membudidayakan kepiting membutuhkan investasi besar sebab kepiting tidak bisa hidup bersama dalam satu keramba karena sifatnya kanibal. Itu sebabnya perlu dipelihara sendiri-sendiri.
"Budidaya paling mudah dan murah adalah serahkan pada alam dengan cara pelihara bakau. Usul ke pemda untuk buat tapal batas dan kemudian pelihara kawasan tersebut," ujar Eddiwan. (Antara)
Berita Terkait
Pemkab Natuna gelar marathon internasional untuk tarik kunjungan wisatawan
Rabu, 24 April 2024 16:46 Wib
Bapenda sebut kesadaran warga Kepri bayar pajak semakin baik
Rabu, 24 April 2024 16:33 Wib
Dua wisatawan tewas karena berenang di zona bahaya Pangandaran
Rabu, 24 April 2024 16:16 Wib
Dispar Natuna dapat DAK Fisik sebesar Rp1,2 miliar dari Pemeritah Pusat
Rabu, 24 April 2024 15:12 Wib
Bea Cukai Kepri selamatkan potensi kerugian negara sebesar Rp1,4 miliar
Rabu, 24 April 2024 14:59 Wib
Kanwil DJP Kepri imbau warga segera lakukan pemadanan nomor NIK dan NPWP
Rabu, 24 April 2024 14:34 Wib
Realisasi penerimaan Bea dan Cukai Batam Kepri capai Rp98,42 miliar
Rabu, 24 April 2024 12:55 Wib
Akademisi : Peran pariwisata pada ekonomi Kepri masih kurang dominan
Rabu, 24 April 2024 8:14 Wib
Komentar