Festival Pulau Penyengat Hanya Seremonial

id Festival Pulau Penyengat Hanya Seremonial

Pulau Penyengat sebagai muara intelektual, pusat pengembangan budaya, agama, dan bahasa yang menjadi bahasa pemersatu bangsa Bahasa Indonesia
Tanjungpinang (Antara Kepri) - Festival Pulau Penyengat yang akan diselenggarakan pada 20 - 23 Februari 2016 mendatang, terkesan hanya kegiatan seremonial kata Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah), Abdul Malik.

Menurut dia, rangkaian kegiatan festival tersebut, hanya menggalakkan olahraga bahari dan permainan rakyat, tanpa sedikitpun mengunggulkan pulau tersebut sebagai muara intelektual. 

"Terkenalnya Penyengat itu bukan karena faktor yang akan diadakan ini, tapi karena persoalan intelektual bermuara disitu," kata Malik.

Alangkah baiknya, kata dia, selain mengunggulkan perlombaan olahraga bahari atau permainan rakyat sebagai salah satu bagian dari kearifan lokal, event berskala nasional bahkan internasional tersebut, tetap memberikan unsur intelektual.

Antara lain, berupa sedikit pembahasan tentang pengembangan bahasa di  Kepulauan Riau yang dulunya berpusat di Penyengat, tentang sastra atau mungkin tentang perkembangan agama Islam ketika pusat kerajaan berada di Penyengat yang sangat terkenal waktu itu.

"Jadi, meskipun ada kegiatan perlombaan sebagai pemeriah event,  latar belakang Penyengat sebagai muara intelektual, mestinya jangan diabaikan," kata Malik.

Seharusnya, Tanjungpinang bukan hanya memperkenalkan Penyengat melalui event bersifat pertunjukan sebagaimana yang diagendakan pihak panitia. Karena, terkesan sama dengan kegiatan promosi pariwisata yang lain. 

Justru dengan tidak melupakan filosofi pulau tersebut akan membuat pariwisata Penyengat berbeda dari daerah lain, akan lebih bermakna, dan akan lebih banyak di apresiasi oleh negara lain, terutama negara tetangga dan dari provinsi lain.

Hal itu mengingat, Pulau Penyengat sebagai muara intelektual, pusat pengembangan budaya, agama, dan bahasa yang menjadi bahasa pemersatu bangsa Bahasa Indonesia.

Sementara kegiatan lain, seperti pertunjukan kebudayaan atau permainan rakyat itu bagian pemeriah. Karena, bagaimana pun Pulau Penyengat adalah ikon pengembangan tamadun atau peradaban Kepulauan Riau.

"Nah, inti dari peradaban itu adalah kegiatan intelektual di kawasan Melayu ini, atau kegiatan yang menonjolkan unsur intelektual. Kalau itu tidak ada, seolah-olah yang diambil dalam event tersebut adalah hal yang kurang penting," tegasnya. (Antara)

Editor: Evy R. Syamsir 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE