LKBN Antara Angkat Budaya Melayu Melalui Film Pendek

id Lkbn,antara,kepri,sejarah,melayu,film,pendek

LKBN Antara Angkat Budaya Melayu Melalui Film Pendek

Kepala Kantor Berita Antara Biro Kepulauan Riau, Evy Ratnawati Syamsir (Berdiri) saat memberikan pengarahan kepada para pemeran film pendek Balung Ayam di Batam, Sabtu (23/9). (antarakepri.com/Danna Tampi)

Kita coba mengangkat budaya dan tradisi kehidupan masyarakat Melayu zaman dulu dengan film pendek yang berjudul Balung Ayam
Batam (Antara Kepri) - Perusahaan Umum Lembaga Kantor Berita Nasional (Perum LKBN) Antara Biro Kepulauan Riau mengangkat tentang budaya  dan tunjuk ajar kehidupan masyarakat Melayu pada zaman dulu melalui film pendek.

"Kita coba mengangkat budaya  kehidupan masyarakat Melayu zaman dulu dengan film pendek yang berjudul Balung Ayam," kata Kepala Kantor Berita Antara Biro Kepulauan Riau, Evy R.Syamsir.

Film pendek yang berjudul Balung Ayam ini merupakan kisah dari keluarga pembuat tanjak diraja yang memiliki seorang anak gadis kecil yang senang berkelakuan seperti anak laki-laki.

Dalam lakon cerita yang tengah digarap Kantor Berita Antara bersama mitra rumah produksi Nifikiwa (Ni Film Kita Way, way adalah idiom panggilan untuk anak muda Batam) disebutkan pada masa itu seorang Nilam merupakan putri semata wayang dari pasangan Datuk Andak sang ahli pembuat tanjak dan Datim Andam merupakan wanita yang ahli dalam kerajinan tangan dan adat istiadat.

Pada masa itu, tanjak tak sembarangan dan ahli tanjak pun langka karena dalam kerajaan tersebut, raja-raja sebelumnya telah memerintahkan agar tanjak jenis dan warna tertentu yang dapat dipakai untuk kalangan raja dan bangsawan. Hanya kalangan istana yang boleh memakai tanjak. Sedangkan masyarakat awam tidak boleh menggunakannya.

Datuk Andak diminta membuat tanjak diraja. Namun dia yang hanya memiliki satu kain tenun berwarna ungu dan tidak sesuai dengan warna kuning sebagaimana mestinya pun tetap menjalankan tugasnya agar dapat dipersembahkan pada raja meski dalam rasa ketakutan.

"Ketakutan Datuk Andak itu pun sirna setelah sang raja menerima tanjak buatannya dan memerintahkan seluruh laki-laki di negerinya agar dapat menggunakan tanjak Balung Ayam sebagai ciri khas kerajaannya," kata dia.

Evy menambahkan, sejarah kehidupan masyarakat Melayu zaman dulu yang diadaptasikan dalam sebuah karya film pendek memakan proses syuting selama dua hari.

"Untuk proses syuting selama dua hari kita lakukan di rumah tradisional Limas Potong yang berlokasi di kampung Melayu Batu Besar, Nongsa. Rencananya film pendek berdurasi 10 menit ini pun akan ditayangkan di Blitz Theater kota Batam dalam waktu dekat dengan kegiatan Kenduri Sinema Raya 2017," pungkasnya.

Sementara itu, pendiri Nifikiwa Pajri Andika mengaku salut dengan Antara karena mengangkat film bertema budaya dan tradisi Melayu dan film ini diharapknnnya dapat merangsang para sineas Batam untuk membuat film bertemakan budaya dan tradisi Melayu.

"Luar biasa, sebagai seorang penikmat dan pelaku film kami mengaku salut karena zaman sekarang orang tidak berani mengangkat film bercerita tentang budaya bahkan anak muda sekarang seakan tidak peduli dengan budaya dan tradisinya, mereka berpikir budaya tidak ada nilai jualnya," ungkap Pajri.

Padahal, lanjut dia, bercerita tentang budaya dan tradisi dalam sebuah film punya nilai jual tinggi.

Itu sebabnya, lanjut dia Nifikiwa ikut bersama dalam pembuatan film klasik ini karena mengangkat kehidupan Melayu.
 
"Judulnya saja luar biasa. Mudahan dengan adanya film ini makin merangsang anak muda Batam dan para sineas untuk mengangkat cerita Melayu. Sebab kalau tak kite siapa lagi," katanya. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE