Mahasiswa Tanjungpinang Dirikan Perpustakaan Jalanan

id Mahasiswa,Tanjungpinang,Dirikan,Perpustakaan,Jalanan

Mahasiswa Tanjungpinang Dirikan Perpustakaan Jalanan

Pengujung Taman Laman Boenda Tanjungpinang saat melihat-lihat buku bacaan Perpustakaan Jalanan ala Bito, di Tanjungpinang. (antarakepri.com/Aji Anugraha)

Inisiatif untuk membuat Perpustakaan Jalanan ini pertama sekali saya gelar di Tangerang, September 2016. Di Tanjungpinang sudah sejak Maret 2017
Tanjungpinang (Antara Kepri) - Sejumlah mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Tanjungpinang berinisiatif membuat Perpustakaan Jalanan untuk mengajak masyarakat berminat membaca buku.

Salah satu penggagas Perpustakaan Jalanan Tanjungpinang Robito Alam (21), di Tanjungpinang, Kamis, mengatakan keinginannya mengajak masyarakat Tanjungpinang untuk membaca buku di jalanan, upaya meningkatkan minat baca di Indonesia.

"Meskipun di kota-kota besar seperti Tanjungpinang sudah tersedia ruang, tempat baca 'Perpustakaan' tapi jarang masyarakat mau membaca, dijalan masyarakat bisa menyisihkan waktu untuk bersantai sembari membaca," kata pria yang biasa dipanggil Bito ini.

Baginya, keinginan kuat untuk memberikan kesempatan, waktu kepada masyarakat untuk membaca buku cukup berat. Namun, berkat kerjasama ketiga rekannya Muhammad Saputra, Agus indra Kurniawan dan Rezki Virgiawan, Perpustakaan Jalanan itu berjalan dalam kurun waktu 8 bulan di Tanjungpinang.

"Inisiatif untuk membuat Perpustakaan Jalanan ini pertama sekali saya gelar di Tanggerang, September 2016. Di Tanjungpinang sudah sejak Maret 2017 berkat bantuan ketiga rekan saya," ujar Bito yang juga Mahasiswa Ilmu Hukum FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.

Bito dan rekan-rekan mahasiswa menamakan komunitas membaca buku mereka dengan sebutan Aliansi Perpustakaan Jalanan Tanjungpinang.

Ia mengatakan, Perpustakaan Jalanan itu biasanya dibuka setiap akhir pekan, hari Sabtu dan Minggu. Tidak sulit untuk menemukan perpustakaan jalanan ini, biasanya mereka membuka lapak buku yang disusun berurutan di atas plastik, tepat di pinggir jalan raya.

"Pertama sekali buka di Taman Pamedan, terus pindah ke Batu 8, sekarang udah 3 bulan di Taman Laman Boenda, Gedung Gonggong Tanjungpinang," katanya.

Buku-buku bacaan yang disajikan Bito dan kawan-kawan berupa literasi sejarah, pengetahuan sosial masyarakat, pendidikan dasar, novel, rangkuman majalah, komik dan sejumlah buku panduan.

Ia mengatakan, buku-buku yang disajikan merupakan buku dari donasi, pinjaman dan sumbangan para mahasiswa yang peduli dengan perpustakaan jalanan. Saat ini tak kurang buku perpustakaan jalanan ala Bito tersedia 115 buku bacaan.

"Masyarakat boleh fotocopy, tapi gak boleh dibawa pulang. Kami buka di setiap akhir pekan, pukul 16.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB," ujarnya.

Menurut catatan organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) 2016, minat baca masyarakat di Indonesia sangat memprihatinkan.

Lebih kurang hanya 0,001% dari 1000 orang Indonesia yang berkeinginan untuk membaca buku, artinya hanya 1 dari 1.000 orang rajin membaca.

Selain itu, berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).

"Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Maka sudah saatnya kita bergerak untuk membaca," kata Bito.

Ia mengakui gerakan perpustakaan jalanan cukup berat digalakkan, mengingat perkembangan zaman sedemikian pesat dengan penuh akses digital, menjadikan buku teramat jarang untuk disentuh masyarakat. Masyarakat di era saat ini lebih suka menggunakan gadget sebagai sarana membaca.

Meskipun demikian, Bito dan ketiga rekannya yakin usahanya untuk memberikan virus membaca buku ke masyarakat dapat mengurangi persentase minimnya tingkat membaca di Indonesia.

"Mungkin tidak semua orang mau membaca buku dizaman serba digital ini, semoga masyarakat Indonesia, khususnya Tanjungpinang bisa minat lagi membaca buku, maka gerakan seperti ini sudah harus terus disemarakkan," ujarnya.

Perpustakaan jalanan Bito masih membutuhkan banyak buku bacaan anak, katanya kebanyakan anak-anak suka membaca buku seperti komik dan dongeng anak.

"Kami juga menerima donasi buku bacaan apa saja, tapi yang lagi dibutuhkan bacaan anak semisal cerita rakyat, komik, dongeng dan lain-lain," ujarnya. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE