Industri Pengolahan Kepri Turun Drastis

id Industri,Pengolahan,Kepri,Turun,Drastis

Industri pengolahan termasuk satu dari tiga indikator dalam angka manufaktur, pertumbuhan ekonomi, turun 1,16 persen dari triwulan II dibandingkan dengan triwulan I
Tanjungpinang (Antara Kepri) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau mencatat indikator turunnya pertumbuhan ekonomi Kepri pada Triwulan II 2017 disebabkan turunnya persentase industri pengolahan.

Kepala Bidang Statistik Ditribusi BPS Kepri Rahmad Iswanto, di Tanjungpinang, Jumat, menjelaskan, BPS mencatat perekonomian Kepualuan Riau triwulan II 2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), industri pengolahan pada triwulan II di angka 0,33 persen.

“Industri pengolahan termasuk satu dari tiga indikator dalam angka manufaktur, pertumbuhan ekonomi, turun 1,16 persen dari triwulan II dibandingkan dengan triwulan I. Padahal industri pengolahan pada tahun sebelumnya sumbangan dengan nilai tinggi 37,62 persen sampai dengan semester I,” ujarnya.

Ia menjelaskan, angka 0,33 persen jumlah terendah industri pengolahan tersebut didasari berdasarkan hasil pengolahan data BPS pada jenis usaha melalui persentase perusahaan menurut kategori lapangan usaha.

Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 155,51 ribu usaha/perusahaan non-pertanian tengah berkembang di Kepri.

Penurunan daya serap industri pengolahan menurun pada triwulan II 2017 mengingat banyaknya perusahaan yang keluar dari Kepri. 

Dari data BPS Kepri, indusri pengolahan tersebut terdiri atas jenis perusahan Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar (UMB) dengan total jumlah perusahaan 18.658.

BPS mencatatat, lapangan usaha dalam skala usaha terdiri atas 636 industri menengah besar UMB dan 17.932 industri kecil UMK.

“Daya serap dan sumbangan dari industri pengolahan cukup besar hanya saja bila dibandingkan pada data manufaktur pertumbuhan ekonomi Kepri mengalami penurunan, rata-rata perusahan mulai berkurang,” ujarnya.

Ia menambahkan, dua faktor lainnya dalam share terbesar di Kepulauan Riau ada pada pertambangan dan penggalian, perdagangan, dan pertambangan.

BPS mencatat, Sektor dalam kurun triwulan II 2017 jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya turun mencapai minus -5,47 persen.

“Pertambangan turun dibawah rata-rata, hal itu dikarenakan semenjak ada aturan dari pemerintah mengenai pengolahan pertambangan, seperti di Tanjungpinang, industri bauksit disini tutup semua,” ujarnya.

Perlambatan ekonomi Kepri juga dapat dilihat dari sektor konstruksi, meskipun jumlah persentase pada triwulan II 2017 meningkat 4,33 persen dibanding triwulan pada tahun sebelumnya, namun menurut catatan BPS, terdapat faktor lain yang menyebabkan perlambatan dari sektor konstruksi.

"Perlambatan dapat dilihat dari tingkat serapan perusahaan developer dan pembangunan di daerah Provinsi Kepri,” ungkapnya. (Antara)

Editor: Rusdianto

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE