Ini dia mesin perayap konten negatif Kemenkominfo

id mesin perayap konten,konten negatif

Ini dia mesin perayap konten negatif Kemenkominfo

Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo Samuel Abrijani Pangerapan dan pendiri Telegram Pavel Durov saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/8). (ANTARA News/Natisha)

Dalam tiga hari ini, mesin ini mampu mendeteksi sekitar 120 ribu situs porno dari Indonesia, dari 1,2 juta situs hasil yang `dicrawling`, bayangkan dalam beberapa tahun ini kami baru menapis 700 ribu lebih situs porno

Jakarta (Antaranews Kepri) - Kementerian Komunikasi dan Informatika terus berupaya melacak konten-konten negatif di internet, salah satunya menyiapkan sebuah mesin perayap atau mesin pengais atau crawling sebagai alat sensor konten negatif tersebut. 

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Kominfo Semuel A Pangerapan dalam paparannya di Jakarta, Jumat malam, mengatakan mesin tersebut telah secara resmi diserahterimakan pada hari ini dari PT Inti kepada Kementerian Kominfo. 

"Dengan mesin ini maka secara waktu dan volume akan lebih cepat menangani konten negatif," katanya. 

Sebelum secara resmi diserahterimakan, menurut dia, mesin tersebut telah diujicoba. Hasilnya, melalui mesin tersebut, kecepatan untuk mencari situs-situs porno jauh lebih cepat dari sebelumnya. 

"Dalam tiga hari ini, mesin ini mampu mendeteksi sekitar 120 ribu situs porno dari Indonesia, dari 1,2 juta situs hasil yang `dicrawling`, bayangkan dalam beberapa tahun ini kami baru menapis 700 ribu lebih situs porno," katanya pula. (baca: Sejuta situs porno diblokir)

Berdasarkan uji coba dalam tiga hari itu, 120 ribu situs tersebut menjadi terduga situs porno yang nantinya akan diverifikasi lebih lanjut untuk kemudian dipastikan untuk diblokir. 

Ia mengatakan, melalui alat pengais konten negatif tersebut, nantinya berbagai konten negatif baik pornografi, perjudian, investasi bodong, terorisme, obat-obatan tanpa izin, dan lainnya dapat lebih cepat ditangkal. 

Begitu pula dengan akun-akun yang menyebarkan konten-konten negatif di dunia siber.  

Mesin tersebut juga dapat digunakan oleh instansi-instansi lainnya yang membutuhkan penanganan konten negatif. 

"Bukan hanya Kominfo, bisa dikoordinasikan dengan BNPT kalau mencari konten berbau teroris, dengan OJK konten investasi bodong, obat-obat yang tidak berizin dengan BPPOM, penjualan narkoba melalui internet dengan BNN, bukan hanya untuk kebutuhan Kominfo," katanya. 

Ia mengatakan, dalam sebulan ini, pihaknya juga masih terus melakukan pelatihan-pelatihan bagi sumber daya manusia untuk pengoperasian mesin tersebut, sehingga ke depan dapat berjalan dengan lebih baik. 

Kepala Sub Direktorat Penyidik Kementerian Kominfo Teguh Arifiyadi mengatakan, mesin tersebut di luar dari pengaduan masyarakat terhadap konten-konten negatif.  

Dia mengatakan, mesin tersebut selain situs juga dapat mencari akun-akun media sosial yang menyebarkan konten-konten negatif, sehingga pihaknya dapat melakukan upaya penanganan terhadap akun tersebut. 

Kemenkominfo telah bekerja sama dengan berbagai akun media sosial utama seperti Google, Facebook, Twitter, Line, WA, Telegram, BBM dan Bigo dalam penanganannya. "Nantinya akan terus bertambah," katanya pula. 

Teguh mengatakan, mesin nantinya akan mencari dan memilahkan situs-situs berkonten negatif. Hasil dari pencarian tersebut masih akan diverifikasi oleh verifikator untuk memastikan situs tersebut melanggar undang-undang. 

"Tetap manusianya nanti yang verifikasi," katanya lagi. 

Sebelumnya, PT INTI menjadi pemenang lelang pengadaaan sistem mesin pengais konten negatif senilai Rp211 miliar, dengan harga penawaran Rp198 miliar dan harga terkoreksi Rp194 miliar.  (baca juga: Kominfo buka 36 tivi di Kepri)

Editor: Rusdianto 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE