Petugas kapal patroli Bakamla tes urine

id bakamla,tes urine,narkoba,batam,latihan bersama,BNN

Petugas kapal patroli Bakamla tes urine

Petugas dan awak kapal patroli Bakamla melakukan tes urine saat latihan bersama bimtek penanganan dan penyelundupan narkoba di laut bersama BNN.(Foto: Humas Bakamla)

TFG merupakan sarana untuk melatihkan atau praktek kering yang diperankan untuk meminimalisir kesalahan sekecil apapun
Batam (Antaranews Kepri) - Petugas dan awak kapal patroli Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang terlibat dalam latihan bersama bimbingan teknis penanganan pencegahan dan penyelundupan narkoba di laut bersama BNN melaksanakan tes urine narkoba. 

"Rapid test (tes urine) dimaksudkan untuk memastikan bahwa petugas penegak hukum di laut dalam hal ini awak kapal patroli Bakamla RI betul-betul terbebas dari narkoba," kata Direktur Latihan Bakamla RI Laksamana Pertama TNI Eko Jokowiyono, di Batam, Rabu.

Baca juga: Awak kapal Bakamla dibekali kemampuan deteksi narkoba

Baca juga: Bakamla-BNN latihan antisipasi sindikat narkoba


Eko mengatakan rapid test dilakukan oleh petugas BNN terhadap 33 orang peserta latihan dengan hasil seluruhnya negatif atau tidak ada yang mengkonsumsi narkoba. 

"Setelah tes urine kegiatan dilanjutkan dengan tactical floor game (TFG)," ujar Eko. 

Eko menambahkan setiap peserta dan pelaku latihan diminta untuk mengikuti jalannya TFG dengan baik, agar memahami tugas dan tanggung jawab memerankan aksi sesuai yang ada dalam sekenario latihan. 

"TFG merupakan sarana untuk melatihkan atau praktek kering yang diperankan untuk meminimalisir kesalahan sekecil apapun," papar Eko.

Dengan begitu lanjut Eko, diharapkan kegiatan manuver lapangan dapat berjalan denga baik dan lancar.

Sementara itu Kasubbag Humas Bakamla RI, Mayor Marinir Mardiono, mengatakan Bakamla terus berupaya menyelamatkan generasi penerus bangsa melalui patroli dan operasi laut secara berkesinambungan bersama seluruh stakeholder kemaritiman nasional maupun regional. 

"Komitmen untuk lebih bersinergi dengan BNN tadi disampaikan Dirlat Bakamla RI Laksamana Pertama TNI Eko Jokowiyono," ujar Mardiono.

Mardiono menambahkan, untuk menjaga kemanan dan keselamatan perairan Indonesia tidak dapat dilakukan Bakamla sendirian dan diperlukan kerjasama seluruh instansi kemaritiman dengan lebih bersinergi dalam berbagai aspek.

Antara lain, kata Mardiono, menyamakan persepsi, doktrin operasi laut bersama serta pertukaran atau 'sharing' informasi antar pemangku kepentingan tentang pergerakan mafia narkoba yang menggunakan celah jalur keramain lintas laut di perairan perbatasan antar negara. 

Selain itu kata Mardiono, operasi bersama di laut antara Bakamla RI dengan BNN sangat diperlukan, guna saling mengisi keterbatasan masing-masing.

Bakamla, lanjut Mardiono, memiliki kapasitas sebagai koordinator operasi laut dan dapat segera memerintahkan kapal-kapal patroli pemerintah untuk mengejar serta menangkap sindikat narkoba di laut. 

"Sedangkan BNN dapat memberikan sharing data informasi pergerakan sindikat narkoba jalur laut yang akan melakukan aksinya di wilaya perairan Indonesia," kata Mardiono. 

Pada latihan bersama tersebut memperlihatkan kepada dunia intrnasional bahwa negara Indonesia menaruh perhatian serius terhadap keamanan perairan Selat Malaka dari upaya penyelundupan narkoba lewat laut. 

"Katerbatasan personel dan unsur kapal patroli Bakamla RI tidak menjadi alasan dalam menjaga keamanan dan keselamatan perairan yurisdiksi nasional," papar Mardiono.

Menurut Mardion, ada beberapa wilayah perairan yang menjadi pont of interest Bakamla yang disinyalir menjadi jalur peredaran narkoba lewat laut. 

"Bakamla RI juga bekerjasama sharing informasi dengan instansi penjaga kemanan laut negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Filipina yang berbatasan laut dengan Indonesia," ujar Mardiono.

Sementara itu petugas penindakan BNN pusat AKP Heris Setia mengatakan, narkoba yang beredar di Indonesia kebanyakan berasal dari Tiongkon dan Taiwan. 

"Kedua negara tersebut memperbolehkan produksi narkoba di negara mereka, tapi dilarang dikosumsi atau diedarkan di negara meraka sendiri namun melegalkan untuk dijual ke luar negara lain," kata Heris. 

Para sindikat lanjut Heris, menjadikan Indonesia menjadi pasar peredaran narkoba. 

Menurut Heris, tidak sedikit masyarakat yang masih awam dan belum begitu mengerti tentang zat narkoba dalam bentuk fisik dan jenis benda terlarang tersebut.(Antara)
 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE