BMKG : Musim kemarau tahun ini lebih panas dan kering

id Musim kemarau

BMKG : Musim kemarau tahun ini lebih panas dan kering

Seorang anak kecil di Kampung Bugis, Tanjungpinang, Kepri mengambil air bantuan dari pemerintah setempat. Kemarau panjang dalam dua bulan terakhir ini membuat warga kesulitan mengakses air bersih.  (Ogen)

Tanjungpinang (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas III Kijang-Tanjungpinang, Dhira Utama, mengatakan musim kemarau Tahun 2019 diprediksi lebih panas dan kering dari tahun sebelumnya.

Dhira Utama di Tanjungpinang Kamis menjelaskan salah satu faktor penyebab kekeringan itu adalah fenomena El Nino yang berakibat menurunnya jumlah curah hujan dibanding tahun sebelumnya.

“Kemarau panjang tahun ini diprediksi sama seperti terjadi pada 2015 silam. Namun, prediksi curah hujan akan meningkat pada Oktober hingga November 2019,” katanya.

Kemudian, kata dia, jarak pandang akibat dampak kebakaran hutan dan lahan terparah di Kota Tanjungpinang terjadi pada 18 dan 22 September 2019, yakni mencapai 2.500 meter.

”Saat ini ISPU mencapai 50 meter dan dalam kondisi baik jika dibandingkan beberapa hari lalu,” katanya.

Kendati demikian, ia mengimbau kepada masyarakat, khususnya anak-anak, tetap memakai masker selama di luar ruangan.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Tanjungpinang Raja Kholidin mengaku untuk menghadapi masalah kekeringan dan paparan kabut asap di Kota Tanjungpinang, pihaknya bekerja sama dengan PDAM telah mendistribusikan bantuan air bersih kepada warga di wilayah yang terdampak kekeringan.

Sedangkan, untuk kabut asap, BPBD telah melakukan aksi peduli kabut asap dengan membagi-bagikan masker kepada masyarakat yang berkendaraan di lampu merah Jalan Pamedan Ahmad Yani dan sekolah-sekolah.

“BPBD siap memberikan bantuan air bersih ke masyarakat, sekolah, dan Lapas. Namun, BPBD tidak serta merta bisa turun ke lapangan, karena harus berdasarkan adanya permintaan surat ke PDAM melalui RT/RW, kelurahan dan ditembuskan ke BPBD,” ujarnya.

Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, dia juga telah meminta kepada camat setempat untuk mencari titik sumber air melimpah, supaya kebutuhan air masyarakat bisa terpenuhi.

Namun, sebelum dikonsumsi masyarakat perlu diuji terlebih dulu, apakah layak untuk digunakan sebagai air minum atau mencuci makanan.

"Kalaupun tidak layak, paling tidak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya,” ucapnya.

Sementara itu, Kasubbag Umum dan Keuangan PDAM Tirta Kepri, Fazli Idham, menjelaskan saat ini dua sumber air di daerah itu, yakni waduk di Sungai Pulai dan Gesek mulai menyusut akibat kemarau panjang, sehingga pihaknya mengurangi jam operasi, semulanya 24 jam menjadi 12 jam.

Menurut dia, saat ini daya tampung air di waduk Sungai Pulai hanya mencapai 1, 33 cm dan Gesek 0,53 cm, jika penurunannya 5-9 cm per hari, maka persediaan air hanya cukup untuk 15-16 hari.

"Oleh karena itu, salah satu caranya kita distribusi air ke pelanggan hanya 12 jam per hari. Jika kita distribusi selama 24 jam per hari, maka persediaan air PDAM tidak bisa panjang,” ucapnya.

Meski demikian, lanjutnya, PDAM terus mendistribusikan air ke masyarakat, khususnya pelanggan PDAM.

Pelanggan PDAM Kijang - Tanjungpinang sekarang berjumlah 22 ribu. Akibat penyusutan air waduk, pendistribusian air diprioritaskan bagi pelanggan PDAM.

"Untuk itu, masyarakat harus bijak menggunakan air, manfaatkan air untuk kebutuhan minum dan masak. Mudah-mudahan kemarau panjang ini cepat berlalu, sehingga air yang merupakan kebutuhan mutlak masyarakat tetap terpenuhi,” ucapnya.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE