Kementerian ESDM : Kebutuhan listrik smelter mencapai 4.798 MW

id Smelter,listrik

Kementerian ESDM : Kebutuhan listrik smelter mencapai 4.798 MW

Foto ilustrasi. Seorang pekerja menuangkan alumunium cair dari tungku alumina di PT Inalum kawasan industri Kuala Tanjung, Sumut, (20/1/2020). PT Inalum melebarkan ekspansi bisnis membangun smelter di Kalimantan Utara. ANTARA/Afut Syafril/aa.

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pasokan listrik guna memenuhi kebutuhan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) pada tahun 2024 mencapai 4.798 megawatt (MW).

"Kita harus bisa memenuhi kebutuhan listrik untuk industri smelter pada tahun 2024 sebesar 4.798 megawatt," urai Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Rabu.

Arifin menyatakan pemerintah konsisten meningkatkan nilai tambah mineral melalui pembangunan industri smelter dalam negeri, dimana dalam jangka lima tahun terdapat 52 smelter yang akan terbangun, yakni 4 smelter tembaga, besi, timbal dan seng, 29 smelter nikel, 9 smelter bauksit dan 2 smelter mangan.

Terhadap 52 smelter yang terbangun, diproyeksikan kebutuhan listrik sebesar 4.798 MW tersebar di beberapa wilayah, antara lain Bengkulu (5 MW), Banten (68,5 MW), Jawa Barat (39 MW), Jawa Timur (821,9 MW), Nusa Tenggara Barat (300 MW), Nusa Tenggara Timur (20 MW), Kepulauan Riau (45 MW), Kalimantan Barat (499 MW), Kalimantan Selatan (10 MW), Sulawesi Tengah (959 MW), Sulawesi Tenggara (1.053 MW), Maluku dan Maluku Utara (941 MW).

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kementerian ESDM memiliki 3 (tiga) kebijakan strategis, yakni pemenuhan listrik oleh Perusahaan Listrik Negara, pemenuhan listrik oleh pengembang smelter serta kolaborasi antara pengembang smelter dengan non-PLN.

Konsumsi Listrik

Arifin sendiri memiliki target memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas melalui peningkatan konsumsi listrik per kapita. "Ini program prioritas nasional pertama dari Kementerian ESDM," ungkap Arifin.

Arifin mengakui, konsumsi listrik per kapita di Indonesia yang masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Untuk itu, Pemerintah menargetkan pada 2024 konsumsi listrik per kapita Indonesia akan menjadi 1.408 kilowatt hour (kWh).

"Untuk itu perlu dilakukan program-program keseimbangan listrik daerah-daerah jauh, daerah timur khususnya," jelasnya.

Berdasarkan data yang ada, capaian konsumsi listrik pada 2019 baru mencapai 1.084 kWh per kapita dari target 1.200 kWh per kapita. Sementara itu, target konsumsi listrik pada 2020 sebesar 1.142 kWh per kapita.

Target itu terus mengalami peningkatan menjadi 1.203 kWh per kapita pada 2021, 1.268 kWh per kapita pada 2022, 1.336 kWh per kapita pada 2023, dan akhirnya menjadi 1.408 kWh per kapita pada 2024.

Adapun, target rasio elektrifikasi pada 2024 adalah sebesar 100 persen. Kapasitas pembangkit juga terus bertambah hingga 5,7 gigawatt (GW) pada 2024.
 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE