Pendidikan vokasi harus ciptakan tenaga siap hadapi perubahan zaman

id Tenaga kerja Indonesia ,Pendidikan vokasional,Kebutuhan pasar kerja

Pendidikan vokasi harus ciptakan tenaga siap hadapi perubahan zaman

Siswa SMK Negeri (SMKN) Jateng tengah praktik. SMKN Jateng menerapkan pendidikan yang disiplin kepada para siswa, namun tidak ada bullying baik dari guru ke siswa atau antarsiswa. (ANTARA/HO-Diskominfo Jateng)

Jakarta (ANTARA) - Pakar pendidikan dari Universitas Paramadina Totok Amin mengatakan pendidikan vokasional harus mampu menciptakan anak didik yang merupakan sumber tenaga kerja yang  siap menghadapi perkembangan zaman sehingga menuntut pembaruan keterampilan sesuai kebutuhan pasar kerja.

"Pendidikan vokasi yang baik adalah yang mampu menyiapkan anak didik menghadapi perubahan. Benar dia harus menguasai keterampilan tertentu dan teknis, namun dia juga harus disiapkan apabila keterampilan tersebut mengalami perubahan, bahkan bila ternyata keterampilan itu lenyap dari muka bumi," kata Totok kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Sebagai contoh, keterampilan sistem informasi atau pelayanan hotel. Jika pekerjaan dengan keterampilan diganti robot, maka pendidikan yang baik harus dapat menyiapkan anak didik menghadapi masa depan dengan membentuk mereka sebagai pembelajar seumur hidup.

Menurut dia, anak didik yang akan menjadi tenaga kerja Indonesia ini harus mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi informasi yang cepat.

"Kalau anak didiknya harus long life learners, maka gurunya harus lebih long life learners juga," ujarnya.

Menurut Totok, pendidikan vokasional menyimpan masalah laten, yaitu kurangnya guru produktif, guru yang mengajarkan keahlian-keahlian spesifik sesuai jurusan sekolah vokasi tersebut.

"Kalau Anda sangat bagus di bidang yang spesifik, Anda sangat rentan dengan disrupsi, dengan perubahan. Jadi, kalau anak didik di sekolah vokasi dididiknya serba tanggung, guru produktif kurang, fasilitas sarana prasarana praktik terbatas, maka lulusannya tidak lebih dari sekadar "pernah sekolah di SMK". Ini terutama terjadi di SMK swasta yang jumlahnya lebih banyak dari SMK negeri," tuturnya.

Totok mengatakan pemerintah mestinya mengimbau agar yayasan-yayasan yang membuka SMK swasta dengan kondisi "hidup segan, mati tak mau" agar ditutup saja, daripada menghasilkan lulusan yang tidak sesuai dengan standar kompetensinya.

Pakar pendidikan dari Universitas Paramadina Mohammad Abduh Zen mengatakan pendidikan vokasional harus diarusutamakan, dan harus dikembangkan penjurusan-penjurusannya ke arah yang lebih spesifik sesuai kebutuhan pasar dalam dan luar negeri.

Dia mengatakan pendidikan vokasional harus dikelola tidak seperti biasanya.

Menurut dia, perlu peningkatan kualifikasi dan sertifikasinya di pendidikan vokasional.

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE