Tanjungpinang (ANTARA) - Masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir Provinsi Kepulauan Riau seperti di pulau-pulau penyangga Kota Batam dan Kabupaten Karimun memiliki tradisi menyemarakkan malam tujuh likur dengan mengelar kenduri.
”Biasanya pada malam tujuh likur, kami mengelar kenduri. Tiap rumah di pulau kami disinggahi rombongan warga berdoa dan makan bersama,” ujar Atan seirang warga Pulau Panjang, Batam, Selasa malam.
Kegiatan serupa juga dilakukan warga di Desa Batu Limau, Kabupaten Karimun, menggelar acara kenduri untuk menyemarakkan malam tujuh likur atau malam ke-27 bulan Ramadan.
Menurut warga bernama Riko, kenduri malam tujuh likur ini merupakan tradisi rutin tahunan yang dilakukan masyarakat setempat ketika memasuki 10 hari terakhir bulan puasa.
Selama penghujung malam terakhir Ramadhan itu, kata dia, warga di kampungnya melaksanakan hajatan kenduri secara bergantian, dengan mengundang belasan hingga puluhan penduduk sekitar.
Hajatan, umumnya dilaksanakan selepas salat Magrib. Namun, ada pula yang melakukannya usai shalat Tarawih.
"Biasanya malam ke-27 ini puncaknya, karena warga yang menggelar kenduri lebih banyak, bahkan bisa sampai shalat Subuh," kata Riko.
Warga lainnya, Azli, menyebut kenduri malam tujuh likur merupakan wujud rasa syukur karena masyarakat masih bisa melaksanakan ibadah puasa dan tarawih.
Juga sebagai wadah berbagi atas rezeki yang diperoleh, di samping dapat menjalin silaturahmi, serta mengharap rahmat pada malam kemuliaan lailatul qadar.
"Pun dibacakan pula doa yang terbaik buat arwah keluarga atau sanak saudara yang punya hajatan," katanya.
Lanjut dia, pada praktiknya dalam kenduri tersebut dikumandangkan bacaan-bacaan ayat suci Al-Quran dan doa.
Seseorang yang dituakan atau biasa disebut dengan istilah lebai kampung, bertanggungjawab memimpin jalannya hajatan.
Puncaknya, setelah doa selesai dibacakan, tuan rumah akan menjamu warga yang datang dengan aneka hidangan, berupa nasi dan lauk-pauk, kuih-muih, serta minuman tawar/manis.
Makanan dihidangkan dalam sebuah wadah atau nampan. Tiap-tiap hidangan dapat disantap empat hingga lima orang dengan duduk membentuk lingkaran.
Selain kenduri, terpantau sejumlah masyarakat turut memasang lampu colok di halaman rumah masing-masing.
Semarak malam tujuh likur di Desa Batu Limau masih tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kendati, saat ini Indonesia di tengah pandemi COVID-19.
Berita Terkait
PT Timah siapkan 700 kuota mudik gratis ke Babel dan Kepri
Selasa, 26 Maret 2024 10:33 Wib
Ini 7 tol alternatif gratis bila macet saat mudik
Selasa, 26 Maret 2024 6:30 Wib
Perputaran uang pada Kepri Ramadhan Fair capai Rp1 miliar
Senin, 25 Maret 2024 20:00 Wib
Marlin Agustina serahkan bantuan sembako
Senin, 25 Maret 2024 14:45 Wib
7 anggota PPLN Kuala Lumpur dituntut 6 bulan penjara dan denda
Rabu, 20 Maret 2024 6:05 Wib
Polda Kepri tingkatkan patroli selama bulan Ramadhan
Selasa, 19 Maret 2024 14:37 Wib
Gubernur Ansar: Awasi pergaulan anak untuk cegah perang sarung
Senin, 18 Maret 2024 17:11 Wib
Ramadhan Sananta bertekad buktikan diri di kualifikasi Piala Dunia 2026
Senin, 18 Maret 2024 16:07 Wib
Komentar