Tradisi kenduri semarakkan malam tujuh likur di Kepri

id Kenduri 7 likur,tradisi batu limau, karimun,tradisi ramadhan

Tradisi kenduri semarakkan malam tujuh likur di Kepri

Warga Batu Limau, Karimun, Kepulauan Riau (Kepri) menggelar acara kenduri malam tujuh likur, Selasa (19/5/2020) malam atau malam ke-27 Ramadhan 1441 Hijriah . ANTARA/Ogen

Tanjungpinang (ANTARA) - Masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir Provinsi Kepulauan Riau seperti di pulau-pulau penyangga Kota Batam dan Kabupaten Karimun memiliki tradisi menyemarakkan malam tujuh likur dengan mengelar kenduri.

”Biasanya pada malam  tujuh likur, kami mengelar kenduri. Tiap rumah di pulau kami disinggahi rombongan warga berdoa dan makan bersama,” ujar Atan seirang warga Pulau Panjang, Batam, Selasa malam.

Kegiatan serupa juga dilakukan warga di Desa Batu Limau, Kabupaten Karimun, menggelar acara kenduri untuk menyemarakkan malam tujuh likur atau malam ke-27 bulan Ramadan.

Menurut warga bernama Riko, kenduri malam tujuh likur ini merupakan tradisi rutin tahunan yang dilakukan masyarakat setempat ketika memasuki 10 hari terakhir bulan puasa.

Selama penghujung malam terakhir Ramadhan itu, kata dia, warga di kampungnya melaksanakan hajatan kenduri secara bergantian, dengan mengundang belasan hingga puluhan penduduk sekitar.

Hajatan, umumnya dilaksanakan selepas salat Magrib. Namun, ada pula yang melakukannya usai shalat Tarawih.

"Biasanya malam ke-27 ini puncaknya, karena warga yang menggelar kenduri lebih banyak, bahkan bisa sampai shalat Subuh," kata Riko.

Warga lainnya, Azli, menyebut kenduri malam tujuh likur merupakan wujud rasa syukur karena masyarakat masih bisa melaksanakan ibadah puasa dan tarawih.

Juga sebagai wadah berbagi atas rezeki yang diperoleh, di samping dapat menjalin silaturahmi, serta mengharap rahmat pada malam kemuliaan lailatul qadar.

"Pun dibacakan pula doa yang terbaik buat arwah keluarga atau sanak saudara yang punya hajatan," katanya.

Lanjut dia, pada praktiknya dalam kenduri tersebut dikumandangkan bacaan-bacaan ayat suci Al-Quran dan doa.

Seseorang yang dituakan atau biasa disebut dengan istilah lebai kampung, bertanggungjawab memimpin jalannya hajatan.

Puncaknya, setelah doa selesai dibacakan, tuan rumah akan menjamu warga yang datang dengan aneka hidangan, berupa nasi dan lauk-pauk, kuih-muih, serta minuman tawar/manis.

Makanan dihidangkan dalam sebuah wadah atau nampan. Tiap-tiap hidangan dapat disantap empat hingga lima orang dengan duduk membentuk lingkaran.

Selain kenduri, terpantau sejumlah masyarakat turut memasang lampu colok di halaman rumah masing-masing.

Semarak malam tujuh likur di Desa Batu Limau masih tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kendati, saat ini Indonesia di tengah pandemi COVID-19.


 

Komentar

Komentar menjadi tanggung jawab anda sesuai UU ITE