Palembang (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang, Prof Izomuddin, menilai sosok BJ Habibie mampu menghilangkan stigma keangkeran istana pada saat ia menjadi presiden ketiga.

"Semua kebijakanya mencerminkan keterbukaan dan amat demokratis, beliau (BJ Habibie) juga dekat dengan wartawan dan tidak anti kritik sehingga Istana tidak lagi dirasa angker seperti masa sebelumnya," kata Izomuddin, di Palembang, Kamis.

Menurut dia sosok Habibie sangat lekat sebagai sosok pengayom bangsa yang tak henti-hentinya mendorong kemajuan teknologi agar peradaban Indonesia berkembang, sehingga dapat diperhitungkan di dunia.

Tetapi Habibie juga menekankan pengkhidmatan iman dan taqwa di dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, sikap inilah yang membuat sosok sepertinya sulit ditemukan lagi.

Juga baca: Jokowi: Indonesia tidak lupa dengan jasa Habibie sewaktu jadi Presiden

Juga baca: Dubes Prancis kenang pertemuannya dengan Habibie

Juga baca: Prestasi BJ Habibie berhasil perkuat BI sebagai bank sentral

"Beliau mempelopori lahirnya ICMI sebagai bentuk perhatiannya yang besar terhadap ummat Islam di Indonesia, karena beliau ingin para intelektual muslim bergerak maju mengembangkan peradaban," katanya.

Secara politis, kata dia, Habibie memang terhitung singkat menjadi seorang presiden, namun Habibie termasuk tidak banyak melakukan politik praktis dalam melaksanakan tugas kenegaraan serta sosoknya diingat masyarakat karena menjunjung tinggi HAM.

Meski dikenal sebagai sosok teknokrat, menurutnya BJ Habibie juga memberikan banyak sentuhan di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, agama dan tentu saja kebebasan berdemokrasi di Indonesia.

"Saat ini barang kali sulit melihat sosok pengganti sepertinya, tapi saya yakin di masa depan akan banyak warga Indonesia yang kecerdasannya seperti beliau, walau mungkin tidak persis sama," kata Izomuddin. 

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019