London (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pada Senin untuk mendesak mereka mendukung kesepakatan Brexit, lapor Sunday Times.

Kepada ketiga pemimpin tersebut, Johnson akan menawarkan pilihan, yaitu apakah mereka membantu dia dengan menyetujui kesepakatan Brexit (pemisahan Inggris dari Uni Eropa) atau menyetujui model yang lebih bersahabat atas Brexit yang tanpa kesepakatan --paling lambat 31 Oktober, menurut laporan surat kabar itu dengan mengutip seorang sumber yang mengetahui pembicaraan.

Baca juga: PM Inggris desak Presiden Prancis 'percepat' soal Brexit

"Dia akan berbicara dengan Merkel, Macron dan Juncker pada akhir Senin untuk melihat apakah akan ada perjanjian menyangkut proposal terkait Irlandia Utara dan masalah bea cukai," kata sumber itu.

Para pejabat keamanan telah meyakinkan Johnson bahwa Brexit yang terjadi tanpa kesepakatan akan meningkatkan bahaya serangan garis keras di Irlandia Utara dan tanah darat, juga kekerasan antarkelompok di kota-kota seperti Glasgow, menurut laporan tersebut.

Sebagai hasilnya, perdana menteri Inggris sangat menginginkan Brexit dilakukan dengan kesepakatan, kata Sunday Times.

Baca juga: BusinessEurope peringatkan Brexit tanpa kesepakatan akan jadi bencana

Seorang sumber di kalangan Uni Eropa yang dikutip Sunday Times mengatakan peluang bahwa kesepakatan akan tercapai pada pertemuan puncak Uni Eropa di Brussel pada Kamis adalah "50-50".

Pada Jumat (11/10), Johnson menolak mengatakan apakah Irlandia Utara akan tetap berada dalam perhimpunan bea cukai Uni Eropa pasca-Brexit.

Menurut sumber di kantor perdana menteri Downing Street kepada Reuters, Sabtu, jalan bagi Inggris untuk menyetujui kesepakatan masih panjang.

Baca juga: Inggris nyatakan siap tinggalkan Uni Eropa 31 Oktober

Beberapa hari mendatang, kata sumber itu, akan menjadi sangat penting jika Inggris akan menyetujui syarat-syarat pemisahan dengan Uni Eropa.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019