Jakarta (ANTARA) - Ibu Kota Jakarta kembali bertengger di peringkat keempat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Senin pagi.

Berdasarkan data dari laman AirVisual.com pada Senin pukul 08.45 WIB, kualitas udara Jakarta saat ini mencapai angka 170 berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQI) dengan status udara tidak sehat.

AirVisual juga mencatatkan udara Jakarta secara keseluruhan mengandung polutan PM2.5 dengan kepadatan 88,9 µg/m³.

Sedangkan pada Senin pagi ini Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum merilis hasil pengukuran polutan PM2.5 di wilayah Jakarta.

Kota dengan kualitas udara terburuk pertama versi AirVisual.com ditempati oleh Lahore di Pakistan dengan nilai AQI 197.

Sedangkan posisi kedua ditempati oleh Delhi di India dengan status udara tidak sehat. Delhi mencatatkan angka 197 berdasarkan indeks AQI.

Baca juga: Kamis pagi, Jakarta tempati posisi ketiga udara terburuk sedunia
Baca juga: Kualitas udara Jakarta Rabu pagi tidak sehat


Ulaanbaatar di Mongolia menjadi kota ketiga dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan AQI 175.

Kolkata di India menempati urutan kelima untuk kualitas terburuk di dunia dengan nilai AQI 164.

Kemudian di posisi keenam ditempati oleh Dhaka di Bangladesh dengan AQI 127, Kuwait City di Kuwait di posisi ketujuh dengan AQI 125.

Di posisi delapan ditempati oleh satu-satunya kota di Eropa yang masuk daftar 10 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia yakni Milan di Italia dengan AQI 142.

Kabul di Afghanistan menududuki posisi sembilan dengan AQI 133 dan melengkapi daftar 10 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Kuala Lumpur di Malaysia dengan nilai AQI 131.

Sejak Agustus 2019, masyarakat Jakarta terpaksa menghirup udara dengan kualitas udara yang tidak baik berdasarkan laporan kualitas udara di situs AirVisual.com.

Untuk meminimalisir efek negatif polusi udara terhadap kesehatan, masyarakat dianjurkan mengurangi aktivitas di luar ruangan dan menggunakan masker bagi yang akan beraktivitas di luar ruangan.

Masyarakat juga disarankan untuk menutup jendela rumah dan menggunakan pemurni udara di dalam ruangan.

Mereka yang bepergian juga diharapkan bisa beralih ke transportasi massal atau menggunakan kendaraan listrik yang ramah lingkungan.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019