“Yaitu bagaimana para pemangku kepentingan di Indonesia harus melihat Afrika lebih dalam, dan melihat Afrika sebagai benua masa depan,”
Jakarta (ANTARA) - Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri RI Daniel Tumpal Simanjuntak memaparkan empat strategi diplomasi ekonomi Indonesia di kawasan Afrika.

“Arahan Menlu (Retno Marsudi) jelas, lugas, dan tegas untuk fokus diplomasi ekonomi ke Afrika berdasarkan visi misi Presiden (Joko Widodo),” kata Tumpal dalam sesi wawancara khusus di ruang redaksi ANTARA, akhir pekan lalu.

Berdasarkan arahan tersebut, Tumpal yang telah bertugas sebagai direktur Afrika sejak Januari 2017, segera menyusun empat strategi Indonesia untuk mulai masuk ke pasar non-tradisional di Afrika.

Strategi pertama adalah menjalankan diplomasi dalam negeri untuk memperbaiki persepsi yang salah mengenai Afrika.

“Yaitu bagaimana para pemangku kepentingan di Indonesia harus melihat Afrika lebih dalam, dan melihat Afrika sebagai benua masa depan,” ujar dia.

Saat ini, menurut dia, sudah tidak tepat mengasosiasikan Afrika sebagai benua yang tertinggal atau lekat dengan konflik dan kelaparan.

Sebaliknya, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Afrika akan menjadi tertinggi kedua di dunia pada 2020. Afrika juga merupakan benua dengan angkatan muda terbesar di dunia.

Strategi kedua, yaitu memetakan industri yang relevan dengan kondisi di Afrika.

Dari sisi perdagangan, Indonesia memprakarsai dimulainya negosiasi perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan sejumlah negara di Afrika, diantaranya Mozambik, Mauritius, dan Djibouti. Perjanjian itu diharapkan dapat mengurangi hambatan tarif yang selama ini menjadi ganjalan dalam hubungan perdagangan Afrika dengan Indonesia.

Baca juga: KBRI perluas pasar produk Indonesia di Afrika Selatan

Selain itu, Indonesia juga telah mengidentifikasi besarnya peluang kerja sama pembangunan infrastruktur di Afrika, dan mendorong sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) untuk menggarap pasar Afrika.

“BUMN kita itu pemain dunia sebetulnya,” kata Tumpal.

Strategi ketiga, membantu mendanai proyek-proyek infrastruktur yang dikerjakan Indonesia di Afrika dengan menggandeng Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Indonesia Eximbank).

Baca juga: LPEI bantu pendanaan proyek infrastruktur strategis di Afrika
Baca juga: Misi Indonesia dalam membangun infrastruktur Afrika

Upaya itu telah menghasilkan kesepakatan bisnis sebesar 356 juta dolar AS (sekitar Rp5,07 triliun) yang ditandatangani LPEI dengan PT Wijaya Karya (WIKA) dan sejumlah negara Afrika, di sela-sela Dialog Infrastruktur Indonesia-Afrika (IAID) yang diselenggarakan di Bali pada Agustus lalu.

Kemudian, strategi keempat adalah mendorong lebih banyak perusahaan swasta Indonesia untuk berinvestasi di Afrika.

Menurut Tumpal, sudah banyak perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Afrika, terutama yang bergerak di sektor tekstil, karet, kertas, consumer goods, dan obat.

Namun, ia meyakini bahwa jumlahnya masih dapat bertambah. Dalam lima tahun ke depan, Kemlu yang bekerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) RI akan berupaya menambah jumlah pelaku usaha Indonesia untuk berbisnis dengan mitra-mitranya di Afrika.

Baca juga: Luhut: Perusahaan Indonesia di Afrika harus memberi nilai tambah

“Empat strategi dasar inilah yang kami kembangkan, mudah-mudahan berhasil,” tutur Tumpal.

Baca juga: Menilik diplomasi ekonomi Indonesia ke arah Afrika

Baca juga: Mata diplomasi ekonomi Indonesia terus tertuju ke Afrika


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2019