Para peneliti akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menemukan hasil riset baru
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengukuhkan tiga profesor atas inovasi riset dan teknologi di lingkungan Kementerian Pertanian di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) Bogor, Selasa.

Ketiga profesor tersebut yakni Ali Asgar di bidang teknologi pascapanen, Sholihin di bidang pemuliaan dan genetika tanaman, dan Sukarman di bidang pedologi dan penginderaan jauh. Dalam pengukuhan ini, Mentan berharap agar riset dan teknologi menjadi energi dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan pertanian.

"Para peneliti akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menemukan hasil riset baru, varietas baru dan cara bertani baru yang bisa lebih efektif dan efisien bahkan mampu menopang kebutuhan pangan industri yang bergerak di bidang pertanian," kata Syahrul melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Kementan kembangkan teknologi pertanian berbasis IoT

Syahrul mengatakan riset dan teknologi sangat penting dan tentu akan memberikan kontribusi kuat untuk hadirnya petani menghasilkan pangan berkualitas.

Mentan SYL menilai momen pengukuhan ini bertepatan dengan dua momentum yang sangat strategis. Pertama, saat ini berada pada tahap awal masa bakti Kabinet Indonesia Maju periode 2019-20124. Hasil riset tentunya akan menjadi bagian yang harus diimplementasikan atau dicoba seluruh jajaran Kementan.

Momentum kedua, lanjutnya, Presiden Jokowi telah menandatangani UU Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) pada 13 Agustus 2019, disertai pula dengan terbentuknya Kementerian Riset/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Pembentukan BRIN bertujuan memperkuat koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program penelitian nasional, termasuk bidang pertanian.

Badan Litbang Pertanian, sambungnya, tentu tidak akan terlepas dari perubahan kebijakan tersebut. Para peneliti memiliki masa pensiun yang lebih panjang, yakni dari 60 tahun menjadi 65 tahun untuk Peneliti Madya dan dari 65 tahun menjadi 70 tahun untuk Peneliti Utama.

"Akumulasi pemikiran dari para Profesor Riset Kementerian Pertanian selama ini, turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang," kata SYL.

Terkait akselerasi pembangunan pertanian, SYL meminta ketiga profesor yang baru dikukuhkan langsung berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) sekaligus menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda dalam pengembangan jati diri.

"Sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani dilapangan saat ini," kata dia.

Menanggapi hasil inovasi riset yang disampaikan Ali Asgar, soal kentang, menurut dia, inovasi tersebut diyakini dapat meningkatkan kualitas dan daya saing komoditas kentang untuk agroindustri.

Penerapan inovasi ini diharapkan berdampak pula terhadap peningkatan pendapatan petani dan penyediaan kentang bagi konsumen.

Sementara kepada Sholihin, inovasi ubi kayu telah menghasilkan beberapa varietas ubi kayu unggul serta menyumbangkan pemikiran yang strategis dalam mendorong pengembangan agroindustri ubi kayu ke depan.

SYL pun mengapresiasi orasi Sukarman tentang akselerasi inovasi teknologi dalam optimalisasi penggunaan tanah vulkanik mendukung pembangunan Pertanian berkelanjutan.

Inovasi Sukarman dinilai telah berhasil mengembangkan inovasi untuk optimalisasi pemanfaatan tanah pertanian vulkanik secara berkelanjutan sehingga diharapkan memberikan kontribusi besar terhadap upaya untuk mendayagunakan sumberdaya lahan yang semakin terbatas.

Usai pengukuhan ketiga profesor, Mentan didamping Kepala Badan Litbang Kementan Fadjry Djufry mengunjungi kegiatan riset di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Baca juga: Mentan SYL rumuskan sistem Kontras Tani kedaulatan pangan
Baca juga: Mentan SYL diharapkan beri perhatian lebih ke perkebunan

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019