Pendekatan ini sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat pengelolaan hutan
Palu (ANTARA) - Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Sivia Patuju di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah melibatkan masyarakat lewat pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) dan Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) untuk mengelola hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam rangka menjaga kelestarian hutan dan sebagai bentuk upaya pengendalian terjadi perubahan fungsi hutan dan lahan.

"Pendekatan ini sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat pengelolaan hutan," kata Kepala KPH Sivia Patuju, Firmansyah di Palu, Minggu.

Ia menjelaskan dalam program pemberdayaan petani dengan skema pengembangan HHBK, KPH mengedepankan pendekatan agroforestry yakni kombinasi tanaman.

Menurut dia KPH Sivia Patuju mengusulkan seluas 12.000 hektare lahan dan hutan untuk dikelola oleh masyarakat.

Namun, dari usulan itu yang telah mendapat izin dari pemerintah untuk dikelola masyarakat seluas 8.900 hektare.

Lahan dan hutan seluas 8.900 hektare itu, kata dia, dikelola oleh KTH dan gapoktan yang ada di kabupaten tersebut, yakni berjumlah 16 kelompok.

Dalam upaya pengembangan HHBK, katanya, ada beberapa kendala salah satunya yakni jalan yang belum terbuka menuju lokasi tempat pertanian para petani/masyarakat.

"Masyarakat secara turun temurun telah berkegiatan di dalam lokasi hutan. Ini tentu harus diberdayakan, salah satu yang perlu diperhatikan yakni akses jalan," ujarnya.

Luas lahan dan hutan yang berada di bawah KPH Sivia Patuju seluas 400.000 hektare.

Ia mengaku salah satu potensi HHBK yang saat ini telah dipasarkan yaitu kopi varian robusta, yang dikelola oleh KTH Bukit Kopi.

Dari luas total lahan hutan tersebut juga menyimpan berbagai potensi yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi yakni sektor wisata alam berupaya air terjun dan hutan, demikian Firmansyah.

Baca juga: KPH Sivia Patuju kembangkan kopi robusta cegah deforestasi

Baca juga: Cegah perubahan fungsi hutan, KPH Banawa-Lalundu libatkan masyarakat

Baca juga: Belajar pengelolaan hutan, Pemerintah Mozambik-FAO datang ke Sulteng

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019