nyatanya masyarakat di pesisir selatan tidak gentar karena ada ekspedisi ini. Masyarakat siap dalam menghadapi segala kemungkinan
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan buku "Kibar Pataka di Selatan Jawa" yang merupakan catatan rangkuman dari Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami 2019 yang dilakukan di selatan Jawa sekaligus memperingati Hari Kesadaran Tsunami Dunia.

"Buku ini sebagai asupan literasi agar masyarakat lebih siap menghadapi tsunami dan korban bisa diminimalisasi," kata Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB Lilik Kurniawan selaku pengarah melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Ia berharap, jerih payah seluruh tim yang dituangkan dalam buku tersebut dapat menjadi catatan sekaligus pembelajaran untuk anak cucu bangsa Indonesia pada masa mendatang dalam menghadapai tsunami.

Dalam Napak Tilas Perjalanan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami 2019, Pelaksana Tugas Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Pangarso Suryotomo mengatakan ekspedisi mengambil titik awal di Banyuwangi dan berakhir di Serang pada pertengahan Juli hingga Agustus 2019.

Pangarso mengatakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana Tsunami 2019 merupakan jawaban atas keresahan warga pesisir selatan Jawa yang sebelumnya dikatakan memiliki potensi ancaman gempa bumi dan tsunami dari beberapa ahli dan peneliti.

"Ketika ada rilis resmi tentang potensi tsunami di selatan Jawa, nyatanya masyarakat di pesisir selatan tidak gentar karena ada ekspedisi ini. Masyarakat siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi," tuturnya.

Baca juga: Ekspedisi Destana Tsunami BNPB jangkau 512 desa

Buku "Kibar Pataka di Selatan Jawa" merupakan catatan dari gabungan materi yang diadopsi langsung dari seluruh wilayah yang menjadi rute Ekspedisi Tangguh Bencana Tsunami 2019.

Bab pertama buku setebal 104 halaman itu mengulas catatan tentang potensi gempa bumi dan tsunami di pesisir selatan Jawa dari segi sejarah yang dibingkai secara ringkas dan padat. Pembaca diajak kembali ke masa lampau untuk melihat sejarah gempa bumi dan tsunami yang pernah terjadi di selatan Jawa.

D bagian lain, pembaca dihadapkan pada perjalanan perubahan bentang alam di selatan Jawa dari masa lampau hingga masa kini yang menimbulkan banyak pertanyaan para peneliti.

Pembaca juga diajak mengingat fenomena-fenomena masa lalu yang menyebabkan korban jiwa hingga wawasan untuk mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana.

Salah satu bagian buku tersebut juga mengulas mitos dan sains yang saling beradu dalam memandang fenomena  gempa bumi dan tsunami. Misalnya, mitos tentang penguasa Laut Selatan Jawa, yang oleh para peneliti diartikan sebagai metafora penguasa masa lampau untuk mendapatkan legitimasi dan pengakuan rakyat.

Peneliti Palaeotsunami Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto mengatakan sains adalah mitos yang senantiasa diverifikasi kebenarannya.

"Ketika proses verifikasi itu berhenti, maka seketika itu sains berubah menjadi mitos," katanya. 

Baca juga: BPBD : Ekspedisi Destana Tsunami pengingat potensi ancaman tsunami
Baca juga: Tim ekspedisi destana tsunami akan sisir pantai Blitar selatan
Baca juga: BNPB: Ekspedisi Destana Tsunami untuk perkaya literatur kebencanaan

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019