Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Ety Riani mengatakan, pencemaran sungai di wilayah DKI Jakarta sangat tinggi terutama berasal dari limbah domestik rumah tangga, salah satunya detergen.

"Saya kira hampir semua sungai di Jabodetabek kandungan limbah detergennya sangat tinggi," kata Prof Ety saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Melihat temuan gumpalan busa menyerupai 'salju' di Banjir Kanal Timur (BKT) di Ujung Menteng, Jakarta Timur, akibat detergen yang sudah lama mengendap di dasar sungai, menurut Ety, sangat bisa terjadi karena kandungan detergen yang ada di sungai.

"Bisa, tapi karena sungai biasanya langsung terbawa ke laut," katanya.

Baca juga: Busa di BKT dipastikan bukan limbah pabrik

Prof Ety mengatakan ada 13 sungai di wilayah DKI Jakarta yang bermuara ke Teluk Jakarta. Setiap sungai membawa bahan pencemar dari hulu sampai hilir.

Salah satu sungai yang ditelitinya cukup lama adalah Sungai Ciliwung dengan mengukur kandungan limbah nitrat dan nitrit amonia, kemudian fenol dan detergen.

"Detergen itu sampai 900 kilogram per hari beban pencemarannya, berasal dari limbah domestik. Begitu sampai di Jakarta beban pencemarannya sudah jadi ton," katanya.

Ia mengatakan, hasil penelitiannya mengungkapkan tingkat pencemaran di wilayah hulu Sungai Ciliwung seperti Puncak masih rendah. Pencemaran makin tinggi setelah sampai di hilir.

"Di Kota Bogor pencemaran Sungai Ciliwung sudah tinggi. Begitu sampai arah Jakarta makin tinggi," katanya.

Baca juga: Kali BKT terkontaminasi gumpalan busa serupa salju

Selain detergen, pencemaran nitrat dan nitrit juga banyak ditemukan di sungai-sungai wilayah Jabodatebek. Salah satunya sungai di Bekasi yang merupakan aliran dari Sungai Citarum.

"Pencemaran logam berat tidak hanya berasal dari pabrik, juga dari domestik dan macam-macam," katanya.

Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur mengatakan gumpalan busa yang mengambang di permukaan sungai BKT Ujung Menteng berjenis limbah detergen.

"Jenisnya detergen. Kita sudah cek ke laboratorium untuk memastikannya dan tidak berbahaya," kata Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Dinas LH Jakarta Timur, Leo Tandino.

Detergen itu diduga berasal dari endapan di dasar sungai dalam waktu yang lama, kemudian terangkat saat terjadi turbulensi di bawah pintu air.

Busa tersebut muncul setelah sebelumnya petugas melakukan pembukaan pintu air untuk kegiatan pembersihan.
Baca juga: Jaktim pasang sekat antisipasi limbah warga menuju BKT
 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019