Saya ingin mendengar aspirasi atau menyerap langsung dari industri terhadap apa saja yang bisa kami lakukan, kami bantu, kami asistensi agar industri ini bisa nyaman masuk ke Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Agus Gumiwang Kartasasmita memilih Jepang dan Korea Selatan sebagai kunjungan kerja perdananya ke luar negeri sejak dilantik sebagai menteri perindustrian oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober 2019.

Sebagai menteri yang mengurusi industri dari hulu ke hilir, selama kunker pada 16-20 November 2019, Agus ingin memperkenalkan diri sekaligus mengetahui permasalahan dan hambatan yang dihadapi berbagai industri di kedua negara itu selama mengoperasikan bisnisnya di Indonesia.

“Saya ingin mendengar aspirasi atau menyerap langsung dari industri terhadap apa saja yang bisa kami lakukan, kami bantu, kami asistensi agar industri ini bisa nyaman masuk ke Indonesia,” ujarnya.

Nyatanya, selain memperkenalkan diri, Agus sebenarnya memiliki misi untuk menjemput peluang investasi sektor manufaktur di kedua negara yang bertetangga itu untuk meningkatkan produktivitas, mendorong daya saing, hingga berupaya mensubtitusi produk impor yang dibutuhkan manufaktur tanah air.

Pada kesempatan tersebut, Menperin didampingi Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwi Wahjono, Inspektur Jenderal Kemenperin Setyo Wasisto, Staf Khusus Menperin Amir Sambodo, dan jajaran eselon II dan III Kemenperin.

Baca juga: Kunjungan kerja perdana, Menperin terbang ke Jepang dan Korsel
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat menggelar pertemuan dengan Asahimas Group di Tokyo, Jepang, Senin (18/11/2019). ANTARA/HO Biro Humas Kementerian Perindustrian.

Industri di Jepang

Di Jepang, Agus menggelar pertemuan secara maraton dengan delapan pelaku industri. Pukul 09.00 waktu Tokyo, delegasi Indonesia yang dipimpin Menperin bertatap muka dengan General Manajer Nippon Steel Global Business Nippon Steel dan rombongan.

Pada pertemuan tersebut, Menperin menggali tantangan dan harapan industri baja asal Jepang yang bermitra dengan Krakatau Steel itu, terhadap Pemerintah Indonesia selama beroperasi di dalam negeri.

Selanjutnya, giliran industri kimia Nippon Shokubai yang menggelar pertemuan dengan Agus. Pada kesempatan itu, Nippon Shokubai memantapkan komitmen investasinya sebesar 200 juta dolar AS atau Rp2,8 triliun untuk mengembangkan pabrik asam akrilat atau acrylic acid di Cilegon, Banten, melalui PT Nippon Shokubai Indonesia (NSI).

Melalui ekspansi tersebut, kapasitas produksi asam akrilat yang dihasilkan NSI akan meningkat menjadi 240 ribu metrik ton per tahun dari sebelumnya 140 ribu metrik ton per tahun dari pabrik yang rencananya akan beroperasi pada 2021.

Kemudian, Menperin kedatangan salah satu industri raksasa Jepang Asahi Group yang menaungi beberapa sektor industri. Pada pertemuan tersebut, Asahi Chemical menyatakan komitmen investasinya sebesar Rp1,3 triliun untuk melakukan perluasan fase ketujuh pabrik mereka di Cilegon, Banten.

Dalam hal ini, Asahi menyampaikan harapannya agar pasokan bahan baku berupa garam industri dapat tersedia secara berkelanjutan.

Menanggapi hal itu, Agus menyampaikan bahwa Kemenperin selaku pembina industri akan memastikan kelancaran pasokan bahan baku untuk industri, termasuk garam yang dibutuhkan industri asal negeri sakura tersebut.

Sementara itu, Regional President for Asia Pacific, Building and Glass Company Asahimas Masahiro Takeda menginginkan agar harga gas industri di Indonesia tidak naik, bahkan jika memungkinkan ia meminta agar harganya dapat turun.

Agus memandang hal ini sebagai permasalahan klasik yang sepatutnya perlu diselesaikan lintas sektoral. Untuk itu, ia akan berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Perekonomian yang juga mantan Menperin Airlangga Hartarto.

Usai rehat siang sejenak, Agus melanjutkan pertemuan dengan sejumlah industri otomotif Jepang di Tokyo. Jajaran direksi Mitsubishi Motors Corporation (MMC) masuk terlebih dahulu. Selain ingin berkenalan dengan Menperin, Chairman of the Board MMC Osamu Masuko juga menyampaikan dukungannya dalam program pengembangan kendaraan listrik di Indonesia.

Masuko menyampaikan bahwa dalam mengembangkan mobil listrik, sebuah negara seyogyanya mempersiapkan beberapa hal penting, di antaranya yakni regulasi yang jelas, infrastruktur memadai, hingga tersedianya industri yang memproduksi baterai di dalam negeri.

Hal senada disampaikan Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono yang ditemui usai berdiskusi dengan Menperin. Warih menambahkan bahwa hal yang tidak kalah penting dalam pengembangan mobil listrik di Indonesia adalah sosialisasi kepada masyarakat.

Asahimas minta harga gas industri tidak naik



Baca juga: Menperin pastikan Asahi Chemical bangun pabrik senilai Rp1,3 triliun

Pada pertemuannya dengan Menperin, Toyota Group yang termasuk di dalamnya TMMIN, Toyota Astra Motor (TAM), Daihatsu Motor Corporation, dan Hino Motor, menyampaikan kembali komitmen investasinya sebesar Rp28,3 triliun yang akan direalisasi selama periode 2019-2024 di Indonesia.

Kemudian, Agus melanjutkan pertemuan dengan direksi Suzuki Motor Corporation, Isuzu Japan, hingga Honda Prospect Motor.

Kabar membahagiakan datang dari pihak Honda, yang menyampaikan akan berinvestasi sebesar Rp5,1 triliun di Indonesia dan akan direalisasikan dalam periode tiga tahun yakni 2019-2022.

Dari kunjungan kerja perdananya ke Jepang, Agus meraih komitmen investasi sebesar Rp37,5 triliun hingga lima tahun mendatang.

"Berita baik bukan?!," pungkas Agus pukul 18.00 waktu Tokyo ketika menutup perbincangan dengan media usai pertemuan maraton di Imperial Hotel, Tokyo, Jepang.

Industri di Korsel

Menteri Agus bersama rombongan delegasi melanjutkan perjalanan dengan terbang ke Korea Selatan untuk mempersiapkan diri bertemu sejumlah industri di Seoul.

Pada Selasa (18/11) hingga Rabu (19/11), Menperin menuju Lotte World Tower untuk menggelar pertemuan dengan beberapa industri asal negeri ginseng, yakni LG Chemical, Hyundai, dan Lotte Chemical.

Agus juga bertemu dengan Dewan Riset Nasional untuk Ekonomi, Kemanusiaan, dan Ilmu Sosial atau National Research Council for Economic, Humanities, and Social Sciences (NRC) Korea Selatan.

Pada pertemuan perdananya dengan Lotte Chemical, Menperin langsung meraih kepastian penambahan investasi Lotte Chemical menjadi 4,3 miliar dolar AS atau Rp60,5 triliun dari sebelumnya 3,5 miliar dolar.

Lotte Chemical melalui PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) tengah membangun kompleks petrokimia senilai 3,5 miliar dolar AS di Cilegon, Banten.

Baca juga: Menperin undang SK Group investasi industri petrokimia di Indonesia
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat menggelar pertemuan dengan direksi SK Group di Seoul, Korea Selatan, Rabu. (ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)

Dengan tambahan investasi itu, Lotte akan meningkatkan kapasitas produksi naphta cracker menjadi 3,5 juta ton per tahun dari rencana sebelumnya 2 juta ton per tahun.

Bahan baku tersebut selanjutnya diolah untuk menghasilkan beberapa produk turunan yakni ethylene, propylene, polypropylene, dan produk turunan lainnya.

Kepala Unit Bisnis Lotte Chemical Kim Kyo Hyun menyampaikan, keputusan untuk menambah investasi diambil mengingat Indonesia masih bergantung pada produk-produk petrokimia impor.

Selain itu, LG Chemical juga menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di salah satu negara di ASEAN untuk membangun pabrik baterai terintegrasi senilai 2,3 miliar dolar AS atau Rp32,2 triliun.

Dalam hal ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang dipertimbangkan sebagai tujuan investasi mereka karena berbagai insentif yang ditawarkan dinilai hampir sesuai dengan keinginan LG Chemical.

Pabrik tersebut nantinya akan memproduksi berbagai jenis baterai yang salah satunya dipergunakan sebagai baterai kendaraan listrik, yakni jenis baterai cell, baterai modul, hingga fasilitas daur ulang baterai.

Baca juga: Menperin jemput investasi Rp60,5 triliun ke Korsel
Pada hari terakhir di Seoul, Menperin bertemu dengan SK Group dan meminta agar salah satu raksasa industri Korea Selatan mengembangkan industri petrokimia di tanah air.

SK yang memiliki beberapa kelompok bisnis, di antaranya 45 persen energi dan kimia, 37 persen ICT dan semi konduktor, dan 18 persen jasa dan logistik ini akan mempelajari kemungkinan untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Menperin juga menggelar pertemuan dengan direksi Hyundai di Seoul. Terkait rencana investasi Hyundai, Menperin menegaskan akan mengawal rencana investasi industri otomotif asal Korea Selatan itu untuk melakukan pengembangan mobil listrik di Indonesia.

Dari hasil pertemuan dengan pelaku industri Korsel, setidaknya Menperin menghasilkan komitmen investasi sebesar 6,6 miliar dolar AS atau Rp92,4 triliun.

Dengan demikian, kunjungan kerja pertama Agus menghasilkan komitmen investasi sekitar Rp129,9 triliun yang diharapkan dapat terimplementasi dengan baik di Indonesia, sehingga manufaktur nasional dapat terus meningkatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi.

 

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019