kemiskinan masih banyak ditemukan di perdesaan karena para petani masih menjual hasil buminya kepada pengijon.
Jakarta (ANTARA) - Pendiri Lippo Group Mochtar Riady mendorong pelaku perdagangan dalam jaringan atau e-commerce dan perbankan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi digital di desa untuk membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

"Saya sarankan digital banking masuk desa untuk ikut program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan, bukan (menyasar) lapisan (ekonomi) atas," katanya dalam Konferensi Digital Indonesia di Jakarta, Kamis.

Pengusaha berusia 91 tahun itu menjelaskan kemiskinan masih banyak ditemukan di perdesaan karena para petani masih menjual hasil buminya kepada pengijon.

Sistem tersebut merugikan petani kecil,  lanjut dia, karena petani mendapatkan harga yang murah.

Baca juga: Menristek beberkan strategi pengembangan ekonomi digital

Sebaliknya, ketika mereka membeli kebutuhan sehari-hari, petani mendapatkan harga yang mahal karena banyaknya lapisan rantai pasar.

Selain itu, lanjut dia, faktor kemiskinan lain di desa yakni masih kurangnya fasilitas medis sehingga layanan kesehatan belum optimal dirasakan masyarakat di desa.

Faktor keempat, kata dia, kurangnya tenaga pengajar atau guru khususnya di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia bagian timur.

Selain kepada perbankan, pengusaha senior itu juga mendorong perusahaan perdagangan dalam jaringan (e-commerce) membangun pasar di desa memanfaatkan kecanggihan internet.

"Kalau membuka toko di internet itu biasa, tapi kalau bangun pasar di internet, itu sesuatu yang beda," katanya.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin ajak pemda bekerja bersama tangani kemiskinan

Ia menyebut perusahaan e-commerce besar untuk membuka toko di internet salah satunya Amazon dan membangun pasar di internet itu salah satunya Alibaba.

"Sekarang jangan cerita teknologi lagi, kita mesti cerita bagaimana memanfaatkan teknologi untuk perdagangan. Bagaimana menggunakan teknologi internet supaya barang bisa dijual ke seluruh dunia," katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019