sementara di Kelurahan Madureso terdapat empat rumah rusak di bagian atap
Temanggung (ANTARA) - Hujan es disertai dengan angin kencang melanda wilayah Kelurahan Madureso Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Senin sore.

Angin kencang tersebut mengakibatkan beberapa rumah rusak di bagian atap dan sejumlah pohon tumbang atau dahan patah.

Warga Kelurahan Madureso, Kecamatan Temanggung, Bambang Sundoro mengatakan sebelumnya terjadi hujan biasa, namun beberapa menit sempat ada suara agak keras di atas genteng, ternyata ada butiran es.

"Awalnya hujan turun biasa-biasa saja, namun tiba-tiba terdengar suara benda keras yang berjatuhan di atas genteng. Setelah saya cek keluar ternyata ada butiran es kecil-kecil," katanya.

Baca juga: Aceh Besar dilanda hujan es disertai pohon tumbang
Baca juga: BMKG: Hujan es bisa terjadi di satu wilayah meski sedang kemarau

Ia menuturkan, tidak selang beberapa lama aliran listrik padam karena sejumlah pohon tumbang atau patah dahannya yang mengenai jaringan kabel PLN.

Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Temanggung Gito Walngadi menyampaikan bahwa kejadian langka tersebut terjadi di Kelurahan Madureso.

"Hujan es disertai angin kencang terjadi di Kelurahan Madureso, untuk daerah lain di Kecamatan Temanggung terjadi hujan biasa," katanya.

Ia mengatakan angin kencang telah mengakibatkan beberapa pohon tumbang atau dahan patah, antara lain terjadi di jalan lingkar selatan Temanggung dari Samsat arah Pikatan," katanya.

"Kami masih mendata jumlah kerusakan yang dialami warga. Data yang kami peroleh sementara di Kelurahan Madureso terdapat empat rumah rusak di bagian atap, selain itu di Desa Gedekan Kecamatan Tlogomulyo juga terdapat satu rumah rusak akibat angin kencang," katanya.

Baca juga: Hujan es sempat landa kawasan atas Kota Semarang
Baca juga: Masa peralihan musim berpotensi terjadi hujan es, sebut BMKG


Ia menuturkan, usai hujan reda warga langsung bekerja bakti membenahi atap yang gentengnya terbawa angin.

"Kami bersama warga juga menyingkirkan dahan pohon yang menutup jalan agar tidak mengganggu lalu lintas," katanya.

Kepala BMKG Semarang, Tuban Wiyoso ketika dihubungi via telepon mengatakan fenomena hujan es biasa terjadi pada awal hujan.

"Terjadi awan comulonimbus, berupa awan vertikal yang menjulang tinggi, sifatnya lokal, karena menjulang tinggi sampai level beku dan ketika jatuh menjadi butiran es," katanya.

Baca juga: Belasan rumah di Sleman rusak diterjang puting beliung
 

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019